Berkaca dari pengalamannya dulu ketika mulai menekuni dunia film, Radit merasa kompetisi film menjadi langkah penting. Tak hanya sebagai ajang apresiasi, kompetisi film juga menjadi wadah talenta muda belajar menjadi sineas. Karena itulah, Raditya tak berpikir panjang ketika ditawari menjadi juri kompetisi film pendek bertajuk Jenia Short Movie Competition.
"Teman-teman itu kan pasti pengin banget diapresiasi ya dan rasanya Jenia Short Movie Competition ini adalah wadah untuk kita mencoba, seberapa lihai kita dalam memproduksi sebuah karya seni dan seberapa bisa diapresiasi karya seni itu gitu," kata Raditya Dika di Jakarta.
Radit mengenang ketika masih sekolah, ajang kompetisi film termasuk jarang. Padahal, sebagai anak muda yang punya kreativitas dan semangat menggebu, Radit butuh wadah memamerkan karyanya.
"Karena waktu saya masih SMA, masih kuliah, itu juga cukup kesulitan sih nyari perlombaan-perlombaan dalam tanda kutip ya, yang kayak-kayak gini. Biasanya itu cuma ada di sekolah tuh. Sekolah bilang, 'Ini ada lomba nulis nih, Dit,' gitu. Akhirnya kita nulis, tapi sekolah yang ngajuin dan lain-lain," katanya.
baca juga:
|
Mengangkat tema "Berubah Untuk Berhasil", kompetisi ini diharapkan bisa menjadi wadah anak muda menuangkan gagasan kreatif mereka dalam bentuk film pendek berdurasi maksimal lima menit.
Selain Raditya Dika, Jenia Shortmovie Competition 2025 menghadirkan juri lain seperti Dariusmanihuruk (sutradara dan fotografer profesional dan Ko Kok Ming ( Direktur Jenia Stationery). Ajang ini berlangsung mulai 6 September hingga 5 November 2025 dan diselenggarakan secara daring dengan total hadiah sebesar Rp25 juta.
Sebagai juri, Radit menilai sebuah film dari rasa yang ditampil, bukan hanya bicara soal teknis. Hal itu pula yang selalu dia terapkan ketika menjadi juri ajang pencarian bakat komika.
"Yang paling utama adalah soal rasa sih karena percuma kalau kita bicara soal teknis, soal gambar, soal apa, kalau rasanya enggak nyampe. Karena percuma kalau saya jadi juri stand-up comedy, misalnya, peserta memakai teknik-teknik komedi yang sangat canggih tapi ujungnya enggak lucu, hanya kayak mempertontonkan jurus-jurus saja, ya defeat the purpose of the comedy itself," ujarnya.
"Jadi balik lagi kalau buat saya ya, apakah yang mereka buat itu nyampe dengan rasa yang mereka punya atau intensi ketika membuatnya," tutup Radit.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id