Sejumlah wanita tengah membatik pada Workshop Galeri Batik Kudus, di Kudus, Jateng, Senin (10/9/2014). ANTARA/R REKOTOMO
Sejumlah wanita tengah membatik pada Workshop Galeri Batik Kudus, di Kudus, Jateng, Senin (10/9/2014). ANTARA/R REKOTOMO

Keindahan Batik dan Tenun Khas Nusantara

Dimas Prasetyaning • 07 Januari 2015 12:29
medcom.id, Jakarta: Tidak ada habis-habisnya jika membicarakan keindahan Indonesia. Negara yang terletak di Asia Tenggara ini memiliki banyak ras, suku, budaya serta agama.
 
Keindahan kerajinan tangan masyarakatnya pun patut diperhitungan. Seperti kain batik dan kain tenun yang sudah melegenda.
 
Namun sayang, di tengah daya saing dengan batik-batik yang populer seperti Batik Solo, Batik Pekalongan dan Batik Yogyakarta, kain Batik Kudus mulai langka. Padahal Batik Kudus merupakan cikal-bakal dari batik pesisir. Seiring perkembangan zaman dan teknologi, awalnya membantik dengan peralatan sederhana, lambat laun beralih ke industri.

Menurut Pembina Galeri Batik Kudus Miranti Serad Ginanjar, perlunya inovasi agar Batik Kudus diminati pasar perdagangan. Ia pun menyiasatinya dengan mengangkat batik cap.
 
"Karena Batik Kudus ini termasuk langkah kita berkonsentrasi ke batik-batik repro. Kita juga mengangkat batik cap, yaitu mengangkat kearifan lokal Kota Kudus. Seperti motif menara Kudus, kaligrafi, dan kretek, kapal kandas, dan Gunung Muria," ungkap Miranti.
 
Selain batik yang diakui sebagai warisan budaya oleh UNESCO, Indonesia juga memiliki kain tenun yang sangat indah, seperti kain tenun Bali dan Sulawesi Selatan.
 
Di Bali, kain tenunnya sendiri bermula dari kain tradisi, yaitu kain Bebali. Di awal sejarah perkembangan batik di Nusantara, Bali dikenal salah satunya adalah kain Gringsing. Motif-motifnya diambil dari keindahan alamnya, seperti flora dan fauna.
 
"Awal mulanya sejak tahun 1991 bermula dari penciptaan ide air brush kalau di Bali biasa dikenal dengan kain ikat, dan air brush tersebut adalah teknik baru," ungkap Ida Bagus Adyana, selaku pemilik Rumah Tenun Ikat Putri Ayu.
 
Sedangkan di Sulawesi Selatan, kain tenunnya terkenal dengan nama Sutra Sekang. Sesuai namanya, bahannya sendiri terbuat dari 100 persen sutra.
 
Ketua Koperasi Tenun, Adi Kurnia, mengatakan, umumnya satu orang wanita mampu memproduksi kain tenun dengan panjang dua meter dalam sehari.
 
"Dari proses penjemuran sutra mulai dari yang normal hingga menjadi berwarna membutuhkan waktu satu jam, melalui pewarnaan alami dan kearifan lokalnya inilah kami tidak khawatir akan hadirnya saingan karena konsumen sudah sangat familiar dengan produk-produk serta bahan seperti ini," ujarnya.
 
Ingin lebih tahu keindahan batik dan tenun tersebut. Jangan lewatkan tayangan Idenesia di Metro TV pada Kamis 8 Januari 2015, pukul 22.30 WIB.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AND)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan