YOUR FASHION

Serupa tapi Tak Sama, Ini Perbedaan Kain Ulos dan Songket yang Jarang Diketahui

Yuni Yuli Yanti
Kamis 15 Agustus 2024 / 07:00
Jakarta: Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan dalam menghasilkan kain tradisional. Sebanyak 33 kain tradisional dari berbagai daerah di Indonesia telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak bedan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 

Dari ke-33 kain tersebut, terdapat kain "ulos" dan "songket" yang selalu disebut mirip karena keduanya adalah sama-sama berasal dari kain tenun provinsi Sumatera. Meski sekilas tampak sama, namun kain ulos dan songket jelas berbeda lho! 

Kain ulos merupakan kain tenun khas suku Batak dan secara turun temurun terus dikembangkan khususnya oleh masyarakat daerah Tapanuli Utara, provinsi Sumatera Utara. Sementara, kain songket adalah kain yang tidak boleh dilewatkan ketika mengenakan pakaian adat khas Sumatera Barat atau Minangkabau. 

Selain asalnya, masih ada beberapa perbedaan lain dari kain ulos dan songket yang jarang diketahui. Apa saja itu? Simak ulasannya berikut ini!
 

Proses pembuatan

Selain dijadikan sebagai pakaian, ulos juga sering dijadikan hadiah seremonial karena kain ini menyimbolkan status Suku Batak. Mengutip dari laman Indonesia Travel, kain ulos biasanya menggunakan benang kapas dan diwarnai dengan cara merendam benang ke dalam pewarna alami yang berasal dari tanaman. 

Warna biru terbuat dari tanaman indigo, warna merah dari kayu secang dan mengkudu, warna kuning berasal dari kunyit, sedangkan hitam dihasilkan dengan mencampurkan mengkudu dengan indigo, serta hijau adalah campuran indigo dan kunyit.

Prosesnya yang lama dan unik membuat kain ulos memiliki kekhasan tersendiri. Tidak heran banyak wisatawan yang ingin mengetahui prosesnya bahkan ingin memilikinya, baik sebagai kenang-kenangan maupun oleh-oleh untuk teman dan sanak saudara. Pembuatan kain ulos tradisional bisa ditemukan di tiga desa yaitu Tongging, Paropo, dan Silalahi di pesisir barat laut Danau Toba.


(Proses pembuatan kain ulos. Foto: Dok. Indonesia.travel)

Sementara itu, jika dilihat dari asal katanya, istilah “songket” berasal dari gabungan dua kata dalam bahasa Palembang, yaitu “songsong” dan “teket”, yang berarti “tenun” dan “sulam” masing-masing. Ini mengacu pada proses pembuatan tenunan Songket dengan mengaitkan dan menyisipkan benang emas, dikutip dari laman Gramedia Blog. 

Songket termasuk dalam keluarga tenunan brokat dan dibuat dengan tangan menggunakan benang emas dan perak. Benang logam yang tertenun pada kain akan menghasilkan efek kemilau yang cemerlang. Bahan dasar yang biasa digunakan untuk membuat Songket adalah sutra, katun, dan kombinasi antara katun dan sutra.


(Proses pembuatan kain songket. Foto: Dok. Jadesta.kemenparekraf)
 

Motif dan maknanya

Kain songket adalah bahan tenunan tradisional yang memerlukan benang emas asli. Biasanya digunakan sebagai pakaian oleh keluarga kerajaan seperti sultan, pangeran, dan bangsawan.

Motif pada songket Minangkabau tidak hanya sekadar tampilan estetika. Namun, memiliki makna dan tradisi tersendiri yang menjadi ciri khas budaya wilayah asal kain tersebut.

Motif-motif tersebut biasanya berupa bentuk-bentuk geometri, bentuk-bentuk tumbuhan, dan salur-salur, yang menunjukkan pentingnya alam bagi keberlangsungan hidup manusia. Ada juga motif-motif yang terinspirasi dari makanan khas Melayu, seperti serikaya, wajik, dan tepung talam, yang diyakini merupakan makanan favorit raja.

Beberapa makna dari motif tersebut memperlihatkan ajaran, nilai kerifan serta filosofi alam. Seperti motif pakis yang menyiratkan pentingnya introspeksi diri. Motif bambu yang memiliki makna bahwa semakin tua usia seseorang dan semakin berpengalaman, maka lebih baik orang tersebut merunduk atau bersikap rendah diri.

Motif lainnya seperti mentimun memiliki makna bahwa dalam melakukan suatu hal, maka harus mengakar serta dilakukan dengan sistematis, dan lain sebagainya. 

Kain songket memiliki berbagai motif tradisional yang menjadi ciri khas budaya daerah penghasil kerajinan ini. Beberapa contohnya adalah motif Saik Kalamai, Buah Palo, Barantai Putiah, Barantai Merah, Tampuak Manggih, Salapah, Kunang-kunang, Api-api, Cukie Baserak, Sirangkak, Silala Rabah, dan Simasam yang terkait dengan songket Pandai Sikek, Minangkabau.


(Motif kain songket. Foto: Dok. Kemenparekraf.go.id)

Melansir dari laman Dekranasda Sumut, kain Ulos mempunyai banyak motif yang mempunyai filosofi yang dalam bagi masyarakat Batak, seperti motif ulos Ragidup yang melambangkan kehidupan dan doa restu untuk kebahagiaan dalam kehidupan.

Sementara, ulos Ragihotang yang mempunyai makna bahwa orang tua pengantin perempuan telah merestui anak gadisnya untuk disunting oleh laki-laki yang disebut Hela (menantu). Ada juga ulos Ragihuting, namun ulos jenis ini sudah jarang digunakan. Pada zaman dulu, ulos ini sering digunakan oleh para gadis dengan dililitkan didada sebagai pertanda bahwa gadis perawan batak Toba yang beradat.

Ulos Sibolang merupakan kain ulos sebagai tanda duka cita. Biasanya masyarakat Batak yang menggunakan ulos ini sedang mengalami sebuah duka dari keluarga dekat yang telah meninggal. dan, masih banyak lagi jenis kain ulos lainnya yang ada di masyarakat Batak dengan fungsi dan peranannya masing-masing. 


(Motif kain ulos. Foto: Dok. Indonesia.travel)

Selain kain ulos dan songket, masih banyak jenis kain nusantara yang terdapat di Indonesia. Perlu diketahui, saat ini, kain nusantara menjadi sumber inspirasi ekonomi kreatif Indonesia yang memiliki kekhasannya masing-masing. 

Nah, sebagai masyarakat Indonesia sudah selayaknya kita melestarikan budaya Indonesia dan  mulai bangga mengenakan kain tradisional! 

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(yyy)

MOST SEARCH