Sebelum berpisah dari Indonesia, Timor Leste dulu bernama Timor Timur. Sejumlah konflik dulu mewarnai wilayah tersebut hingga akhirnya Timor Timur memilih untuk lepas dan merdeka dari Indonesia pada tahun 1999.
Ide film ini lahir dari kisah-kisah kemanusiaan yang dibagikan oleh Kiki Syahnakri, almarhum Doni Monardo, dan Lupi Starkos. Tak bisa dipungkiri masih ada sisa luka dari hubungan masa lalu antara Indonesia dan Timor Leste.
"Kami ingin menyampaikan pesan cinta kepada dunia bahwa dampak perang meninggalkan luka dan trauma. Namun, Indonesia dan Timor Leste membuktikan bahwa dalam sejarah negara-negara yang pernah berperang, kami adalah dua negara yang paling cepat move on," kata Dr. Wahyuni Refi Setyabekti, salah satu penulis cerita film.
Deddy Mizwar yang turut berperan sebagai sutradara dan supervisi cerita menegaskan bahwa film ini bukanlah film sejarah. Kalaupun ada peristiwa yang benar-benar terjadi diangkat ke film, itu hanya menjadi sebuah referensi dan inspirasi saja.
"Ini bukan film sejarah, meskipun latar belakangnya terkait konflik Indonesia dan Timor Timur. Inspirasi cerita ini datang dari kisah nyata, seperti seorang anak yang dibuang oleh tentara Timor agar tidak ketahuan, atau seorang tentara Indonesia yang gugur, lalu identitasnya digunakan oleh pihak lawan. Kami merangkumnya menjadi drama yang mengisahkan cinta dan penyembuhan luka, bukan lagi tentang konflik atau peperangan,” jelas Deddy Mizwar.
| baca juga: |
"Film ini berbicara tentang luka dan syak wasangka yang masih ada hingga kini. Apakah luka ini akan terus diwariskan ke generasi selanjutnya? Kita harus membangun optimisme dan kebersamaan sebagai dua negara yang bertetangga," lanjutnya.
Melalui film ini, Deddy berharap hubungan diplomatik Indonesia dan Timor Leste semakin kuat. Begitu juga hubungan antara rakyat di wilayah timur yang dulu pernah terlibat konflik berdamai dengan masa lalu mereka.
"Kenyataannya, Timor Leste sekarang adalah negara tetangga kita. Kita harus membangun hubungan yang baik. Pendekatan yang digunakan dalam film ini adalah pendekatan kemanusiaan. Banyak anak-anak Timor Leste yang dibesarkan di Indonesia. Ada konflik batin yang luar biasa di sana. Ada orang Timor Leste yang orang tuanya menjadi korban, ada pula orang Indonesia yang keluarganya menjadi korban pertikaian tersebut," jelasnya.
Film ini bakal segera memasuki tahapan produksi sebelum direncanakan tayang pada Agustus 2025. Deddy Mizwar pun mengungkapkan salah satu latar yang bakal diangkat di film ini adalah ada taman makam pahlawan Indonesia yang masih terawat di Timor Leste.
"Ada Taman Makam Pahlawan Indonesia dan Taman Makam Pahlawan Timor Leste yang berdampingan di Kabar Lestri. Itu bagian dari setting film. Makam pahlawan dari kedua negara ada di sana, berdampingan di seberang jalan, dan dirawat dengan baik. Ini adalah optimisme yang harus kita bangun," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id