YOUR FASHION
Intip Koleksi Denim Ramah Lingkungan Sejauh Mata Memandang di Jakarta Fashion Week 2024
Yuni Yuli Yanti
Jumat 27 Oktober 2023 / 07:00
Jakarta: Sejauh Mata Memandang (SMM), jenama tekstil yang mengusung konsep slow fashion dan skema bisnis sirkularitas meluncurkan koleksi bertajuk “Tarum” di Jakarta Fashion Week (JFW) 2024, Selasa, 24 Oktober 2023 di Pondok Indah Mall 3, Jakarta.
Tarum adalah tumbuhan indigo (Indigofera tinctoria), yang menghasilkan warna biru dan menjadi warna paling mendominasi di koleksi denim ini. Terdapat empat jenis benang yang digunakan dalam pembuatan denim koleksi “Tarum”, yaitu benang daur ulang (recycled yarn), benang katun yang dipintal secara manual dengan tangan (handspun yarn), serta dua benang katun yang masing-masing diwarnai menggunakan tumbuhan tarum yang menghasilkan rona kebiruan. Juga, kayu secang yang secara manis menghasilkan warna coklat kemerahan.
Benang-benang ini kemudian ditenun menjadi kain denim menggunakan teknik penenunan
tangan (handwoven) yang ditandai dengan adanya jahitan garis benang merah selvedge.
Keseluruhan proses pemintalan benang, pewarnaan benang, dan penenunan ini juga dilakukan oleh mitra pengrajin SMM di beberapa tempat di Jawa Tengah. Selain itu, benang daur ulang yang dipakai untuk koleksi “Tarum” diperoleh dari program pengumpulan pakaian bekas tidak layak pakai yang dilakukan oleh SMM bersama EcoTouch.

(Koleksi 'Tarum' Sejauh Mata Memandang. Foto: Dok. JFW)
Program ini berjalan sejak tahun 2021 lalu, dan sampai bulan Agustus 2023 telah terkumpul 23,8 ton pakaian yang kemudian diproses oleh EcoTouch di Bandung.
Chitra Subyakto, Pendiri dan Direktur Kreatif Sejauh Mata Memandang mengaku sudah lama dirinya tertarik untuk mengeksplorasi denim. Namun terkendala dengan proses yang pada umumnya menggunakan banyak air dan energi sehingga kurang ramah lingkungan.
"Saya dan tim berdiskusi dengan para mitra penenun, dan bersama-sama kami mengeksplorasi denim yang positif bagi alam (nature positive). Tarum adalah eksplorasi
lanjutan dari koleksi Baur, di mana saat mendesain kami juga memikirkan hasil akhir produk, penggunaan air yang sangat minim, serta lebih ramah lingkungan," ujar Chitra.
Sementara, Mugi, selaku mitra penenun SMM di kota Pekalongan yang terlibat dalam proses penenunan menjelaskan bahwa dirinya memproduksi 40 meter kain denim untuk koleksi Tarum ini, di mana sebelum proses penenunan di mulai, sejumlah tahap persiapan perlu dilakukan; antara lain menggulung benang, mewarnai, menghani, dan pencucukan yang keseluruhan prosesnya memakan waktu 12 hari.

(Koleksi 'Tarum' Sejauh Mata Memandang. Foto: Dok. JFW)
Kemudian masuk ke proses penenunan, pencucian dan pengeringan selama dua hari, serta satu hari tambahan untuk proses pengendalian mutu.
"Untuk proses pewarnaan benang, kami menggunakan pewarna nabati dengan teknik pencelupan tangan (hand-dye) sebanyak 14 kali, menggunakan satu liter air untuk tahap pewarnaan dan satu liter air untuk tahap pencucian. Cairan pewarna nabati dan air cucian ini bisa digunakan berulang-ulang sampai habis sehingga tidak menyisakan limbah," jelas Mugi.
Chitra menambahkan dalam peluncuran ini, SMM juga menggandeng aktris Lutesha sebagai muse serta sederet aktivis lingkungan yang membawa pesan penting untuk lingkungan dan mengingatkan kita untuk selalu aktif merawat Bumi.
"Di antaranya Tiza Mafira (Diet Plastik Indonesia), Davina Veronica (BOS Foundation), Butet Manurung (Sokola Rimba), Isabel Wijsen (Bye Bye Plastic Bags), Swietenia Puspa Lestari (Divers Clean Action), Melissa Kowara (Extinction Rebellion), Nadia Mulya (Langit Biru Pertiwi), Aurelie Moeremans (WWF Indonesia), dan lain sebagainya," tutup Chitra.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(yyy)
Tarum adalah tumbuhan indigo (Indigofera tinctoria), yang menghasilkan warna biru dan menjadi warna paling mendominasi di koleksi denim ini. Terdapat empat jenis benang yang digunakan dalam pembuatan denim koleksi “Tarum”, yaitu benang daur ulang (recycled yarn), benang katun yang dipintal secara manual dengan tangan (handspun yarn), serta dua benang katun yang masing-masing diwarnai menggunakan tumbuhan tarum yang menghasilkan rona kebiruan. Juga, kayu secang yang secara manis menghasilkan warna coklat kemerahan.
Benang-benang ini kemudian ditenun menjadi kain denim menggunakan teknik penenunan
tangan (handwoven) yang ditandai dengan adanya jahitan garis benang merah selvedge.
Keseluruhan proses pemintalan benang, pewarnaan benang, dan penenunan ini juga dilakukan oleh mitra pengrajin SMM di beberapa tempat di Jawa Tengah. Selain itu, benang daur ulang yang dipakai untuk koleksi “Tarum” diperoleh dari program pengumpulan pakaian bekas tidak layak pakai yang dilakukan oleh SMM bersama EcoTouch.

(Koleksi 'Tarum' Sejauh Mata Memandang. Foto: Dok. JFW)
Program ini berjalan sejak tahun 2021 lalu, dan sampai bulan Agustus 2023 telah terkumpul 23,8 ton pakaian yang kemudian diproses oleh EcoTouch di Bandung.
Chitra Subyakto, Pendiri dan Direktur Kreatif Sejauh Mata Memandang mengaku sudah lama dirinya tertarik untuk mengeksplorasi denim. Namun terkendala dengan proses yang pada umumnya menggunakan banyak air dan energi sehingga kurang ramah lingkungan.
"Saya dan tim berdiskusi dengan para mitra penenun, dan bersama-sama kami mengeksplorasi denim yang positif bagi alam (nature positive). Tarum adalah eksplorasi
lanjutan dari koleksi Baur, di mana saat mendesain kami juga memikirkan hasil akhir produk, penggunaan air yang sangat minim, serta lebih ramah lingkungan," ujar Chitra.
Sementara, Mugi, selaku mitra penenun SMM di kota Pekalongan yang terlibat dalam proses penenunan menjelaskan bahwa dirinya memproduksi 40 meter kain denim untuk koleksi Tarum ini, di mana sebelum proses penenunan di mulai, sejumlah tahap persiapan perlu dilakukan; antara lain menggulung benang, mewarnai, menghani, dan pencucukan yang keseluruhan prosesnya memakan waktu 12 hari.

(Koleksi 'Tarum' Sejauh Mata Memandang. Foto: Dok. JFW)
Kemudian masuk ke proses penenunan, pencucian dan pengeringan selama dua hari, serta satu hari tambahan untuk proses pengendalian mutu.
"Untuk proses pewarnaan benang, kami menggunakan pewarna nabati dengan teknik pencelupan tangan (hand-dye) sebanyak 14 kali, menggunakan satu liter air untuk tahap pewarnaan dan satu liter air untuk tahap pencucian. Cairan pewarna nabati dan air cucian ini bisa digunakan berulang-ulang sampai habis sehingga tidak menyisakan limbah," jelas Mugi.
Chitra menambahkan dalam peluncuran ini, SMM juga menggandeng aktris Lutesha sebagai muse serta sederet aktivis lingkungan yang membawa pesan penting untuk lingkungan dan mengingatkan kita untuk selalu aktif merawat Bumi.
"Di antaranya Tiza Mafira (Diet Plastik Indonesia), Davina Veronica (BOS Foundation), Butet Manurung (Sokola Rimba), Isabel Wijsen (Bye Bye Plastic Bags), Swietenia Puspa Lestari (Divers Clean Action), Melissa Kowara (Extinction Rebellion), Nadia Mulya (Langit Biru Pertiwi), Aurelie Moeremans (WWF Indonesia), dan lain sebagainya," tutup Chitra.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(yyy)