Ribuan tokoh industri hiburan Hollywood, termasuk nama-nama besar seperti Emma Stone dan Joaquin Phoenix, telah menandatangani petisi yang menyerukan boikot terhadap lembaga film Israel.
Seruan untuk memboikot film Israel semakin menguat, terutama setelah aktor ternama Javier Bardem menyerukan “pemblokiran komersial dan diplomatik serta sanksi terhadap Israel” dalam acara Emmy Awards. Langkah ini merupakan bagian dari gelombang tekanan global yang menargetkan Israel.
Meski begitu, bagi banyak sineas Israel, boikot tersebut justru menjadi pedang bermata dua.
Walaupun banyak pembuat film Israel yang berhaluan kiri dan menentang kebijakan pemerintah, mereka kini menghadapi ancaman ganda, yaitu sensor dan pemotongan anggaran dari dalam negeri, serta boikot dari komunitas internasional.
Baca juga: Ratusan Sineas Dunia Boikot Institusi Film Israel |
Eliran Elya, Ketua Israeli Directors Guild, mengungkapkan kekecewaannya dan menekankan bahwa boikot ini menyasar orang-orang yang justru menyuarakan perdamaian.
“Kami terkena pukulan dari dalam dan dari luar,” katanya, dikutip dari Variety pada Rabu, 17 September 2025.
Petisi boikot ini diketahui menargetkan Israel Film Fund, yang merupakan dana publik. Namun, kenyataannya, lembaga ini beroperasi secara independen dari pemerintah.
Dalam sejarahnya, Israel Film Fund yang menunjukkan dukungan terhadap film-film yang sangat kritis terhadap kebijakan Israel. Mulai dari Waltz With Bashir, Lebanon, hingga film terbaru dari sutradara Nadav Lapid, bertajuk Yes.
Produser Eitan Mansuri berpendapat bahwa film-film Israel sering kali menjadi cerminan paling kritis dari masyarakatnya. “Film-film kami adalah suara demokrasi, suara nalar, suara liberalisme, suara perdamaian,” tegasnya.
Ia menyayangkan bahwa boikot justru melukai pihak-pihak yang berupaya menjembatani dialog dan perdamaian, termasuk melalui kolaborasi artistik antara seniman Israel dan Palestina.
Di tengah isu boikot, Israeli Academy of Film and Television berencana mengirimkan film The Sea untuk ajang Piala Oscar. Film ini, yang bercerita tentang perjuangan anak Palestina, menjadi salah satu dari banyak film anti-perang yang didukung oleh Israel Film Fund.
Baca juga: Kai EXO Gunakan Produk Pro-Israel, Penggemar Protes |
Penayangan film-film kritis ini sering kali penuh risiko. Nadav Lapid menceritakan bagaimana Jerusalem Film Festival tetap berani menayangkan filmnya, Yes, meskipun mendapat kritik tajam dari politisi Israel dan berisiko ditutup.
Namun, tekanan terus berdatangan. Kelompok seperti Film Workers for Palestine menuduh Israel Film Fund terlibat dengan pemerintah sayap kanan dan menuntut lembaga ini mengakhiri keterlibatan dalam “genosida dan apartheid Israel.”
Para seniman Israel merasa terjebak. Di satu sisi, mereka berjuang untuk menyuarakan perdamaian dan mengkritik kebijakan pemerintah mereka sendiri. Di sisi lain, boikot global yang mereka hadapi justru mengancam sumber daya dan ruang yang mereka butuhkan untuk melakukan itu.
Michal Aviram, penulis serial hit Fauda, berpendapat bahwa boikot ini justru menguntungkan pemerintah Israel yang ingin mengisolasi komunitas film dan TV lokal. “Kami butuh bantuan internasional untuk menghentikan perang,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News