Karya-karya yang dihasilkannya menunjukkan bahwa ia telah melaju ke depan lebih cepat melampaui zamannya pada saat itu.
Lahir dari pasangan keluarga berada Toeloes dan Saleha, Chairil tumbuh dalam kehidupan yang mewah dan manja. Namun, pertengkaran di antara kedua orangtuanya yang kerap terjadi membuat Chairil menjadi pribadi yang keras.
"Kepenyairan Chairil ditopang oleh jalan hidupnya yang keras," ungkap sastrawan Muhammad Damhuri, di Metro TV beberapa waktu lalu.
Setelah ayahnya menikah kembali dan melepaskan tanggung jawab sebagai ayah, Chairil mulai putus sekolah dan menjalani hidup yang tidak menentu. Kematian sang nenek membuat hidup Chairil semakin tak keruan.
"Di satu sisi, dia orang yang keras. Tapi, di sisi lain, Chairil adalah pribadi yang penyendiri. Ini bisa dilihat dengan sajak Nisan karangannya," lanjut Muhammad.
Chairil mulai terkenal di kalangan seniman Jakarta tahun 1943. Hobi membaca buku sajak terbitan asing menjadikan ia penggila buku dan menghabiskan banyak waktunya hanya untuk membaca buku-buku tebal.
"Saking gilanya dengan buku, Chairil pernah mencuri buku di toko," kata Muhammad. "Namun, itu terjadi karena mungkin waktu itu hidupnya serba kekurangan, sampai Chairil tidak sanggup membeli sebuah buku."
Meskipun tidak meninggalkan harta benda, termasuk buku-bukunya yang hilang entah ke mana. Chairil meninggalkan warisan terbesar lewat goresan kata-katanya.
"Saking besar warisannya. Chairil Anwar bahkan hidup (sampai) 'seribu tahun' seperti yang ia dambakan," tutup Muhammad. (Sumarni)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id