Penegasan ini muncul menyusul pernyataan Menteri Kebudayaan Fadli Zon dalam acara peringatan 200 tahun Perang Jawa di Perpusnas (20/7), pihaknya tengah merencanakan produksi film tentang Pangeran Diponegoro dengan semangat memperkuat ekspresi budaya dan literasi sejarah melalui medium sinema.
Fadli Zon menyebut film sebagai medium ekspresi budaya paling lengkap dan mengungkap keinginan untuk menghadirkan film Pangeran Diponegoro yang “lebih epik” dibanding film legendaris November 1828 garapan Teguh Karya. Namun, Angga menepis anggapan bahwa Perang Jawa merupakan remake dari film tersebut.
"Mungkin kita harus bilang bahwa film ini independen, dikerjakan oleh Visinema dan Endgame,” ujar Angga Dwimas Sasongko, sutradara dan CEO Visinema, dalam konferensi pers yang digelar Senin (21/7).
baca juga:
|
"Yang seperti Pak Peter tadi sampaikan, bahwa tentu bukan karena November 1828 tidak secara spesifik dan eksplisit menceritakan tentang Perang Jawa dan Pangeran Diponegoro. Sementara film ini akan diproduksi dengan optik dari riset yang dilakukan oleh Pak Peter Carey yang adalah sosok seorang Pangeran Diponegoro," tegas Angga.
Film Perang Jawa adalah proyek ambisius kolaborasi antara Visinema dan Endgame yang akan menyoroti langsung kisah perlawanan Pangeran Diponegoro dari sudut pandang historis yang ketat, dengan konsultasi langsung dari sejarawan dunia Peter Carey.
Film ini dijadwalkan memasuki tahap produksi pada 2027 dan diproyeksikan menjadi salah satu karya epik paling besar dalam sejarah perfilman Indonesia, dengan visi untuk menghadirkan kisah lokal dalam standar sinema global.
(Cony Brilliana)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News