Pemain dan tim produksi Film A Normal Woman (Foto: medcom/Cony Brilliana)
Pemain dan tim produksi Film A Normal Woman (Foto: medcom/Cony Brilliana)

A Normal Woman Tampilkan Wajah Lain dari Antagonis

Elang Riki Yanuar • 24 Juli 2025 11:19
Jakarta: A Normal Woman adalah film terbaru garapan Lucky Kuswandi yang mengangkat realitas keluarga perempuan kelas menengah atas dalam bingkai gothic psychological drama.
 
Film ini mengikuti perjalanan Milla (Marissa Anita), seorang perempuan yang tampak hidup normal namun sebenarnya terperangkap dalam struktur keluarga yang menekan dan tidak memberinya ruang untuk menjadi dirinya sendiri.
 
Di balik dominasi visual yang mewah dan simbolisme emosional yang kuat, film ini memperkenalkan beragam karakter perempuan dengan luka dan trauma masing-masing, salah satunya adalah Erika, yang diperankan oleh Gisella Anastasia (Gisel).

Karakter Erika muncul sebagai sosok tajam, keras, dan pada titik tertentu tampak seperti antagonis. Namun di balik semua itu, ia menyimpan kisah dan luka yang membuatnya seperti sekarang.
 
Dalam sesi doorstop pasca konferensi pers film, Gisel menyampaikan betapa rumitnya memahami karakter Erika, dan bagaimana ia tidak serta-merta menghakimi tindakannya.
 
“Karena untuk memahami karakter ini tuh adalah satu hal yang emang butuh untuk dipahami. Untuk aku yang emang pernah belajar, jadi apa ya, belajar dengan cara yang keras sebagai manusia,” ujar Gisel.
 
baca juga: 
 

 
So I kinda understand, Erika ini punya alasan, punya background, punya asal-muasal, punya reason. Untuk segala tindakannya, tapi aku sih tidak membenarkan juga ya. Tapi I understand you Erika, kayak pengen ngomong gitu rasanya," lanjutnya
 
Penulis naskah A Normal Woman, Andri Cung, menegaskan bahwa dalam dunia yang dibangun film ini, tidak ada karakter yang sepenuhnya antagonis. Semua karakter, dari Milla, Jonathan, Angel, hingga Erika dan Liliana, adalah manusia yang tengah bergulat dengan tuntutan hidup dan ekspektasi sosial yang berat. 
 
Erika adalah potret dari individu yang mungkin “berhasil” secara sosial, berpenampilan kuat dan dominan, namun menyimpan luka terdalam yang tidak pernah diobati. Ia tampak keras, namun bisa jadi itulah satu-satunya cara bertahan hidup yang ia kenal.
 
Film ini dengan apik memperlihatkan bahwa perempuan juga bisa menjadi pelaku kekerasan emosional, bukan karena jahat, tapi karena tajamnya tuntutan sosial.
 
Disutradarai oleh Lucky Kuswandi, A Normal Woman mengeksplorasi dinamika keluarga elit Gunawan yang tampak utuh di luar, namun retak di dalam. Dengan pendekatan visual yang megah namun dingin, serta simbolisme yang mendalam, film ini menghadirkan kompleksitas emosional dari tiap karakter tanpa menjatuhkan vonis hitam-putih.
(Cony Brilliana)
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ELG)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan