Waktu yang panjang kata Joko Anwar membuat dirinya lebih dewasa secara pribadi maupun sebagai seorang sineas.
“Saya menunggu selama 17 tahun. Setelah 17 tahun menimbang-nimbang dan menajamkan skenarionya, saya merasa baru saat ini cukup dewasa untuk bisa membuat film ini," kata Joko Anwar dalam jumpa media, beberapa saat lalu.
Film Pengepungan di Bukit Duri memiliki latar belakang tahun 2027. Saat itu situasi di Indonesia bergejolak, kondisi masyarakat berada dalam ambang kehancuran, yang dipicu oleh diskriminasi dan juga kebencian rasial.
Baca juga: Tak Hanya The Shadow Strays, Ini Deretan Film Aksi Garapan Timo Tjahjanto |
Saat masa-masa itu, Edwin (Morgan Oey) yang berprofesi sebagai guru pengganti di SMA Duri, dikhususkan untuk siswa-siswi bermasalah. Situasi tersebut semakin menantang, ketika Edwin harus berhadapan dengan pertarungan untuk bertahan hidup.
Joko Anwar menyebut penonton yang menonton film ini akan mendapatkan sesuatu yang menghibur, melalui karakter, dan alur cerita, didalamnya juga ada isu penting yang dibawanya.
"Saya merasa kalau misalnya dibikin saat saya belum cukup dewasa, mungkin akan tidak sampai apa yang ingin saya sampaikan. Supaya lebih matang dan lebih dewasa (dulu)," kata Joko Anwar.
Film yang akan dirilis 2025 ini juga akan tayang secara internasional dengan judul The Siege of Thorn High. Kata Joko Anwar dalam film ini akan mengangkat isu yang sangat dekat dengan masyarakat, salah satunya soal kekerasan.
"Ini soal tentang anti-kekerasan. Saya percaya bahwa ada satu masalah yang besar di Indonesia yakni kedekatan masyarakat kita dengan kekerasan," kata Joko Anwar.
Joko Anwar melanjutkan, “Langkah baiknya kalau misal film saya yang ke-11, setelah 10 film selama 20 tahun, alangkah baiknya kalau misalnya memulai dari awal lagi dengan sesuatu tema penting, relevan, buat masyarakat Indonesia."
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News