Kusrini dan rekan-rekannya mendapat keahlian membatik saat mengikuti kursus di Pondok Batik Etam. Tempat kursus tersebut hasil kerjasama dengan PT Badak NGL.
“Waktu itu kami diajarkan membuat batik dari awal hingga akhir selama seminggu. Pengajarnya didatangkan dari Yogya,“ ujar Kusrini.
Mengenai bahan baku, Kusrini tidak perlu bingung belanja. Pemilik Pondok Batik Etam, Hajjah Sri Wahyuni, menyediakan bahan baku dan peralatan yang bisa dibawa pulang. Sehingga para perajin bisa mengerjakannya di rumah.
“Saya biasa ke workshop pondok Etam untuk mengambil bahan baku dan tahap pewarnaan,” jelas Kusrini yang menggeluti kerajinan batik untuk mengisi waktu luang.
Setiap pekannya, Kusrini mampu menghasilkan empat potong batik cap dengan imbalan Rp75 ribu per potong. Sedangkan batik tulis, Kusrini mampu menyelesaikan satu potong setiap bulannya dengan imbalan yang disesuaikan dengan detilnya.
“Rata-rata sebulan kami bisa dapat satu jutaan,” kata Kusrini sumringah.
Ciri khas batik yang diproduksi di Pondok Batik Etam, selain pada motifnya, juga teknik pewarnaan alami dari mangrove. “Kini batik mangrove semakin dikenal, bahkan sudah menjadi batik khas Bontang,” jelas Sri Wahyuni.
Alhasil, batik mangrove sering dikenakan para pejabat daerah dan tokoh masyarakat. Bahkan, PT Badak NGL menjadikannya sebagai souvenir perusahaan berupa scraf batik berlogo PT Badak.
Satu hal yang membuat usaha Sri Wahyuni makin dikenal adalah berebagai pameran yang sering diikutinya di daerah dan Jakarta. “Detil batik, bahan dasar, serta proses pembuatannya, menjadi dasar harga batik mangrove,” kata Sri Wahyuni.
Harga batik hasil produksinya dipatok dari Rp400 ribu hingga jutaan rupiah per potong. Batik tulis dengan bahan sutera, lebih mahal dibandingkan batik cap dengan bahan katun. Apalagi proses pewarnaan yang memakan waktu lama.
“Harus diulang beberapa kali agar warnanya nempel,” ujar pengusaha batik yang mampu meraih omzet hingga Rp15 juta per bulan ini.
Pewarna mangrove yang terdiri dari warna hitam, coklat tua, hingga muda, diperoleh Sri Wahyuni dari kelompok pelestarian mangrove binaan PT Badak NGL. Menurut Manager External Relations, CSR, Media and Corporate Communication Department PT Badak NGL, Bambang Budi Rahardjo, PT Badak NGL sengaja membuat program pemberdayaan masyarakat yang mengarah pada pemenuhan kebutuhan masyarakat dan berkesinambungan, yang mendorong kemandirian dan kreatifitas masyarakat dalam mengembangkan usahanya.
“Antara kelompok pemberdayaan yang satu dengan lainnya diupayakan saling menopang, agar usahanya terus berlanjut,” kata Bambang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id