Pemilihan diksi kata unik seperti "Jentaka", "Serana", "Derana" hingga "Sadrah" kini pun lekat menjadi warna tersendiri dalam katalog musik band yang digawangi oleh Boniex (vokal), Chimot (drum), Izha (bass) dan Arief (gitar).
Dalam episode terbaru siniar Shindu’s Scoop, para personel for Revenge pun mengungkap alasan sederhana di balik penggunaan kata-kata tersebut.
"Supaya lebih mengenalkan bahasa Indonesia aja sih," ungkap Chimot singkat.
baca juga: for Revenge Gelar Konser Tunggal Perdana, Gandeng Lomba Sihir dan Stand Here Alone |
Sementara itu, sang vokalis Boniex Noer mengungkap bahwa latar belakangnya di bidang jurnalistik turut berperan dalam pembentukan gaya penulisan lirik for Revenge.
"Background gua jurnalistik, dulu banyak diajarin buat mencari kata-kata itu harus baku menggunakan bahasa Indonesia gitu. Itu mungkin yang mengaruh ke punulisan liriknya for Revenge," tutur Boniex.
Meski begitu, Boniex pun mengakui bahwa penggunaan diksi bahasa Indonesia yang baku tersebut tidak selalu dirancang secara sengaja dalam proses penulisan lirik.
"Ya ada kesengajaan beberapa kali, tapi ada juga yang nggak gitu," lanjutnya.
Vokalis berusia 33 tahun itu juga menceritakan bahwa dirinya juga banyak belajar dari sosok komika Wira Nagara, yang dikenal sebagai komedian dengan persona bertutur puitis saat di atas panggung.
Saat berkolaborasi dalam lagu “Perayaan Patah Hati”, Boniex mengaku terinspirasi oleh cara Wira memilih dan merangkai diksi-diksi bahasa Indonesia yang jarang digunakan, namun tetap terasa dalam dan bermakna.
"Banyak pengaruh-pengaruh sih sebenarnya, kayak gua ngobrol sama Wira Nagara contohnya, pas kolaborasi 'Perayaan Patah Hati', dari situ juga belajar banyak gitu. Wira Nagara banyak menggunakan diksi-diksi bahasa yang jarang dipakai gitu. Ternyata sekaya itu ya bahasa Indonesia," tutup Boniex.
(Basuki Rachmat)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News