Langkah ini dipandang sebagai upaya kolektif untuk menggunakan kekuatan sinema sebagai alat protes terhadap kekejaman yang sedang berlangsung. Para penandatangan meyakini bahwa sebagai pembuat film, mereka memiliki tanggung jawab moral untuk tidak diam.
"Di tengah krisis mendesak ini, di mana banyak pemerintahan kami mendukung pembantaian di Gaza, kami harus melakukan segala yang kami bisa untuk mengatasi keterlibatan dalam kengerian yang tak berkesudahan itu," demikian bunyi pernyataan dari ikrar tersebut, seperti dikutip dari The Guardian, pada Selasa, 9 September 2025.
Deretan Nama Terkenal yang Turut Menandatangani Ikrar
Hingga Minggu, 7 September 2025, waktu setempat, lebih dari 1.200 orang telah membubuhkan tanda tangan mereka. Nama-nama yang terlibat bukanlah figur sembarangan. Di antaranya terdapat sutradara ternama seperti Yorgos Lanthimos, Ava DuVernay, Asif Kapadia, Boots Riley, dan Joshua Oppenheimer.baca juga:
|
Dari jajaran aktor, ikrar ini didukung oleh nama-nama besar seperti Olivia Colman, Mark Ruffalo, Tilda Swinton, Javier Bardem, Ayo Edebiri, Riz Ahmed, Josh O’Connor, Cynthia Nixon, Julie Christie, Ilana Glazer, Rebecca Hall, Aimee Lou Wood, dan Debra Winger.
Boikot budaya ini terinspirasi dari gerakan serupa yang sukses mengakhiri apartheid di Afrika Selatan. Para penandatangan berkomitmen untuk tidak lagi menayangkan film, tampil, atau bekerja sama dengan festival, bioskop, stasiun penyiaran, dan perusahaan produksi yang terlibat. Keterlibatan ini didefinisikan sebagai "pemutihan atau pembenaran genosida dan apartheid, dan/atau bermitra dengan pemerintah yang melakukannya."
Baca juga: Film Superman 2025 Dinilai Kuatkan Simbol Pro-Palestina |
Alasan di Balik Aksi Boikot Para Seniman
Salah satu penandatangan, penulis skenario David Farr, mengungkapkan kemarahan dan rasa tertekannya terhadap tindakan Israel. Sebagai keturunan korban Holocaust, genosida terhadap sekitar enam juta Yahudi Eropa selama Perang Dunia II, ia merasa tindakan Israel terhadap Palestina adalah hal yang sangat bertentangan."Sebagai keturunan dari korban Holocaust, saya merasa tertekan dan marah atas tindakan negara Israel. Selama puluhan tahun, mereka telah menerapkan sistem apartheid terhadap rakyat Palestina yang tanahnya mereka rebut, dan kini mereka melakukan genosida dan pembersihan etnis di Gaza," ungkapnya.
David Farr merasa tidak rela jika karyanya dipublikasikan atau ditayangkan di Israel. Baginya, boikot ini adalah langkah moral yang harus didukung oleh semua seniman yang memiliki hati nurani.
Membedakan Institusi yang Terlibat dan Tidak Terlibat
Ikrar ini memberikan panduan untuk menentukan entitas film mana yang terlibat. Disebutkan bahwa festival film utama Israel, seperti Festival Film Yerusalem, Festival Film Internasional Haifa, Docaviv, dan TLVFest, terus bermitra dengan pemerintah Israel. Selain itu, sebagian besar perusahaan produksi, distribusi, dan bioskop di Israel juga tidak pernah mendukung hak-hak rakyat Palestina secara penuh.Namun, ikrar ini juga mengakui bahwa ada "beberapa entitas film Israel yang tidak terlibat." Untuk itu, para seniman disarankan untuk mengikuti "panduan yang ditetapkan oleh masyarakat sipil Palestina" dan menegaskan bahwa boikot ini menargetkan keterlibatan institusional, bukan individu-individu Israel.
Baca juga: Dituding Dukung Israel, Drakor When The Phone Rings Dikecam dan Minta Diboikot |
Tanggapan Asosiasi Produser Israel
Aksi boikot ini menuai respons dari Asosiasi Produser Israel. Dalam pernyataan mereka, mereka menganggap bahwa para seniman yang berpartisipasi telah "menargetkan orang yang salah."Mereka berpendapat bahwa seniman, pencerita, dan kreator Israel telah menjadi jembatan untuk menyampaikan kompleksitas konflik, termasuk narasi Palestina dan kritik terhadap kebijakan negara Israel.
"Kami bekerja dengan para kreator Palestina, menceritakan kisah-kisah bersama dan mempromosikan perdamaian serta mengakhiri kekerasan melalui ribuan film, serial TV, dan dokumenter," tambah mereka.
Asosiasi Produser Israel menyebut aksi boikot ini sebagai langkah yang "keliru" dan "picik," yang justru merusak upaya dialog dan kolaborasi yang sudah ada. Mereka berkomitmen untuk terus melawan upaya pembungkaman ini demi tercapainya perdamaian yang adil.
Dampak Meluas di Industri Hiburan
Boikot ini menambah panjang daftar inisiatif di industri hiburan untuk memprotes perang di Gaza. Sebelumnya, ratusan aktor seperti Joaquin Phoenix, Pedro Pascal, dan Guillermo del Toro telah menandatangani surat terbuka yang mengecam "keheningan industri film" terhadap kampanye militer Israel.Langkah ini juga sejalan dengan rekomendasi dari Norwegian Actors’ Equity Association kepada anggotanya untuk menolak kerja sama dengan institusi budaya Israel tertentu.
Bahkan, film baru bertajuk The Voice of Hind Rajab yang mengisahkan gadis cilik yang terbunuh di Gaza, mendapat standing ovation selama 23 menit di Festival Film Venesia pada beberapa waktu yang lalu. Film yang diproduseri oleh nama-nama besar seperti Brad Pitt, Jonathan Glazer, dan Rooney Mara ini menunjukkan dukungan kuat dari Hollywood terhadap narasi Palestina.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News