Ajang ini digelar untuk mendorong semangat olahraga inklusif dan memberikan ruang partisipasi yang setara bagi para penyandang disabilitas. Acara yang mempertandingkan voli duduk dan tenis meja ini diikuti oleh puluhan atlet disabilitas dari Karawang, Bekasi, Purwakarta, hingga Subang.
"Kita sering bertepuk tangan di podium, tapi lupa menyediakan jalannya ke podium. Bangga saat medali dikalungkan, tapi kadang masih abai terhadap akses. Itulah kenyataan yang masih harus kita ubah bersama," kata Verrell Bramasta
Selain sebagai pembicara, Verrell merasakan sendiri tantangan yang dihadapi para atlet disabilitas. Dia ikut bermain tenis meja bersama para atlet, bahkan mencoba voli duduk yang memerlukan teknik khusus.
"Ternyata bermain voli duduk itu tidak semudah yang dibayangkan. Benar-benar butuh kekuatan, kelincahan, dan konsentrasi yang tinggi. Saya semakin salut melihat dedikasi teman-teman atlet yang terus berlatih dan memberikan yang terbaik," ungkap Verrell setelah mencoba bermain voli duduk.

Setelah merasakan langsung dinamika di lapangan, Verrell menyoroti kondisi fasilitas olahraga di Karawang yang masih perlu perhatian serius. Verrell berharap atlet disabilitas juga mendapat perhatian sama.
"Dari hasil peninjauan di dua GOR di Kabupaten Karawang, ditemukan bahwa pengelolaan fasilitas belum optimal, pemeliharaan tidak rutin, dan yang lebih memprihatinkan, masih banyak atlet disabilitas yang harus menggunakan uang pribadi untuk latihan. Kita tidak bisa hanya memberikan apresiasi saat mereka menang, tapi harus hadir sejak dari proses pembinaan," jelasnya.
"Pengalaman bermain langsung dengan para atlet hari ini semakin meyakinkan saya bahwa mereka tidak butuh belas kasihan, mereka butuh akses dan kesempatan yang setara. Kami akan terus mendorong revitalisasi fasilitas olahraga di Karawang dengan melibatkan tenaga kerja lokal, dari petugas kebersihan hingga pedagang kantin sehat," lanjut dia.
Verrell berharap ajang ini momentum awal bagi penguatan ekosistem olahraga disabilitas yang lebih inklusif, berkeadilan, dan bermartabat di Indonesia.
"Akses yang layak, fasilitas yang inklusif, dan kebijakan yang berpihak bukanlah bentuk belas kasihan, melainkan prasyarat keadilan. Saya yakin, bersama kita bisa menjadikan olahraga disabilitas bukan sekadar simbol, tapi substansi yang berkelanjutan," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News