Namun, bukan berarti perangkat analog tidak menarik lagi. Justru banyak pecinta musik mulai giat mencari dan mengoleksi medium analog perekam suara demi bisa mengenang nostalgia.
Berikut ini tiga perangkat analog yang masih diburu para pecinta musik.
1. Piringan Hitam (Vinyl)
Medium penyimpan suara konvensional itu kembali populer dan menjadi incaran para penikmat musik. Bukan tanpa sebab, piringan hitam yang mulai populer di era 80-an itu dikenal mahal sehingga tak begitu ramai di pasar Indonesia pada masanya. Selain itu, dari segi kualitas dapat menghasilkan suara yang lebih bagus dan tidak mudah rusak. Maka, menjadi sebuah keberuntungan ketika ada orang Indonesia yang memiliki piringan hitam beserta phonograph, salah satu alat pemutar piringan hitam.
Piringan hitam pun populer dengan sebutan vinyl. Medium ini memiliki tiga ukuran dalam hitungan rpm (rotation per minute) di antaranya 78, 45, 33, 1/3. Maksud dari hitungan tersebut, per satu menit piringan hitam berputar sebanyak angka yang menjadi ukurannya (78, 45, 33 1/3). Semakin besar diameter plat, semakin kecil ukuran untuk memutarnya.
Piringan hitam ukuran 78 dan 45 diputar untuk plat berdiameter 25 cm, sementara 33 1/3 untuk plat berdiameter 30 cm.
Piringan hitam dimainkan menggunakan stylus, alat berupa jarum di pinggiran piringan hitam. Ini berfungsi untuk mencatat simpangan gelombang suara yang direkam di piringan hitam kemudian meneruskannya ke alat pengeras suara.
Bobot umum untuk piringan hitam sekitar 90-200 gram.
Untuk sekarang ini harga kisaran vinyl yang dijual di pasaran berkisar Rp80 ribu sampai Rp100 ribu untuk koleksi vinyl musik lokal. Untuk vinyl musisi internasional berada di kisaran harga di atas Rp500 ribu.
2. Kaset Pita
Sebelum piringan hitam, kaset lebih dulu populer dan menjadi andalan untuk menghibur di kala suntuk. Eksistensi kaset dimulai sejak 1963. Namun, saat itu kaset dikatakan belum bisa menggeser popularitas piringan hitam di era 80-an. Industri rekaman baru melirik kaset pada tahun 1970-an.
Bentukan kaset memiliki dua bolongan sebagai alat pemutar pita magnetik. Pita ini merupakan media perekam suara di dalam kaset. Kapasitasnya pun berbeda, paling sedikit mulai dari tujuh menit tiap side sehingga total 14 menit untuk satu kaset. Sementara kapasitas terpanjang bisa merekam hingga 60 menit tiap side dengan total keseluruhan 120 menit atau dua jam untuk satu kaset.
Popularitas kaset yang tidak sebaik piringan hitam pun memiliki beberapa sebab. Salah satunya, soal suara yang dihasilkan terdengar kurang baik. Untuk perawatannya pun harus ekstra hati-hati agar pita tidak mudah rusak.
Untuk sekarang ini kaset dijual dengan kisaran harga Rp20 ribu sampai Rp50 ribu.
3. CD (Cakram Padat)
Eksistensi CD hingga kini masih populer. Kehadirannya sukses menggeser penggunaan kaset dan piringan hitam ketika muncul pertama kali pada 1980. Hal ini dikarenakan CD memiliki banyak keunggulan. Mulai dari bentukan yang ringkas dan ringan, kejernihan suara yang direkam, hingga dapat menyimpan musik dengan kapasitas hingga 700 mega byte. Namun kini kapasitas penyimpanannya pun beragam, karena medium CD tak hanya digunakan untuk merekam data suara melainkan data-data berupa video dan dokumen.
Soal perawatan pun tidak sulit. Yang penting, CD tidak terkena goresan, sama seperti saat merawat piringan hitam.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
