Film diangkat dari salah satu novel dengan penjualan terbanyak dengan judul yang sama, karya Nagiga Nuy Ayati. Film ini mengisahkan seorang ibu bernama Rahmi (Christine Hakim) dengan keempat anaknya yang memiliki kesibukan sendiri-sendiri.
Rahmi selalu memberikan semua hal yang terbaik dan mendedikasikan diri untuk menjaga anak-anaknya. Namun hal yang tak diduga terjadi, yang membuat keempat anaknya harus mengerti arti kehilangan. Alhasil mereka harus saling mendukung untuk tetap kuat dan beradaptasi dengan keadaan.
Sutradara, Rudi Soedjarwo berhasil menampilkan setiap kehidupan keempat anak yang diperankan Ranika (Adinia Wirasti), Rangga (Fedi Nuril), Rania (Amanda Manopo), dan Hening (Yasmin Napper), yang saling beradu ego dengan tidak memikirkan bagaimana nasib ibu mereka.
baca juga: Reza Rahadian Debut Jadi Sutradara di Film Pangku |
Rasanya tak mudah membuat film dengan latar tempat yang berubah-ubah setiap beberapa menit. Namun film ini berhasil membuat transisi yang baik, alur cerita pun dimengerti dengan mudah, tidak membuat penonton bingung, meski terjadi perpindahan-perpindahan latar tempat.
“Melalui film Bila Esok Ibu Tiada, saya ingin mengajak penonton untuk merenungkan kembali arti keluarga dan pentingnya kehadiran seorang ibu dalam hidup kita. Saya berharap film ini dapat menginspirasi banyak orang untuk lebih menghargai waktu bersama orang-orang yang kita cintai," kata Rudi Soedjarwo, Rabu, 30 Oktober 2024.
Film ini merupakan tipe film yang memiliki klimaks di tengah alur cerita. Secara emosional film Bila Esok Ibu Tiada berhasil membuat penonton tenggelam dalam kesedihan melalui setiap karakter yang coba ditampilkan. Ternyata semua itu berkat sang sutradara yang membebaskan setiap pemainnya melakukan improvisasi dalam film ini.
“Saya sutradara yang gak mau rugi, maksudnya gini, kita dikasih pemain yang bagus, mereka harus ngasih dong ke saya, saya berikan halaman bermain, blocking aja gak saya kasih (atur) loh, terserah mereka mau ngapain, kamera ikutin,” ucap Rudi.
Sutradara yang pernah menyutradarai film Ada Apa Dengan Cinta ini mengatakan, ada hal-hal dalam film yang memang tidak bisa dituliskan di naskah, biarkan pemeran melakukan tugasnya, dan hal itu soal rasa dalam memerankan karakter.
“Dari situ gw bisa melihat yang terbaik dari mereka, dengan aksi reaksinya sebagai manusia, keajaiban-keajaiban, spontanitas mereka bereaksi itu tidak bisa kita dapat kalau terlalu steril,” ungkap Rudi.
Apa yang dikatakan Rudi tercermin dalam film Bila Esok Ibu Tiada. Setiap pemeran memegang karakternya masing-masing, emosi ditampilan dengan begitu natural. Jalan cerita yang mudah dipahami juga membuat film ini mudah untuk dicerna, bahkan untuk anak kecil sekalipun.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, film ini memiliki alur cerita dengan klimaks yang berada di tengah. Hal itu membuat akhir-akhir film ini cenderung monoton dengan narasi yang seakan-akan dibuat untuk melengkapi keutuhan dari cerita.
Melalui akting dari para pemeran yang ada, film Bila Esok Ibu Tiada berhasil membuat para penonton yang hadir di acara Press Screening menitikan air mata. Semua Itu berkat kisah yang begitu relevan bagi kehidupan masyarakat Indonesia.
Penonton semakin tenggelam dalam sedih saat visual yang ditampilkan dipadupadankan dengan latar belakang lagu yang menyentuh hati.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id