Bagi Littlefingers, album ini bukan sekadar kumpulan lagu baru, tapi juga jadi titik balik dan penyegaran dari identitas musik yang mereka bangun selama lima tahun terakhir.
“Fresh jadi kata yang terpikirkan mewakili Snakes and Ladders. Setelah 3 tahun tidak ada rilisan berbentuk full album, saya pribadi merasa disegarkan kembali secara musikan, walaupun pada proses pengerjaannya, (full) album pastinya lebih memakan waktu dan perlu dedikasi yang lebih," tutur Chika Olivia selaku kibordis Littlefingers lewat siaran pers yang diterima Medcom.id.
Chika juga menambahkan bahwa setelah lima tahun berjalan bersama sebagai band, mereka jadi lebih tahu arah musikalitas yang diinginkan.
baca juga: |
"Bersyukur bandnya sudah berjalan kurang lebih 5 tahun, sudah lebih tau maunya apa, sudah lebih banyak referensi dan juga didukung dengan alat-alat yang berbeda dari album sebelumnya. Otak semacam ter-reset dan bisa terpikirkan approach yang berbeda, baik dalam penulisan maupun sound,” tambahnya.
Snakes & Ladders membawa warna yang berbeda dibanding album debut Littlefingers, EUPHORIA (2022). Apabila EUPHORIA penuh dengan semangat dan optimisme sebagai musisi yang baru mulai menapaki karier, Snakes & Ladders justru hadir sebagai cerminan dari realita yang mereka hadapi selama lima tahun terakhir yaitu naik turun, jatuh bangun, dan segala perjuangan di balik layar industri musik.
Di balik nama Littlefingers, para personelnya sebenarnya punya peran besar dalam dunia musik Indonesia. Ketiganya aktif sebagai session player dan produser untuk sejumlah musisi papan atas Tanah Air.
“Album ini merupakan sebuah pengingat, tentang alasan awal bermusik, yaitu kembali untuk menciptakan dan meninggalkan bunyi yang jujur, bukan hanya sekedar mengikuti tren yang beredar. Seperti ‘pulang’ mungkin menggambarkan kata yang tepat merefleksikan proses pengerjaan album ini,” ungkap Tjdika, bassis Littlefingers.
Snakes & Ladders sendiri merupakan album berisikan 9 trek, lagu pertama sebagai intro, tiga single yang telah dirilis sebelumnya, dan lima lagu yang sepenuhnya baru. Pada lagu “Labrnth”, Littlefingers berkolaborasi dengan produser dan music director ternama tanah air, Rishanda Singgih.
Sementara lagu berlirik “Essence”, Littlefingers berkolaborasi dengan vokalis asal Melbourne, Australia, Emma Volard. Lagu “Essence” sendiri lantas dipilih menjadi focus track dari album berdurasi 31 menit 22 detik ini.
"Sekitar awal tahun 2025, gue menemukan album Emma Volard di salah satu streaming platform dan gue langsung suka banget sama suaranya. Sempet ada beberapa minggu dengerin album dia on repeat sambil kepikiran kayanya kalau ada salah satu lagu di album diisi oleh beliau seru kayaknya. Tidak lama setelah itu, dia mengadakan tour di Indonesia, dan kami waktu itu nekat aja kontak. Untungnya dia mau dan bener-bener memberi warna baru dari draft lagu yang sudah kami buat,” ungkap David, drummer Littlefingers.
Di rilisan album anyar ini, Littlefingers kembali menunjukkan kemandiriannya dengan menggarap sendiri proses produksi, mixing, hingga mastering (kecuali lagu kolaborasi dengan Rishanda Singgih). Album ini pun tetap mempertahankan identitas musikal mereka lewat eksplorasi bunyi synthesizer yang menjadi ciri khas Littlefingers sejak awal.
Sentuhan tersebut kemudian dikombinasikan dengan dentuman bass dan drum yang solid serta penuh energi, menciptakan lanskap sonik yang kaya dan dinamis. Snakes & Ladders menawarkan pengalaman mendengarkan yang memanjakan telinga dan memperlihatkan kematangan trio ini dalam meramu warna musik elektronik dengan pendekatan jazz modern.
Sebagai penutup, Littlefingers pun berharap bahwa album ini bisa menjadi pengingat ataupun penyemangat bagi setiap pendengarnya yang sedang berjuang menghadapi papan permainan kehidupan yang tangguh.
(Basuki Rachmat)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News