Film A Business Proposal merupakan adaptasi dari cerita Webtoon berjudul The Office Blind Date karya Hae Hwa yang disutradarai oleh Rako Prijanto. Film yang telah tayang perdana di bioskop pada 6 Februari 2025 ini dibintangi oleh Ariel Tatum, Caitlin Halderman, Ardhito Pramono, Abidzar Al-Ghifari, Indy Barends, Indro Warkop, Slamet Rahardjo, Fatih Unru, Willem Bevers, dan Yono Bakrie.
Film A Business Proposal mengisahkan Sari (Ariel Tatum), seorang analis makanan yang terlilit masalah ekonomi. Ia setuju menggantikan sahabatnya, Yasmin (Caitlin Halderman) untuk kencan buta, tanpa disangka bahwa pasangan kencannya adalah Utama (Abidzar Al-Ghifari), pewaris Bowo Foods yang terkenal tegas.
Kontroversi Abidzar Al-Ghifari
Aktor yang memerankan sosok Kang Tae-mo dalam adaptasi film versi Indonesia ini mendapatkan kritik pedas dari warganet. Hal itu bermula ketika Abidzar Al-Ghifari mengaku hanya menonton satu episode dari serial Business Proposal karena ingin membuat karakternya sendiri bersama sang sutradara, Rako Prijanto."Gue sempet nonton di episode satu. Cuma memutuskan untuk berhenti karena pada akhirnya ini adalah karakter yang akan gue buat sendiri bersama sutradara," ungkap Abidzar Al-Ghifari saat konferensi pers, pada Senin, 13 Januari 2025.
Pernyataan itu menuai berbagai reaksi dari warganet, khususnya para pecinta serial drama Korea. Banyak yang menilai bahwa apa yang dilakukan Abidzar Al-Ghifari itu tidak menghormati karya asli dari film yang dibintanginya.
Ketika namanya masih menjadi buah bibir di internet, Abidzar Al-Ghifari kembali menuai sorotan setelah menyebut penggemar serial drama Korea itu fanatik. Hal tersebut membuatnya terbebani saat berperan dalam film A Business Proposal.
"Cukup beban (berperan sebagai Kang Tae-moo di film adaptasi versi Indonesia), ditambah juga tahu lah ya fans fanatiknya seperti apa, dan kami pun menghargai itu (ekspektasi),” kata Abidzar Al-Ghifari di saluran YouTube Pabrik Jaya Media, rilis pada 22 Januari 2025.
Bahkan penulis Ika Natassa yang karyanya kerap diadaptasi ke film layar lebar, seperti Critical Eleven (2017) dan Heartbreak Motel (2024), ikut memberikan tanggapannya soal sikap Abidzar yang dinilai perlu banyak belajar lagi.
"Abidzar, kamu kayaknya perlu belajar PR yang baik. Omonganmu bisa bikin mati filmnya sebelum tayang. Seorang aktor yang baik bukan takut sama 'fans fanatik', tapi justru mengapresiasi karena karya itu besar juga andil mereka," ujar Ika Natassa di akun X miliknya pada 29 Januari lalu.
Baca juga: Bercerita Tentang Urban Legend dari Semarang, Ini Sinopsis Film Horor Sumala yang Tayang di Netflix |
Minta Maaf Jelang Film Tayang
Setelah kontroversi itu terus muncul di media sosial, Abidzar Al-Ghifari dan rumah produksi Falcon Pictures pun meminta maaf menjelang perilisan film A Business Proposal."Saya memohon maaf untuk semua yang telah tersakiti atas sikap, perbuatan dan ucapan saya yang salah," tulis Abidzar Al-Ghifari dalam foto yang dibagikan melalui akun Instagram @abidzar73, pada Senin, 3 Februari 2025.
Abidzar mengaku mendapatkan pelajaran atas sikapnya yang tidak tepat dan telah menyakiti banyak orang. Pelajaran itu dianggap sebagai prosesnya menjadi sosok yang lebih dewasa dan bijaksana.
Rumah produksi Falcon Pictures juga telah membagikan surat terbuka kepada penggemar serial A Business Proposal dan komik web The Office Blind Date. Falcon Pictures meluruskan mengenai pemain yang tidak menonton serial A Business Proposal. Mereka menyebut setiap seniman memiliki banyak cara untuk melakukan pendekatan terhadap cerita.
"Kami meminta maaf atas perkataan dan perbuatan yang tidak tepat. Kami pastikan tidak pernah ada niat buruk terkandung dalam hati. Juga kami pastikan lebih dari 100 orang kru dan 20 seniman yang terlibat dalam film ini bekerja dengan niat yang baik, dan memberikan usaha terbaik mereka," tulis Falcon Pictures melalui akun Instagram resmi.
Film A Business Proposal Kurang Laku di Bioskop
Akhirnya, film A Business Proposal pun tayang perdana di bioskop pada Kami, 6 Februari 2025. Namun sayangnya film tersebut tidak mendapatkan respons yang baik dari masyarakat, khususnya pecinta film Indonesia.Berdasarkan data yang dibagikan oleh Cinepoint, aplikasi rating dan box office film yang beredar di Indonesia, film A Business Proposal memperoleh 6.900 penonton di hari pertama. Angka tersebut hanya mencapai 3,43% dari seluruh penonton di 1270 jadwal penayangan.
Terlihat A Business Proposal kurang mampu bersaing dengan film-film yang sedang tayang di bioskop. Bahkan film tersebut hanya memperoleh 252 penonton pada Minggu, 9 Februari 2025, menurun 11,89% dari hari sebelumnya.
Lantas, apakah kontroversi Abidzar Al-Ghifari berdampak pada lesunya penjualan tiket film A Business Proposal di bioskop?
Baca juga: Jumlah Penonton Kurang Memuaskan, Ini Kata Produser A Business Proposal |
Pengamat: Kontroversi Abidzar Bukan Unsur Utama Film Tak Laku
Hikmat Darmawan selaku pengamat film mengatakan bahwa ada unsur lain yang mempengaruhi lesunya penjualan tiket film A Business Proposal di bioskop."Tapi saya kira jumlah penonton yang sangat sedikit itu, di bawah 10 ribu ya (di hari pertama) Itu ada soal lain lah, bukan sekadar (kontroversi Abidzar Al-Ghifari)," kata Hikmat Darmawan dalam wawancara bersama Medcom.id.
Menurutnya, film adaptasi tidak bisa dibandingkan kesuksesannya dengan sumber aslinya, seperti komik. Ada beberapa kasus serupa dimana komik yang diadaptasi sangat laris di pasaran, tetapi tidak dengan filmnya.
Salah satu unsur yang mempengaruhi tidak larisnya sebuah film adaptasi di bioskop adalah tidak adanya aktor yang berpengaruh.
"Saya lihat misalnya kan unsur di dalam filmnya sendiri itu juga cukup menyumbang ketidaklarisan, gitu. Misalnya tidak ada bintang yang sangat (berpengaruh)," ucap Hikmat Darmawan.
Ia menilai judul film A Business Proposal saja sudah tidak menarik perhatiannya. Itu bisa menjadi salah satu hal film tersebut tidak diminati penonton.
"Ada banyak hal yang menyebabkan film ini (A Business Proposal) mungkin tidak menarik perhatian. Kalau saya sih ya dari segi judul aja kan enggak terlalu menarik perhatian ya," ujar Hikmat Darmawan.
"Liat judulnya, 'Business proposal apaan nih?'. Nggak jelas juga kan. Posternya juga ya cuma orang doang. Orang cakep, nampang, udah. Nggak menarik banget," tambahnya.
Hikmat Darmawan kembali menjelaskan bahwa aktor yang terlibat kontroversi tidak bisa sepenuhnya disalahkan saat filmnya tidak laku. Ia justru menyoroti masalah promosi dan produk filmnya sendiri yang memang kurang menarik.
"Jadi, saya kira nggak bisa dipastikan hanya karena itu nggak laku. Saya kira kalau jumlah penonton hari pertama yang segitu sih ada masalah promosi, ada masalah produknya sendiri, kurang nyambung, kurang menarik," jelas Hikmat Darmawan.
"Misalnya promosinya kurang, produknya sendiri tidak menarik, misalnya dari segi judul, dari segi bintang ceritanya kan nggak semua kena (relevan)," lanjutnya.
Seperti yang diketahui bahwa banyak dari warganet yang menyuarakan untuk memboikot film A Business Proposal. Lalu, apakah lesunya penjualan tiket film A Business Proposal juga berdampak karena aksi boikot tersebut?
Menurut Hikmat Darmawan, aksi boikot tidak terlalu berdampak besar kepada film A Business Proposal. Bahkan ia meragukan film tersebut mencapai 1 juta penonton tanpa adanya aksi boikot.
“Dugaan saya sih ada unsur produknya sendiri memang tidak berhasil menarik perhatian orang. Dan dugaan saya boikot itu walaupun bisa jadi sah-sah saja bagi para pelakunya tapi tidak terlalu besar pengaruhnya gitu. Apakah kalau nggak boikot terus ditonton satu juta orang saya ragu ya," ungkap Hikmat Darmawan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News