"Pelajaran yang saya ambil terutama yang di pinggiran, terharu, mudah-mudahan pemerintah memberikan yang terbaik untuk guru-guru kita bukan cuma di kota-kota besar tapi juga daerah pinggrian," terang Gading Marten dalam jumpa pers virtual, Selasa, 11 Agustus 2020.
Untuk mendalami karakter Taat Pribadi, Gading Marten mengunjungi sebuah sekolah di kawasan Yogyakarta. Diakuinya, terdapat kelas dengan satu murid dan satu guru saja.
"Bahkan muridnya satu kelas cuma satu orang, jadi kalau misalnya murid enggak datang gurunya enggak ngajar," terang Gading.
Berkaca dari perannya, Gading Marten memiliki perspektif sebagai guru menginginkan anak didiknya menjadi orang sukses. Guru ibarat orangtua bagi murid di sekolah.
"Mereka ingin bikin semua anak pasti pintar enggak ada guru yang ingin anak didiknya menjadi terbelakang, bodoh," kata ayah dari Gempita Nora Marten tersebut.
"Anak yang dititipkan di sekolah adalah anak-anak mereka sendiri ketika kita sukses guru-guru kita pasti bangga banget," imbuhnya.
Taat semula tidak berkeinginan menjadi guru. Namun, pada akhirnya dia menjadi pengajar di sekolah ayahnya bekerja. Selain dihadapkan pada profesi guru, Taat Pribadi memperhatikan tingkah laku murid dan mencoba berteman dengan guru di SMA Gunung Asri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News