Pengurus WAMI (Foto: medcom)
Pengurus WAMI (Foto: medcom)

Banyak Promotor Konser Tak Bayar Royalti, WAMI Tempuh Jalur Hukum

Elang Riki Yanuar • 06 Februari 2025 08:00
Jakarta: Wahana Musik Indonesia (WAMI) mengakui masih banyak menghadapi kendala dalam mengumpulkan dan mengoleksi royalti musik di Indonesia. Salah satu persoalan yang coba diatasi WAMI sebagai Lembaga Manajemen Kolektif (LMK) adalah royalti dari pertunjukan atau konser.
 
Adi Adrian selaku Presiden Direktur WAMI menyebut, pihaknya telah mengumpulkan royalti dari sekitar 1.000 konser di Indonesia selama tahun 2024. Jumlah itu disebut Adi meningkat dibandingkan tahun 2023 yang hanya 200an konser.
 
Pemain band Kla Project itu menjabarkan jika ada lebih dari 10 ribu konser yang termonitor, tapi hanya sekitar 5.000 konser yang memberikan respons. Dari jumlah itu baru ada 1.000 acara yang membayar royalti.


Berkaca dari pengalaman itu, WAMI ditegaskan Adi sudah menyiapkan tim legal untuk menempuh langkah hukum menghadapi promotor konser yang tidak mau membayar royalti. Tujuannya agar para promotor ini benar-benar sadar terhadap hak para pencipta lagu di Indonesia.
 
"Akhir 2024 kami sudah ada tim legal, kami gak bisa membiarkan lagi. Kami harus cari tempat aduan, ke mana? ya ke penegak hukum. Tolong aturannya ditegakkan, itu agar mereka mau bayar dan gak harus ke proses hukum," kata Adi Adrian.
 
baca juga: WAMI: Kami Bukan Tukang Palak, Kalau Pakai Lagu Wajib Bayar Royalti!

 
"Ini sebagai bukti bahwa kami menjalani kewajiban ke orang-orang yang sudah percaya ke WAMI. Tujuannya bukan ke penjara tapi untuk mereka (promotor) mengerti untuk membayar," lanjutnya.
 
Tantangan lain yang dihadapi WAMI juga adalah persoalan kepercayaan dari para pengguna lagu. Mereka banyak yang ragu jika royalti yang dibayarkan benar-benar tersampaikan kepada musisi atau pencipta lagu.
 
"Tantangan kami adalah mendapat kepecrayaan, gak cuman dari anggota yaitu musisi tapi dari yang bayar, mereka pasti nanya 'ini bayarannya sampai gak?’ Kami pastikan sampai dan kita udah buatkan sistem agar semuanya sampai ke yang berhak. Ini karena WAMI mau bekerja dengan baik dan enngak mau berisiko dengan kepercayaan, jadi kami berusaha gimana distribusinya agar semuanya bisa fair," paparnya.
 
Makki Parikesit selaku anggota Badan Pengawas WAMI mengakui persoalan royalti musik di Indonesia belum bisa dibilang ideal, jika mau dibandingkan dengan negara lain. Namun, dia memastikan keberadaan WAMI sebagai lembaga manajemen kolektif berupaya membawa ekosistem musik Indonesia ke posisi yang lebih baik.
 
"Kami masih work in progres ya, masih terus menyesuaikan dan melakukan perbaikan sesuai dengan aturan yang berlaku. Sebagai organisasi yang mengatur hak banyak orang itu harus bijak dan cermat, tapi kami senang karena banyak yang percaya untuk bisa bergabung ke WAMI. Agar pekerjaan WAMI jadi sempurna pasti butuh database. Kami jujur masih belum sempurna," kata personel band Ungu ini.
 
Pada tahun 2024, royalti yang dihimpun WAMI mencapai kenaikan sebesar 40% dari tahun sebelumnya atau dari Rp132 miliar di tahun 2023 menjadi Rp185 miliar di tahun 2024. WAMI juga berhasil mendistribusikan royalti sebesar Rp123,6 miliar sepanjang tahun 2024.
 
AMI juga menandai langkah besar dalam transparansi dan e?siensi dengan meluncurkan sistem ATLAS, sebuah platform yang mempermudah pengelolaan data royalti secara lebih akurat.
 
"Saya bangga atas pencapaian luar biasa kami di tahun 2024, dengan pertumbuhan signi?kan dalam katalog lagu dan anggota, serta keberhasilan dalam penghimpunan dan distribusi royalti, dan kami berkomitmen untuk terus meningkatkan layanan, transparansi, dan edukasi hak cipta di tahun 2025 demi memperkuat ekosistem musik Indonesia," tutup Adi Adrian.
 
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(ELG)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan