Konferensi Pers Peluncuran FFI 2024 (Foto: medcom/rafi)
Konferensi Pers Peluncuran FFI 2024 (Foto: medcom/rafi)

Kenapa Film Festival Kurang Populer? Ini Kata Ketua Komite FFI

Rafi Alvirtyantoro • 23 April 2024 10:19
Jakarta: Festival Film Indonesia (FFI) menjadi salah satu festival film terbesar dan ternama tanah air. Namun muncul pertanyaan, kenapa film yang ada di sebuah festival dianggap kurang populer dibandingkan film bioskop?
 
Ario Bayu selaku sineas dan Ketua Komite FFI 2024-2026 telah menjawab pertanyaan itu. Ia pun mengatakan bahwa festival film, khususnya FFI, tidak ingin adanya sikap diskriminasi terhadap sebuah karya.
 
Setiap karya berhak mendapatkan tempat di sebuah festival film, terlepas dari popularitasnya. Ario Bayu menilai bahwa unsur intrinsik di dalamnya itu lebih utama.

"Kita tidak mendiskriminasi antara, 'oh kamu filmnya paling populer. kamu tidak populer'. Tidak, kami mengutamakan kepada karya, kami mengutamakan kepada hal-hal intrinsik di dalam film itu sendiri," kata Ario Bayu saat ditemui di Plaza Senayan, Jakarta Pusat, pada Senin, 22 April 2024.
 
baca juga: Sebelum Tenar, Ario Bayu Pernah Jadi Petugas Pencuci Piring

 
Menurutnya, festival film itu memiliki fungsi sebagai wadah demokratis bagi seluruh elemen masyarakat. Ario Bayu akan menampung semua karya film melalui FFI.
 
"FFI itu berfungsi sebagai festival demokratis dimana kita menampung semua karya anak bangsa. Jadi, itu fungsi FFI," ucap Ario Bayu.
 
Ia kembali menegaskan bahwa festival film adalah wadah demokratis bagi para sineas maupun penikmat film yang memang tidak bisa mendistribusikan karyanya ke ruang yang lebih populer. Jadi, FFI akan menjadi wadah tersebut sehingga semua orang bisa mendapatkan kesempatan yang sama.
 
"Menjadi platform atau ruang demokratis bagi pembuat film atau penikmat film yang tidak dieksibisikan di ruang ruang yang lebih populer, seperti bioskop," tegas Ario Bayu.
 
Ia menyebut bahwa sebuah film yang ditonton itu bisa menjadi cerminan terhadap masyarakat Indonesia. Namun Ario Bayu pun tidak bisa menyalahkan selera publik. Salah satu contohnya dengan genre horor yang sangat populer di kalangan masyarakat.
 
Sementara itu, Budi Irawanto selaku Ketua Bidang Penjurian FFI menyampaikan bahwa setiap film yang masuk ke dalam festival itu harus melewati proses pendaftaran. Setelah itu, akan ada proses seleksi hingga akhirnya ditetapkan sebagai nomine.
 
"Film-film yang bisa dinilai itu tentu saja harus didaftarkan, itu yang utama. Meskipun film itu diproduksi ratusan lebih tapi itu tidak didaftarkan, kita tidak bisa menyeleksi," pungkas Budi Irawanto
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ELG)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan