WISATA
Kampung Pelangi, Warna-warni di Jantung Kota Semarang
A. Firdaus
Senin 05 Oktober 2020 / 16:02
Semarang: Kota Semarang dikenal dengan destinasi wisata sejarahnya. Tak jarang bangunan bersejarah, yang nyatanya telah berusia ratusan tahun berjejer di kota tersebut.
Sebut saja Lawang Sewu, Klenteng Sam Poo Kong, Museum Ronggowarsito, Stasiun Kereta Api Tawang, hingga Kawasan Pecinan Semarang. Semua destinasi wisata tersebut merupakan peninggalan sejarah yang tak kunjung sepi diserbu para wisatawan.
Namun, belakangan Ibu Kota Jawa Tengah ini juga memiliki beberapa destinasi baru, yang tak kalah menarik dibandingkan dengan deretan wisata sejarah. Seperti Kampung Pelangi, yang berada di Jl. Dr. Sutomo No 89, Randusari, Kecamatan Semarang Selatan.
Bagi kamu yang berangkat dari Stasiun Tawang Semarang, hanya cukup menempuh jarak 4 km dalam kurun waktu 12 menit. Namun jika kamu berangkat dari Bandar Udara Ahmad Yani, cukup waktu 16 menit untuk sampai ke Kampung Pelangi menggunakan mobil.

Ketua Kelompok Desa Wisata (Pokdawis), Selamet Widodo (Foto: A. Firdaus)
"Kampung Pelangi ini dahulu merupakan Kampung Wonosari. Kampung ini dulunya tak pernah digubris sama siapa pun, bahkan terlihat kumuh. Kekumuhan itu bukan karena kampungnya kotor," ujar Ketua Kelompok Desa Wisata (Pokdawis), Selamet Widodo, saat menerima kunjungan Forum Wartawan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Forwaparekraf), beberapa waktu lalu.
"Setelah merevitalisasi pasar bunga, Pemkot mengimbau agar tembok-tembok Kampung Wonosari dicat. Maka ketika gagasan cat itu muncul, pada 2017, kemudian pak Walikota Semarang (Hendrar Prihadi) meresmikannya dengan nama Kampung Pelangi. Alhamdulillah tetap eksis karena kampung-kampung yang lain tak konsisten," sambungnya.

Walau tampil ceria dengan warna warninya, rumah ini juga terlihat elegan dan enak dipandang oleh mata. (Foto: A. Firdaus)
Saat kamu melangkah ke area kampung tersebut, kamu akan disuguhi warna-warni. Bukan hanya di tembok rumah, tetapi juga di jalannya. Tak hanya itu, ada beberapa mural dicat di tembok dengan memiliki pesan mendalam.
Yang paling menarik, jika kamu ingin menyambangi Kampung Pelangi, tak usah repot-repot merogoh kocek. Sebab, tak ada tiket masuk. Kamu bisa melenggang secara cuma-cuma sambil mencari spot menarik untuk diupload di media sosialmu. Termasuk di spot paling teratas dengan pemandangan Kota Semarang dan jajaran pegunungan besar di Jawa Tengah.
"Kampung pelangi yang merupakan destinasi Kota Semarang merupakan bagian dari Fasum (Fasilitas Umum) yang bisa dinikmati oleh masyarakat banyak tanpa harus dipungut biaya," tegas Slamet.
"Kepedulian masyarakat perkotaan bakal menjadi pembelajaraan. Sebab sulit juga mengembangkan destinasi wisata itu dalam rangka menggunggah masyarakat, karena masyarakat perkotaan berbeda dengan masyarakat pedesaan," terang Slamet yang akrab disapa Nden Slawi tersebut.
"Kami berusaha memberikan arahan kepada mereka, bahwa Kampung Pelangi ini milik kita. Jika Kampung Pelangi yang maju, maka bukan sekadar Kota Semarangnya saja, tapi kemajuan untuk kita semua," sambungnya.

Tak hanya warna, permainan tema dari setiap mural ini juga menjadi daya tarik wisatawan untuk bisa memamerkan swafoto mereka di sini. (Foto: A. Firdaus)
Berkat arahan tersebut, warga kompak untuk membedah tempat tinggalnya demi bisa melepaskan kekumuhan yang telah melekat lama. Karang Taruna, ibu-ibu PKK, hingga warga biasa pun berbondong-bondong melakukannya.
Bahkan tak jarang dari mahasiswa yang datang secara sukarela, baik dalam maupun luar negeri membantu mempercantik Kampung Pelangi. Alhasil, benar saja, kampung yang berada di perbukitan dan pemakaman Bergota Krakal tersebut kini menjadi studi banding negara-negara Eropa.
"Kampung Pelangi juga telah dikenal dari berbagai negara. Kurang lebih ada 18 duta besar Uni Eropa yang datang ke sini untuk studi banding. Setelah kunjungan, para duta besar tersebut bakal mengembangkan Kampung Pelangi ke daerah mereka masing-masing," terang Den Slawi.

Puncak Kampung Pelangi, di mana kamu bisa melihat Kota Semarang dengan jejerann gunung. (Foto: A. Firdaus)
Dengan tekstur perbukitan, Kampung Pelangi memiliki sedikit area untuk membuat event. Solusinya, Den Slawi memanfaatkan area sungai yang melintasi Kampoeng Pelangi untuk menggelar beberapa event.
"Letak Kampung Pelangi ini seperti pegunungan, kita enggak punya tempat, enggak punya area yang lebar, tapi bagaimana kampung pelangi ini bisa eksis dengan beragam kegiatan. Utamanya di sungai. Pada tiga tahun ke belakang, kami melakukan kegiatan di sungai. Baik itu festival mancing, dan beragam lomba lain untuk menarik wisatawan," kenang Den Slawi.
"Jadi nanti dari sini (gerbang 5) hingga ke atas bakal dibuat tangga yang berjumlah 999. Makna 999 adalah angka terbaik dan tertinggi dari sekian angka, mudah-mudahan Kampung Pelangi bisa menjadi lebih baik," ujar Guru Bahasa Indonesia di SMK Muhammadiyah Semarang ini.
"Prosesnya masih belum dilakukan, karena masih Pandemi Covid-19. Selain itu, akan ada juga pengembangan destinasi wisata air, kami ingin sungai ini dioptimalkan menjadi sebuah tempat wisata," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)
Sebut saja Lawang Sewu, Klenteng Sam Poo Kong, Museum Ronggowarsito, Stasiun Kereta Api Tawang, hingga Kawasan Pecinan Semarang. Semua destinasi wisata tersebut merupakan peninggalan sejarah yang tak kunjung sepi diserbu para wisatawan.
Namun, belakangan Ibu Kota Jawa Tengah ini juga memiliki beberapa destinasi baru, yang tak kalah menarik dibandingkan dengan deretan wisata sejarah. Seperti Kampung Pelangi, yang berada di Jl. Dr. Sutomo No 89, Randusari, Kecamatan Semarang Selatan.
Bagi kamu yang berangkat dari Stasiun Tawang Semarang, hanya cukup menempuh jarak 4 km dalam kurun waktu 12 menit. Namun jika kamu berangkat dari Bandar Udara Ahmad Yani, cukup waktu 16 menit untuk sampai ke Kampung Pelangi menggunakan mobil.
Usai kumuh, memikat kemudian
Hadirnya Kampung Pelangi tak lepas dari inisiasi pemerintah Kota Semarang yang mulanya ingin merevitalisasi Pasar Bunga Kalisari. Namun kondisi perbukitan dari Kampung Wonosari yang berada di belakang tak enak dilihat, maka Pemkot menyarankan agar seluruh rumah di kampung tersebut dicat warna-warni.
Ketua Kelompok Desa Wisata (Pokdawis), Selamet Widodo (Foto: A. Firdaus)
"Kampung Pelangi ini dahulu merupakan Kampung Wonosari. Kampung ini dulunya tak pernah digubris sama siapa pun, bahkan terlihat kumuh. Kekumuhan itu bukan karena kampungnya kotor," ujar Ketua Kelompok Desa Wisata (Pokdawis), Selamet Widodo, saat menerima kunjungan Forum Wartawan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Forwaparekraf), beberapa waktu lalu.
"Setelah merevitalisasi pasar bunga, Pemkot mengimbau agar tembok-tembok Kampung Wonosari dicat. Maka ketika gagasan cat itu muncul, pada 2017, kemudian pak Walikota Semarang (Hendrar Prihadi) meresmikannya dengan nama Kampung Pelangi. Alhamdulillah tetap eksis karena kampung-kampung yang lain tak konsisten," sambungnya.

Walau tampil ceria dengan warna warninya, rumah ini juga terlihat elegan dan enak dipandang oleh mata. (Foto: A. Firdaus)
Saat kamu melangkah ke area kampung tersebut, kamu akan disuguhi warna-warni. Bukan hanya di tembok rumah, tetapi juga di jalannya. Tak hanya itu, ada beberapa mural dicat di tembok dengan memiliki pesan mendalam.
Yang paling menarik, jika kamu ingin menyambangi Kampung Pelangi, tak usah repot-repot merogoh kocek. Sebab, tak ada tiket masuk. Kamu bisa melenggang secara cuma-cuma sambil mencari spot menarik untuk diupload di media sosialmu. Termasuk di spot paling teratas dengan pemandangan Kota Semarang dan jajaran pegunungan besar di Jawa Tengah.
"Kampung pelangi yang merupakan destinasi Kota Semarang merupakan bagian dari Fasum (Fasilitas Umum) yang bisa dinikmati oleh masyarakat banyak tanpa harus dipungut biaya," tegas Slamet.
Proses panjang menjadi Kampung Pelangi
Sejak membangun kampung warna-warni ini pada 2017, tak mudah bagi Slamet Widodo untuk bisa mengajak warga Wonosari, yang terdiri dari 2 RW ini untuk mewujudkan arahan pemerintah. Sebab warga sekitar butuh edukasi untuk bisa kompak membangun Kampung Pelangi."Kepedulian masyarakat perkotaan bakal menjadi pembelajaraan. Sebab sulit juga mengembangkan destinasi wisata itu dalam rangka menggunggah masyarakat, karena masyarakat perkotaan berbeda dengan masyarakat pedesaan," terang Slamet yang akrab disapa Nden Slawi tersebut.
"Kami berusaha memberikan arahan kepada mereka, bahwa Kampung Pelangi ini milik kita. Jika Kampung Pelangi yang maju, maka bukan sekadar Kota Semarangnya saja, tapi kemajuan untuk kita semua," sambungnya.

Tak hanya warna, permainan tema dari setiap mural ini juga menjadi daya tarik wisatawan untuk bisa memamerkan swafoto mereka di sini. (Foto: A. Firdaus)
Berkat arahan tersebut, warga kompak untuk membedah tempat tinggalnya demi bisa melepaskan kekumuhan yang telah melekat lama. Karang Taruna, ibu-ibu PKK, hingga warga biasa pun berbondong-bondong melakukannya.
Bahkan tak jarang dari mahasiswa yang datang secara sukarela, baik dalam maupun luar negeri membantu mempercantik Kampung Pelangi. Alhasil, benar saja, kampung yang berada di perbukitan dan pemakaman Bergota Krakal tersebut kini menjadi studi banding negara-negara Eropa.
"Kampung Pelangi juga telah dikenal dari berbagai negara. Kurang lebih ada 18 duta besar Uni Eropa yang datang ke sini untuk studi banding. Setelah kunjungan, para duta besar tersebut bakal mengembangkan Kampung Pelangi ke daerah mereka masing-masing," terang Den Slawi.

Puncak Kampung Pelangi, di mana kamu bisa melihat Kota Semarang dengan jejerann gunung. (Foto: A. Firdaus)
Dengan tekstur perbukitan, Kampung Pelangi memiliki sedikit area untuk membuat event. Solusinya, Den Slawi memanfaatkan area sungai yang melintasi Kampoeng Pelangi untuk menggelar beberapa event.
"Letak Kampung Pelangi ini seperti pegunungan, kita enggak punya tempat, enggak punya area yang lebar, tapi bagaimana kampung pelangi ini bisa eksis dengan beragam kegiatan. Utamanya di sungai. Pada tiga tahun ke belakang, kami melakukan kegiatan di sungai. Baik itu festival mancing, dan beragam lomba lain untuk menarik wisatawan," kenang Den Slawi.
Yang baru dari Kampung Pelangi
Enggan melihat Kampung Pelangi begitu saja, Den Slawi sedang melakukan beberapa inovasi. Seperti membuat tangga 999."Jadi nanti dari sini (gerbang 5) hingga ke atas bakal dibuat tangga yang berjumlah 999. Makna 999 adalah angka terbaik dan tertinggi dari sekian angka, mudah-mudahan Kampung Pelangi bisa menjadi lebih baik," ujar Guru Bahasa Indonesia di SMK Muhammadiyah Semarang ini.
"Prosesnya masih belum dilakukan, karena masih Pandemi Covid-19. Selain itu, akan ada juga pengembangan destinasi wisata air, kami ingin sungai ini dioptimalkan menjadi sebuah tempat wisata," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)