Nahas, John tutup usia pada Sabtu, 23 Mei, dalam sebuah kecelakaan tunggal di dekat Balai Kota Monroe, New Jersey, Amerika Serikat.
John Nash memiliki kehidupan yang sangat inspiratif dan menarik untuk diketahui. Itu pula alasan yang menjadikan kisah hidupnya diangkat ke layar lebar.
Lahir pada 13 Juni 1928, John berjasa besar terhadap bidang matematika, algoritme, fisika, biologi, teori militer, bahkan ilmu ekonomi kontemporer.
Bukan hanya kejeniusannya yang menarik, tetapi karakter John Nash itu sendiri. Dia diketahui mengidap schizophernia pada 1959. Hal itu membuatnya dirawat selama beberapa tahun di rumah sakit jiwa. John selalu mengalami halusinasi hebat dan ketakutan luar biasa.

John Nash (Foto:AFP/Peter Parks)
Kejiwaannya berangsur pulih pada 1970. Dia lantas kembali ke bidang akademis, sesuatu yang membuatnya merasakan hidup.
Melihat rangkuman pendidikan John Nash adalah salah satu hal yang memukau. Dia mendapat beasiswa penuh untuk studi di Carnegie Institute of Technology. Awalnya, dia mengambil studi teknik kimia sebelum akhirnya memutuskan pindah ke studi matematika.
Kejeniusannya lantas membawa John melanjutkan studi ke Princeton University, dengan beasiswa penuh, tentunya. Seperti orang-orang jenius lain yang tekun dalam menempuh pendidikan, John juga mendapat kesempatan menempuh studi di Harvard University, tetapi atas beberapa alasan dia memilih Princeton.
Dalam A Beautiful Mind, salah satu bagian menarik adalah ketika John diminta Pentagon memecahkan sandi rahasia milik Uni Soviet. Hal itulah yang turut memengaruhi kondisi kejiwaannya kelak.
John kerap berhalusinasi bahwa dirinya selalu dikuntit oleh agen rahasia. Ini membuatnya selalu ketakutan. Padahal, itu tak lebih dari sebuah halusinasi semata.
Pada 1994, perjuangan John membuahkan hasil. Dia dianugerahi Nobel Memorial Prize untuk perannya di bidang ekonomi.
A Beautiful Mind rilis pada 2001 dengan Ron Howard duduk di bangku sutradara. Russell Crowe terpilih memerankan sosok John Nash dalam film biopik yang sukses.

Russell Crowe (Foto:AFP/Robyn Beck)
Film tentang ilmuwan-ilmuwan jenius memang selalu menarik. Selain A Beautiful Mind, dua film biopik ilmuwan yang belum lama dirilis adalah The Imitation Game dan The Theory of Everything.
The Imitation Game menceritakan ahli matematika Alex Turner yang sangat introvert dan memiliki orientasi seksual berbeda dari umum. Dia lantas bergabung dengan pemerintah Inggris untuk memecahkan sandi rahasia Nazi dalam Perang Dunia II.
Sedangkan, The Theory of Everything menceritakan sosok Stephen Hawking. Perjuangan Hawking melawan sakit dan memberi dampak besar dalam ranah fisika kuantum, membuat film tersebut sangat inspiratif.
Film biopik memiliki potensi besar untuk sukses dalam festival dan ajang penghargaan insan film. Baik The Imitation Game, The Theory of Everything, maupun A Beautiful Mind sudah mencicipi ajang Academy Awards.
A Beautiful Mind menggondol empat piala Academy Awards atau Oscar, dalam kategori Best Picture, Best Director, Best Adapted Screenplay, dan Best Supporting Actress. Selain itu, film ini juga masuk dalam nominasi Best Actor, Best Film Editing, Best Makeup, dan Best Original Score.
"Kelas akan membuat pikiran Anda tumpul, menghancurkan potensi otentik dari kreativitas Anda," kata John Nash dalam film A Beautiful Mind.
Selamat jalan sang inspirator, John Nash...
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News