Berdasarkan pantauan Medcom.id pada Selasa pagi, 4 November 2025, video berdurasi 20 detik yang diunggah di akun Instagram pribadi Hindia pada 3 November kemarin itu telah ditonton lebih dari 1,5 juta kali. Teaser tersebut memicu perbincangan hangat berkat visualnya yang sarat kritik sosial dan satire tajam, dengan latar syuting yang menampilkan kawasan Ibu Kota Nusantara (IKN).
"Rilis di 10 November 2025. Kenapa bisa shooting di sana? Coba tanya sutradaranya," tulis Hindia di Instagram.
Video klip ini sendiri disutradarai oleh Aco Tenriyagelli dan menghadirkan aktor muda bernama Elang Gibran dan Runny Rudiyanti sebagai pemeran utama.
Kritik Satire?
Pemilihan latar syuting di kawasan IKN dan kehadiran aktor bernama “Gibran” dianggap publik bukan kebetulan. Kombinasi itu memunculkan spekulasi bahwa Hindia tengah menyelipkan kritik sosial-politik bernuansa satir terhadap proyek-proyek ambisius pemerintah dan dinamika politik nasional yang kini menjadi sorotan masyarakat.Video teaser ini secara visual membangun kontras yang menusuk. Adegan futuristik dengan arsitektur megah kita yang belum rampung dipadukan dengan potret kehidupan sehari-hari yang sederhana dari kisah pasangan yang diperankan Gibran dan Runny. Visual ini memperkuat pesan tentang kesenjangan antara janji-janji besar dan realitas yang dihadapi generasi muda.
Penuh Simbol dan Semiotika
Pada bagian awal teaser, sepasang muda-mudi yang diperankan Gibran dan Runny tampak menikmati momen sederhana, berbagi rokok, tertawa, dan berkendara bersama mengelilingi kota.Tindakan tersebut menjadi simbol solidaritas dan kebebasan kecil, seolah menjadi pelarian dari tekanan sosial di tengah latar megah IKN yang menggambarkan janji-janji masa depan.
Bedah lirik "letdown"
"Dua dekade, ratusan janji yang tak selesai" (0:00 - 0:05)
Lirik ini menyinggung gagalnya realisasi janji politik lintas generasi. Frasa “dua dekade” mempertegas bahwa yang dikritik bukan sekadar satu rezim, melainkan pola kegagalan struktural yang diwariskan dari satu pemerintahan ke pemerintahan berikutnya.Sementara itu, rasa "ratusan janji" menggunakan hiperbola untuk menyindir betapa mudahnya janji diobral oleh para pejabat menjelang masa pemilihan, namun sulit diwujudkan saat mereka telah mendapatkan jabatan.
Baca Juga :
Sutradara The Godfather Lelang Jam Tangan Mewah Usai Film Megalopolis Gagal Box Office, Bangkrut?
"Taman bermain, yang berkarat dan terbengkalai" (0:05 - 0:10)
Lirik ini menggunakan metafora visual yang kuat. Hindia seolah ingin menyampaikan bahwa "Taman bermain" yang seharusnya menjadi ruang kebahagiaan masa muda, malah digambarkan "berkarat dan terbengkalai."Pesan dalam lirik ini bisa dimaknai sebagai sindiran terhadap prioritas pembangunan yang timpang, di mana proyek-proyek besar didahulukan, sementara kebutuhan dasar rakyat dan ruang bertumbuh generasi muda justru terpinggirkan dan dilupakan.
"Jadi saksi generasi yang tumbuh dewasa. Direnggut masa mudanya dijajah pelayannya" (0:10 - 0:19)
Pernyataan paling menohok dari Hindia ada di frasa ini: "direnggut masa mudanya", menyiratkan bahwa tekanan ekonomi dan sosial saat ini, memaksa generasi muda harus cepat mengambil dan memikul tanggung jawab berat yang membuat mereka kehilangan ruang untuk bertumbuh dan menikmati masa muda mereka.Sementara lirik "dijajah pelayannya", Hindia seolah ingin menegaskan bahwa rakyat saat ini dieksploitasi oleh mereka yang seharusnya melayani.
Lewat video klip lagu "letdown", Hindia seolah ingin bertanya: Apakah proyek-proyek besar dan janji-janji yang tak kunjung terwujud ini adalah penyebab kekecewaan (letdown) yang harus dipikul oleh anak-anak muda di Indonesia?
Bagi Sobat Medcom yang penasaran, video musik “letdown” dijadwalkan rilis secara lengkap pada 10 November 2025 di kanal YouTube resmi milik Hindia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
