Tito mengamini pernyataan Imam. Menurut Tito, pasar film di Indonesia belum begitu besar. Jumlah bioskop Indonesia yang masih kalah jauh dibandingkan industri film Hollywood misalnya membuat seorang produser harus selektif mengangkat cerita yang akan difilmkan. Sisi bisnis tentu harus menjadi pertimbangan.
"Sulit membandingkan film Indonesia dengan Hollywood. Mereka punya pasar seluruh dunia. Produser juga pilih-pilih mau angkat karya jurnalistik yang mana. Akhirnya investor pilih cerita yang ringan, yang dekat dengan anak-anak muda. Saya tidak menyalahkan orang yang tidak mau menaruh biaya untuk film-film seperti itu (bertema berat). Wajar mereka (produser dan investor) takut (rugi)," jelas Tito.
Kaitan dunia film dan jurnalisme semakin erat ketika banyak juga profesi wartawan yang diangkat menjadi karakter sebuah film. Banyak film fiksi yang menceritakan profesi jurnalis. Dalam penelusuran Tito di situs filmindonesia.or.id, ada 55 film menggunakan kata "wartawan" dan tiga film menggunakan kata "jurnalis".
Tito menyebut, profesi jurnalis juga begitu dekat dengan dunia film. Banyak juga sineas yang pernah menjadi jurnalis sebelum terjun ke dunia film. Contoh paling populer saat ini tentu sutradara Joko Anwar. Usmar Ismail yang merupakan Bapak Perfilman Indonesia disebut Tito pernah bekerja sebagai wartawan.
Selain bertugas memberitakan sebuah berita tentang sebuah film, seorang jurnalis juga bisa berperan langsung menghadirkan sebuah karya di dunia film. Sebagai profesi yang dekat dengan kepenulisan, seorang jurnalis bisa menempuh langkah sebagai penulis naskah. Langkah ini pernah dilakukan Joko Anwar ketika mengawali karier dengan menulis naskah film Arisan.
Karena itu, Tito mengusulkan jurnalis bisa mengikuti pelatihan menulis naskah film. Menulis berita dengan cara menulis skenario tentu berbeda sehingga harus secara rutin dilatih.
"Kita saat ini kekurangan penulis film. Yang berpotensi salah satunya wartawan. Wartawan bisa belajar menulis skenario film, bukan hanya formatnya, tapi juga bagaimana art-nya, kapan ketegangan meningkat, konflik mulai muncul sampai selesai. Saya sangat menyemangati ketika ada pelatihan menulis, wartawan yang berminat bisa jadi prioritas karena punya model besar untuk jadi penulis naskah yang hebat," jelas Tito.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News