Upacara Odalan Pura (Foto: Metrotvnews.com/Patricia Vicka)
Upacara Odalan Pura (Foto: Metrotvnews.com/Patricia Vicka)

Mengintip Prosesi Upacara Odalan Pura

Patricia Vicka • 30 Januari 2016 21:12
medcom.id, Bali : Matahari masih berdiri tegak di atas langit Bangli. Seorang wanita bersama dua orang anak kecil tengah sembahyang kepada para dewa dewi dan leluhurnya. Ia sembahyang di depan pura kecil disamping rumahnya.
 
Pemandangan ini terlihat begitu memasuki pintu gerbang Desa Wisata Panglipuran di Kelurahan Kubu, Kecamatan Bangli, Bali. Desa Panglipuran terletak 700 meter diatas permukaan laut dengan luas sekitar 112 hektar. Tak heran jika hawa pegunungan yang adem, sejuk dan segar sangat terasa disini.
 
Di Desa Panglipuran tengah dilaksanakan upacara Odalan Pura Pusah. Upacara Odalan adalah upacara untuk memperingati hari berdirinya sebuah Pura yang digunakan sebagai tempat bersembah hyang. Upacara dilaksanakan pada hari Selasa Kliwon yang jatuh pada Selasa 26 Januari 2016.

Menurut mitologi di Bali, Selasa Kliwon dianggap memiliki nilai spiritual dan daya magis tinggi sehingga sering dijadikan hari baik bagi upacara-upacara adat dan pendirian sebuah pura. 
 
Tampak ibu-ibu dan beberapa wanita desa berjalan kaki bersama-sama menuju Pura Pusah yang berada di sebelah utara kampung. Mereka memakai kebaya tradisional Bali dengan kain sarung di bawahnya dan mengikat rambut mereka. Beberapa ibu-ibu membawa persembahan yang dimasukkan ke dalam Bebanten dan diletakkan di kepala. Bebanten adalah sebuah kotak persegi yang terbuat dari anyaman bambu yang digunakan untuk menyimpan persembahan.
 
Made Sri Ayu salah seorang wanita yang menggendong bebanten mengatakan, ia mempersiapkan persembahan ini sedari pagi. Isi persembahan bermacam-macam dari mulai buah-buahan, nasi, lauk-pauk, sayur mayur hingga bunga. 
 
"Persembahan dibawa ke Pura untuk kami persembahkan kepada leluhur kami. Sesudah sembahhyang persembahan ini kami makan bersama-sama," tutur wanita berparas Ayu ini.
 
Mengintip Prosesi Upacara Odalan Pura
 
Ia kemudian melangkah bersama saudaranya menuju Pura yang berada di ujung atas desa. Untuk dapat menuju Pura tersebut warga Panglipuran harus menaiki puluhan anak tangga. Desa Panglipuran yang berarti peringatan kepada leluhur adalah salah satu desa budaya di Bali yang masih memegang teguh adat istiadat dan budaya leluhurnya.
 
Upacara Odalan Pura adalah salah satu tradisi leluhur yang masih dijalankan hingga kini. Keasrian budaya juga bisa langsung dilihat oleh wisatawan dari bangunan rumah warga.
 
Rumah warga dibuat serupa dan sama serta tersusun rapi. Bagian dalam rumah terbagi menjadi beberapa bangunan yang terdiri dari sebuah pura, dapur yang terbuat dari anyaman bambu, balai-balai istirahat dan rumah tinggal. Pintu gerbang masuk dibuat saling berhadapan satu sama lain dengan arsitektur angkul-angkul khas Bali. Di depan rumah tampak pepohonan rindang dan rumput hias berwarna-warni tumbuh subur menambah keindahan Desa.
 
Penataan fisik didesa ini sudah diwariskan turun temurun dari leluhur. Hingga kini warga di desa ini masih memegang falsafah Tri Hitakarana dimana manusia harus selalu mengharmonisasikan hidup dengan sesama, lingkungan dan Tuhan.
 
Para warga akan menyapa pengunjung yang datang dengan ramah dan mengajak masuk ke dalam rumah. 
 
"Halo, selamat datang, mari masuk ke rumah kami," tutur ibu Ni Nengah Sari dengan ramah.
 
Ia kemudian menunjukkan kepada penulis seisi rumah sambil menjelaskan falsafahnya. Pura diletakkan paling depan rumah sebagai tempat pemujaan para dewa. Sementara dapur dan ruang santai terletak dibelakang Pura disusul dengan bagunan tempat tinggal. "Dapur dan bale-bale ditaruh di depan untuk menyambut tamu yang datang," jelasnya.
 
Mengintip Prosesi Upacara Odalan Pura
 
Di samping ruang santai terdapat tempat untuk berjualan aneka kerajinan, seni, makanan serta beberapa minuman khas Bali. Pemuka adat memang melarang warga membuka warung di luar rumah. Maka pengunjung harus masuk ke dalam rumah untuk membeli barang.
 
Tak perlu khawatir dompet akan terkuras di sini. Warga setempat memasang harga yang tak mahal untuk barang jualan. Gelang dan kalung etnik Bali dibandrol Rp 5.000 - Rp 30.000. Sementara untuk kopi bali mentah dibandrol seharga Rp 10.000-Rp 200.000. Uang hasil penjualan sebagian akan diberikan untuk pengurus desa sebagai dana untuk membangun desa.
 
Waktu mulai beranjak sore. Suara kentungan bambu dipukul terdengar keras di rumah dekat Pura. Diskusi santai penulis dengan bu Nengah terpaksa diakhiri karena ia harus beranjak menuju Pura bersama keluarga. Semakin sore warga Desa Panglipuran yang menuju pura semakin ramai. Bapak-bapak dan anak laki-laki menyusul para wanita ke Pura dengan memakai baju koko putih dan udeng putih dikepala.
 
Mengintip Prosesi Upacara Odalan Pura
 
Upacara dimulai pukul 17.00 WIB. Dimulai dengan pemukulan kentongan oleh ketua adat sebagai tanda prosesi upacara dimulai. Di awal prosesi ada pengambilan air suci untuk membersihkan diri. Kemudian upacara sesaji dimulai. Lantunan mantra doa didendangkan oleh pemangku adat diikuti warga. Suara nyanyian dan lafalan doa terdengar jelas dilantunkan dari dalam Pura. Matahari pun beranjak meninggalkan bumi dan senjapun datang menghampiri. Namun keasrian dan kedamaian di Desa Panglupuran tak luntur dengan datangnya malam.
 
Untuk menuju desa ini, wisatawan harus menempuh sekitar 60 km dari denpasar. Dengan mobil pribadi perjalanan dari Denpasar di tempuh dalam waktu sekitar 2 jam. Untuk dapat menikmati desa budaya wisatawan nusantara hanya perlu membayar Rp 15.000 dan Rp 30.000 untuk wisatawan asing sebagai harga tiket masuk.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ELG)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan