"Buku Pak Pram ini yang membuat saya pada akhirnya memilih angle seperti ini," kata Hanung usai press screening film Kartini di Plaza Indonesia, Jakarta, Rabu 5 April 2017.
Panggil Aku Kartini Saja ditulis oleh Pramoedya antara tahun 1956-1961 dalam empat jilid. Namun, ketika Soeharto menjadi presiden, dua jilid dibakar oleh aparat militer. Alhasil hanya dua jilid yang selamat dan kini diterbitkan dalam satu buku.
Referensi utama film menggunakan dua buku yang sudah populer, yaitu kumpulan surat Habis Gelap Terbitlah Terang terjemahan Armijn Pane dan biografi Kartini tulisan Sitisumandari Suroto.
Selain itu, Hanung juga menggunakan tiga buku dari Elisabeth Keesing dan Joost Cote sebagai referensi penunjang. Buku-buku tersebut memberi gambaran mengenai hambatan yang sebenarnya dihadapi Kartini.
"Obstacle-nya Kartini bukan orang Belanda, tetapi justru kakaknya sendiri, pakdhenya. Justru malah lingkungan terdekat," terang Hanung.
Dokudrama ini merupakan kali ketiga sosok Kartini dihadirkan dalam film fiksi. Sebelumnya, telah ada film berjudul R.A. Kartini arahan Sjumandjaja tahun 1984 dan Surat Cinta Untuk Kartini arahan Azhar Kinoi Lubis pada 2016.
Film Kartini versi Hanung akan mulai tayang di bioskop Indonesia pada 19 April 2017, dua hari sebelum peringatan hari Kartini. Dian Sastrowardoyo dipercaya untuk memerankan tokoh Kartini, didukung sejumlah pemain seperti Christine Hakim, Deddy Sutomo, Ayushita, Acha Septriasa, dan Reza Rahadian.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News