Band Sore (Foto: instagram)
Band Sore (Foto: instagram)

Ade Paloh Meninggal, Ini Fakta Band Sore

Medcom • 19 Maret 2024 12:43
Jakarta: Band Sore baru saja mendapat kabar duka dari sang vokalis Firza Amar Paloh atau Ade Paloh yang meninggal dunia karena sakit.
 
Band yang beranggotakan mendiang Ade Paloh (gitaris, vokal), Awan Garnida (bass, vokal), dan Bemby Gusti (drum, vokal) berkarya sejak 2002.
 
Bersama band Sore, Ade Paloh telah memproduksi sedikitnya empat album, seperti Centralismo, Ports of Lima, Los Skut Leboys, dan Quo Vadis, Sore?.

Namun, Ade Paloh tak selalu tampil bersama band tersebut. Pada 2010, ia mengungkapkan meninggalkan band Sore.
 
Bagi para Kampiun, sebutan fans band Sore, berikut Medcom.id menuliskan fakta dari band tersebut.
 
baca juga: Menikmati Sore Tak Pernah Seresah Ini
 

Fakta-Fakta Band Sore

1. Asal Mula Nama Band Sore


Awan Garnida mengungkapkan alasan grup bandnya ini dinamakan SORE.
 
"Kita dulu bangunnya sore semua, jadi sudah aja (dinamakan) SORE," ungkap Awan.
 
Terlepas dari itu, para personel grup bandnya ini sangat menyukai suasana di SORE hari. Awan juga menjelaskan bagaimana nikmatnya suasana sore hari dibandingkan dengan pagi ataupun malam hari.
 
"Masih terik, tapi sudah enggak panas, sudah enggak gerah, anget-anget. Jadi ceritanya sudah mau titik akhir dari sebuah hari dengan segala kepenatan, rileks-rileks," ucap Awan.

2. Persahabatan Masa Kecil

Kisah Sore bermula dari persahabatan tiga laki-laki, Ade, Mondo, dan Awan. Ketiganya bersahabat sejak masa kecil. Kebersamaan antara Ade dan Mondo yang dijalin sejak kelas 2 SD inilah seperti suratan takdir yang membawa mereka larut dalam musik Sore.
 
“Gue dan Mondo berteman dari SD sampai SMP kelas 1. Kalau dengan Awan berteman dari kelas 4 SD, tapi (dengan Awan) beda kelas waktu di Perguruan Cikini. Kenangan emosional banyak banget, namanya sahabat. Apalagi sama Mondo, gue sering main ke rumah dia, dia juga gitu. Awan juga gitu sih,” kata Ade kepada medcom.id saat disinggung mengenai persahabatan dalam tubuh personel Sore.
 
Kebersamaan Ade, Mondo, dan Awan berlanjut hingga kehidupan mereka di Amerika Serikat, mereka sama-sama menempuh studi di sana meski dengan durasi yang berbeda.
 
Mondo selama 8 tahun, Ade 11 tahun, dan Awan 8 bulan. Tiga lelaki ini mencintai The Beatles dan kerap bertukar pikiran soal musik. Meski pada saat itu mereka belum ada rencana membentuk sebuah band.
 
Ade Paloh Meninggal, Ini Fakta Band Sore

3. Persahabat Berlanjut Membentuk Sebuah Band


Awal dekade 2000-an, sepulang dari menimba ilmu di AS, persahabatan antara Awan, Ade, dan Mondo terus berlanjut. Lantas, Awan mengenalkan salah satu kawannya, Bemby Gusti, yang kelak menjadi penggebuk drum Sore.
 
“Awalnya Awan ajak nge-band. Dulu (kami) bikin band juga namanya 'Awan Lembayung'. Rekaman bareng Bemby sama Mondo dan Awan. Pernah bikin proyek namanya Bahagia. Terus Awan cetuskan ide bikin band, tadinya gue enggak mau, pengin bisnis saja. Tapi akhirnya gue oke, terus dikenalin ke Eca (panggilan akrab Reza Dwiputranto). Pertamanya Eca merasa enggak masuk sama musiknya, tapi bisa juga. Akhirnya, kita bikin namanya Sore. Gue sama Mondo yang bikin namanya,” kata Ade.
 
Munculnya Sore tidak lepas dari kebangkitan musik independen di awal 2000-an ketika David Tarigan bersama Aksara Records mengakomodasi band-band independen berkualitas.
 
Akhirnya, lahirlah album kompilasi "JKT:SKRG" yang berisi The Brandals (sekarang BRNDLS), The Adams, Ruang Hampa, C’mon Lennon, Sajama Cut, Seringai, The Sastro, Teenage Death Star, The Upstairs, Zeke & The Popo, dan tentu saja Sore.

4. Personel Kidal


Sore juga dikenal eksentrik dengan personel yang serba kidal. Ternyata, Paul McCartney lah yang 'bertanggung jawab' atas hal itu.
 
“Enggak ada kesengajaan membuat band dengan personel kidal. Kami dari dulu sukanya The Beatles, jadi meniru Paul McCartney. Dari awal main gitar memang bisanya kiri, enggak bisa kanan. Termasuk si Awan main kidal juga karena The Beatles,” kata Ade.
 
Hal itu lantas ditanggapi Eca, “Kalau gue emang dari dulu coba main gitar kidal tapi pakai gitar untuk tangan kanan karena enggak ada yang bimbing dan enggak ada gitar left-handed. Jadinya ya gue cari sendiri enaknya bagaimana (gitar dengan susunan senar tangan kanan dan dimainkan dengan tangan kiri). Untuk sehari-hari kadang ada yang lebih nyaman pakai kiri, kayak kalau lagi main bola.”

5. Jadi Inspirasi Film Joko Anwar


Perjalanan Sore lantas masuk ke tahap selanjutnya dengan pinangan dari Nia Dinata untuk mengisi soundtrack film Arisan! (2003), dan film debut Joko Anwar sebagai sutradara Janji Joni (2005).
 
Hasil menjanjikan diberikan Sore yang menyumbang lagu “Bebas” di film Arisan!, serta dua lagu dari personel Sore di film itu sebagai musisi tunggal, Ramondo Gascaro menyumbang lagu “Oh Jakarta” dan Bemby Gusti memberi lagu “Underwater Zen”.
 
Sedangkan di film Janji Joni, Sore menyumbang lagu menderu, “Funk the Hole”.
 
Joko Anwar memiliki kenangan tersendiri tentang Sore. Ia mengenalnya secara tidak sengaja.
 
"Kebetulan, waktu gue jadi wartawan di Jakarta Post, waktu pulang lewat Kemang (Jakarta Selatan) gue lihat ada band mau main (di sebuah venue), random. Akhirnya, gue tonton dan gue liput. Setelah itu gue tertarik, dan bukan hanya di film yang gue garap ada Sore tapi di film yang gue tulis kayak ‘Quickie Express’ juga ada Sore,” kata Joko kepada Metrotvnews.com, dalam sebuah kesempatan yang lain.
 
Setelah proyek Janji Joni, Joko semakin larut dengan musik Sore. Ide beberapa film yang ia kerjakan bahkan muncul kala mendengarkan lagu Sore.
 
“Lagu mereka sinematis banget. Ketika lu dengar lagu mereka, keluar visual dengan sendirinya tanpa perlu lu bayangin dan Sore punya kekuatan yang sangat kuat. Film gue ‘Modus Anomali’ itu muncul setelah gue dengar lagu ‘Bogor Biru’, luar biasa efeknya. Bagi gue ‘Bogor Biru’ itu lagu yang sangat menyeramkan, suara waktu Ade nyanyi itu (bagai) suara pembunuh,” terang Joko.
 
Pada 2015, Joko Anwar juga memastikan akan merampungkan sebuah film berjudul Eksekutors yang terinspirasi dari lagu “Lihat” yang terdapat di album Centralismo.
 
"Proses kreatifnya, waktu gue dengar lagu ‘Lihat’, gue kebayang akhir film ‘Eksekutors’. Gue kebayang ada lima anak muda di suatu gudang dikelilingi oleh wartawan dan polisi. Ketika gue dengar ‘Lihat’, gue bayangin salah satu dari mereka keluar dan nembakin pistol,” kata Joko.
 
Joko tidak sendirian, aktris yang kini menjadi produser sekaligus sutradara, Ria Irawan, juga menjadi 'korban' Sore. Ria membuat film berjudul Gila & Jiwa yang terinspirasi dari salah satu lagu Sore.
 
“Saya terinspirasi dari Sore, satu-satunya grup band di Indonesia yang juara soal visual film. Dari lagu ‘Sssst...’ saya terinspirasi membuat skenario film,” kata Ria pada pertengahan Februari 2014 di Hard Rock Cafe, Jakarta, saat menggelar jumpa pers film Gila & Jiwa.
 
Lepas dari dampak visual yang dihadirkan Sore, sekiranya musik Sore sudah menyeret pendengarnya ke sebuah labirin gelap yang belum pernah dibayangkan sebelumnya.
 
Sore seolah menghadirkan nuansa yang benar-benar baru. Teror kepedihan, pilu, rintihan hati yang terluka, seolah terus berbisik seiring lagu-lagu mereka diputar. Sejalan dengan suasana gelap yang dihadirkan, Sore juga menawarkan penawar hati yang begitu teduh seperti, “Aku,” “Mata Berdebu,” atau “Karolina.”
 
(Theresia Vania Somawidjaja)
 
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(ELG)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan