Amerta beranggotakan Raja Panggabean (gitar), Auliya Akbar (drum), Anida Bajumi (bass), Lody Adrian (synthesizer), dan Techa Aurellia pada (vokal). Pada album Nodus Tollens, Raja Panggabean dan kawan-kawan memadukan berbagai unsur dari genre post-metal, doom/sludge, hingga shoegaze dan indiepop.
Band ini menggabungkan kekuatan instrumen yang solid dan dibalut dengan aransemen berlapis, sehingga memberikan nuansa atmosferik penuh tekstur dan kedalaman pada karya yang mereka suguhkan untuk para pendengar. Di balik aransemen berat dan gelap yang mereka hadirkan, terdapat pula lapisan-lapisan melodi yang lirih, reflektif, dan menenangkan.
Nodus Tollens diambil dari istilah yang menggambarkan momen ketika seseorang menyadari bahwa narasi hidupnya tidak lagi masuk akal. Melalui album, ini Amerta ingin mengajak para pendengar untuk menelusuri kegelisahan eksistensial, perenungan hidup, serta perjalanan batin dalam menghadapi kekacauan di dunia nyata.
Album ini digarap secara serius oleh Raja dan Akbar sejak tahun 2021 dan diproduseri langsung oleh Ricky Siahaan yang juga dikenal sebagai gitaris band Seringai.
“Saya merasa memiliki frekuensi musik yang cukup sama dengan mereka. Menjadi produser Amerta adalah tantangan yang menyenangkan karena pendiri band ini adalah musisi yang berakar dari musik ekstrem. Jadi mereka adalah musisi-musisi yang mumpuni dengan instrumennya, kemudian memutuskan untuk kini bereksplorasi dengan ‘rasa’ dibanding speed dan ketangkasan. Prosesnya jadi lebih musikal aja rasanya," ungkap Ricky, dikutip dari siaran pers yang diterima Medcom.id pada Senin, 14 Oktober 2024.
Bassis Amerta, Anida juga menyebutkan bahwa proses penggarapan album Nodus Tollens sudah berjalan sejak ia bergabung pada tahun 2019.
“Untuk beberapa materi, kerangkanya sudah dibuat oleh Raja dan Akbar di Melbourne, yang kemudian kami rombak dan kembangankan lagi bersama-sama,” tutur Anida.
Baca juga: Mantap! Mahalini Masuk Nominasi MTV Europe Music Award 2024 |
Pencapaian Personal dan Kolektif
Setiap personel Amerta membawa warna dan energi tersendiri dalam album ini. Menurut Raja selaku gitaris Amerta, Nodus Tollens merupakan pencapaian personal yang sangat berarti baginya.
“Seperti kehidupan, Nodus Tollens kadang kencang lalu kadang pelan. Penuh banyak pertanyaan dan keanehan. Tetapi, setidaknya untuk saya, kehidupan harus selalu bergerak proporsional seperti pendulum yang 'swings back and forth'. Tidak ada hitam putih," ujar Raja.
Amerta melakukan rekaman di beberapa studio di Jakarta dan Yogyakarta, dengan sebagian materi dasarnya yang di kembangkan di Melbourne, Australia. Dalam album ini terdapat 10 lagu yang tiga diantaranya sudah dipublikasikan lebih dulu di platform musik digital. Anida menerangkan bahwa lagu yang ada di Nodus Tollens dikembangkan sampai menjadi kesatuan yang solid.
“Ibaratnya, kayak bongkar pasang. Ada yang part (bagian) depannya saja kami ambil, lalu dikembangkan ke lagu baru. Ada yang bagian tengahnya kami comot untuk lagu lainnya. “Bleeker”, “Argentum”, dan “Beautiful Ivory” adalah lagu-lagu yang merupakan hasil dari bongkar pasang,” ujar Anida.
Sedangkan dalam penulisan lirik, Amerta menggunakan pendekatan kolektif yang di mana setiap anggota dapat berkontribusi dengan cara yang unik.
“Untuk beberapa lagu, ada yang kami kerjakan secara keroyokan, misalnya setiap personel menyumbang beberapa bait. Ada yang seluruhnya ditulis oleh Techa, ada juga yang liriknya oleh Akbar,” sambung Anida.
Raja pun menerangkan meskipun ada yang lebih dominan dalam penulisan lirik di setiap lagu, semua lirik dibuat dengan semangat kolaboratif yang mencerminkan keselarasan antar personel Amerta.
Baca juga: Grrrl Gang Berkolaborasi dengan Band Australia, Last Dinosaurs |
Resonansi Global dan Lokal
Nodus Tollens tidak hanya berbicara pada skena musik lokal, tetapi juga beresonansi secara global. Musik yang Amerta ciptakan memang mengusung berbagai genre internasional, tetapi mereka tetap mencoba menyuguhkan dengan rasa lokal yang kuat. Dengan cara tersebut, tentunya album ini memiliki daya tarik yang luas untuk penikmat musik dari berbagai latar belakang.
Menurut Ricky selaku produser, album ini bukan menawarkan heavy metal yang konvensional. Baginya, Nodus Tollens merupakan karya dari band yang mahir dalam menyeimbangkan melodi yang emotif, aransemen yang berpetualang, serta agresivitas.
“Dalam dosis yang akurat hingga bisa memuaskan penggemar musik cadas khususnya post metal atau doom/sludge. Walau demikian, saya pikir di saat yang sama album ini cukup inklusif hingga bisa menggoda penggemar style seperti shoegaze, indiepop, bahkan mungkin goth,” tutup Ricky.
Sebagai informasi, album terbaru dari band Amerta sudah dapat dinikmati di berbagai platform musik digital. Sementara untuk rilisan fisik dalam bentuk CD dan Piringan hitam akan segera menyusul. Amerta juga sedang merencanakan tur promosi album Nodus Tollens yang akan diumumkan dalam waktu dekat. Untuk informasi lebih lanjut, kalian dapat melihat langsung di akun Instagram @_amerta_
(Basuki Rachmat)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News