Jika diamati, banyak musisi indie di Indonesia yang memiliki karya dan pamor yang tak kalah dengan band jebolan major label. Tapi di balik itu, mereka punya banyak cerita dan tentu saja perjuangan agar karyanya dikenal banyak orang.
Bayangkan saja, di antara banyaknya band dari major label yang telah naik daun, mereka harus mati-matian membuat produk (lagu) dan memasarkannya sendiri.
Salah satunya, Endah N Rhesa, pasangan suami istri ini mengaku mengerjakan segala sesuatunya sendiri. Namun demikian, bukan berarti mereka belum pernah mengajukan karya lagu berbahasa Inggris miliknya ke major label.
"Tapi karena respons terlalu lama, kami lalu berkompromi. Lebih baik kita belajar sendiri, semuanya sampai memasarkan. Dan lucunya kita baru tahu kalau ini dinamakan indie setelah album kami jadi," ucap Endah Widiastuti.
Dulu, lanjut Endah, mereka hanya mencari duplikator CD saja untuk memperbanyak albumnya. Akhirnya bertemulah dengan salah satu label independen yang bisa menduplikasi, sekaligus menawarkan ikut mengedarkan.
"Akhirnya ya sudah, berhubung independen, jadi CD kami anggap portofolio dan ibaratnya kami besarkan dia dengan jualan di tiap kamu manggung. Itu masih kita lakukan sampai hari ini," papar Rhesa Aditya.
Berbicara mengenai musik di era digitalisasi, pelantun tembang When You Love Someone ini menyadari bahwa bisnis musik kini berubah. Dari mulai bentuk fisik atau CD, kini orang semakin mudah mendapatkan karya mereka dengan mengunduh melalui ponsel pintar.
"Kami melihat dari karakter pendengar kami sejak awal memang mereka sudah cukup akrab dengan dunua digital. Dan menyenangkan sekali bagi kami, adalah melihat perubahan signifikan dari angka streaming setahun belakangan," tutur Endah.
"Tapi fans-fans masih mengharapkan CD fisik untuk dinikmati di mobil dan koleksi. Kalau kita manggung pun, masih jualan CD sebagai merchandise," timpal Rhesa.
Senada dengan Band Bangkutaman yang baru saja mengeluarkan single berjudul Ode Buat Kota. Rupanya mereka juga memahami keadaan di mana kini kemasan digital lebih memikat dibandingkan keping CD. Band yang digawangi Wahyu Nugroho alias Acum (vokalis), J. Irwin (gitar), Madava (gitar), Dedyk Eryanto (drum) ini mengaku pernah memiliki album yang menurut mereka seksi dan collectable.
"Tapi sekarang semua serba cepat dan banyak band bagus dengan konten bagus. Jadi kami mau lebih banyak bikin karya bagus dan bisa disebar via digital, baik website, youtube dan lannya. Kami sekarang lebih membiasakan untuk sering berkarya tidak cuma mengajar kuantitas tapi kualitas, karena sekarang serba digital dan cepat," tutur Irwin.
Masih banyak cerita seru tentang bagaimana dua band indie ini mempertahankan eksistensinya di dunia musik Indonesia. Saksikan perbincangan Yovie Widianto bersama Endah dan Rhesa serta Bangkutaman dalam program IDEnesia Metro TV, Kamis (16/2/2017), pukul 22.30 WIB. Jangan lupa, ikuti kuis IDEnesia dan Galeri Indonesia Kaya dengan mem-follow twitter @IDEnesiaTwit atau @IndonesiaKaya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News