Metrotvnews.com berkesempatan bertemu Anya, mantan keyboardist Base Jam.
Anya turut menciptakan lagu-lagu hit Base Jam dan tercatat sebagai personel di tiga album pertama, sebelum akhirnya hengkang.
"Saya di Base Jam dari kelas 1 SMA sampai kuliah awal-awal. Dulu lagi zaman-zamannya MTV masuk, itu bedanya environment musik. Dulu punya video klip itu susah banget. Rekaman pun pakai pita. Satu privilege banget dulu bisa punya band. Tidak semudah sekarang, tetapi zaman sekarang tentu band yang ada punya challenge tersendiri," tukas Anya.
Perempuan kelahiran 27 Januari 1978 itu lantas menceritakan kenangan masa-masa jaya Base Jam. Sebuah pengalaman hidup yang unik, karena Anya meraih popularitas di waktu yang terbilang muda.
Anya bukan saja menikmati popularitas, tetapi kerja kerasnya sebagai musisi membuatnya berlimpah rupiah.
“Zaman dulu kalau band tidak hits banget, profesi sebagai pemusik tidak bisa diandalkan. Syukur dulu di Base Jam kami cukup sukses. Dulu kami di Base Jam sekali main sudah dibayar jutaan, sebagai anak SMA uang itu berlimpah banget. Bisa bayar sekolah sendiri, belanja, bahkan aku beli mobil sendiri. Dulu beli BMW seri 318 seperti yang ada di film Catatan Si Boy,” kenang pemilik nama asli Intan Putri itu.
Band yang menguasai daftar lagu di radio dan televisi pada era 1990-an memiliki basis penggemar yang besar. Sekaligus membuat jadwal panggung mereka padat hampir di tiap minggu. Anya bahkan menceritakan sempat mengorbankan waktu belajarnya di sekolah dan bangku kuliah demi tampil di berbagai acara musik.
"Dulu sekolah sampai bolos dua minggu, dulu tur cukup jauh-jauh, sampai Belitung juga. Dulu kami kalau tur pakai bis, tetapi karena kami lookup band luar, kami merasa hal itu keren," tuturnya.
Kenangan Anya berlanjut pada hubungan antara band dan penggemar di masa itu. Jika masa kini penggemar dapat bertegur sapa dengan idola mereka via media sosial, di era 1990-an keakraban terjalin lewat surat.
"Dulu semua serba surat. Bayangkan saja dulu dalam sehari bisa menerima 300 lembar surat. Manajemen mengharuskan balas surat langsung. Dulu juga tandatangani foto, dalam sehari bisa tandatangan 1000 foto," kenangnya.
Singkat cerita, Anya memilih untuk tidak meneruskan karier sebagai musisi. Tabungan yang didapatnya dari Base Jam dia gunakan untuk merintis bisnis event organizer yang dia jalani hingga saat ini.
"Akhirnya karena suatu hal aku enggak happy, aku sudah malas. Nge-band sudah jadi sesuatu yang tidak menyenangkan lagi. Mungkin bisa juga karena jenuh, kami masih terlalu muda juga.”
“Base Jam itu kalau aku bilang band atlet, disiplin banget latihannya. Dari manajemen yang memberlakukan peraturan itu. Buat aku semua profesi ada unsur enak dan enggak enak. Intinya apa yang membuat happy, pasti dilakukan dengan tidak terbebani dan waktu itu aku sudah tidak happy."
Saat ini, Anya telah meninggalkan dunia musik sepenuhnya. Bahkan, dia terbilang jarang memainkan instrumen keyboard yang sempat membawanya ke panggung popularitas. Kalaupun bersentuhan dengan musik, Anya menjadi sosok di belakang layar lewat acara yang ditangani event organizer yang dikelolanya.
Sebelum menutup sesi wawancara, Anya sempat mengutarakan keinginannya mengoleksi album-album Base Jam semasa dirinya.
"Saya sudah enggak punya album Base Jam. Zaman dulu enggak ada digital, arsipnya tidak ada. Dulu album pertama cuma kaset, bapak sama ibu saya sempat punya tetapi sekarang enggak tahu ke mana album itu. Kalau masih ada yang punya saya mau beli untuk kasih lihat ke anak saya sekarang, kasih bukti kalau mamanya sempat nge-band," tutup Anya sembari tertawa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id