Seri PROPHECY menghadirkan 80 karya foto yang merefleksikan proses memahami lebih dalam tentang emosi, serta betapa eratnya hubungan antara cara Aldo memproses perasaan dan menerjemahkannya ke dalam gambar.
Setiap foto merupakan potongan, momen, atau pertanyaan yang ditarik dari lanskap emosional pribadi, bukan untuk membentuk satu cerita utuh, melainkan untuk menghadirkan sebuah peta perjalanan tentang pertumbuhan, kebingungan, kejernihan, dan segala sesuatu yang berada di antaranya.
"Puluhan karya yang saya tuangkan pada buku ini menggarisbawahi teknik konseptual juga surreal untuk merepresentasikan lapisan terluar dari emosi yang ingin ditampilkan. Sementara elemen portraiture dan still life juga tersebar pada sejumlah foto," kata Mikael Aldo.
baca juga: Jakarta Drunkers Night Hadirkan Kolaborasi Seniman Indonesia dan Jepang |
"Tujuan dari kombinasi seluruh elemen ini pada visi artistik saya adalah untuk secara efektif memaksimalkan pendekatan visual yang beragam dalam menyampaikan emosi yang berbeda-beda, dan tidak terpaku pada gaya yang bersifat singular," lanjutnya.
Visual gelap yang mayoritas ditampilkan bukan merupakan upaya untuk memberikan kesan murung, tetapi menjadi penanda cara Aldo meramu imaji dengan emosi yang kerap terjadi secara retrospektif. Menurut Aldo, karyanya selama ini secara konsisten merupakan sebuah pencarian untuk mengenal dirinya sendiri, dunia, serta hal-hal lain yang terjadi di antaranya. Karya fotografinya terbentuk oleh kompleksitas kehidupan.
Bertepatan dengan peluncuran photobook ini, dia juga menghadirkan sejumlah karya untuk dinikmati pada sebuah pameran fotografi imersif. Pameran bertajuk sama ini digelar selama sepekan mulai 14 Mei hingga 20 Mei 2025 di artsphere Gallery, Dharmawangsa, Jakarta Selatan.
Pameran yang khusus menghadirkan 17 karya foto terpilih dari seri PROPHECY ini didesain untuk menjadi ‘gerbang masuk’ yang secara langsung dapat membawa pengunjung menyelami lanskap emosional dari buku PROPHECY.
"Melalui pameran ini, saya ingin menciptakan ruang bersama di mana emosi-emosi batin bisa diresapi secara berbeda. Setiap karya mengajak pengunjung melewati transisi, dari keterasingan menuju harapan, dari kerentanan menuju pemulihan, dari kecemasan menuju kedamaian yang rapuh. Saya mengajak para pengunjung untuk mengenal proses saya mempelajari emosi," jelas Aldo.
Pada seri ini, Aldo berkolaborasi dengan sejumlah figur kreatif tanah air seperti aktor Muhammad Khan serta fotografer Meidiana Tahir dan Nadia Rompas, sedangkan tatanan gaya pada seri ini diramu oleh Hafiz Akhbar.
"Saya tidak ingin terburu-buru; bagi saya, karya yang dihasilkan secara perlahan dan tenang adalah yang paling bermakna. Saya ingin terus merangkai dunia-dunia emosional tempat orang bisa menemukan bagian dari dirinya, dan perjalanan ini baru dimulai. Masih banyak ruang untuk saya jelajahi dan ciptakan ke depan," jelas Aldo.
Mikael Aldo adalah seniman visual asal Indonesia yang karya-karyanya mengeksplorasi kompleksitas dan kedalaman emosional dari pengalaman manusia melalui fotografi konseptual dan portrait. Karya-karyanya telah dipublikasikan di media internasional seperti COMPLEX, ACCLAIM, VICE, TFR, dan Museum of Contemporary Digital Art. Ia juga berkolaborasi dengan sejumlah musisi seperti Hindia, .Feast, Nadin Amizah, hingga Prospa dari Inggris.
Karyanya turut menghiasi sampul buku terbitan Mondadori (penerbit terbesar di Italia) dan pernah dipamerkan dalam Art Jakarta serta ImageNation Paris. Di luar proyek komersial, Aldo juga aktif mendukung isu sosial melalui proyek-proyek pro bono, termasuk kampanye kesehatan mental Together We Can yang diinisiasi oleh Heads Up Guys.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News