Garut: Gunung Sadahurip di Sindanggalih, Karangtengah, Kabupaten Garut, Jawa Barat sempat heboh pada 2012 lalu. Ketika itu, gunung yang berbentuk piramida ini menjadi obyek penelitian lantaran diisukan ada harta harun di dalamnya. Namun hingga kini tak ada hasil yang pasti.
Terlepas dari isu yang beredar, Gaya.id mengutip situs visitgarut.garutkab.go.id untuk mencoba mengangkat legenda Gunung Sadahurip, yang juga kerap disebut Bukit Piramid di Atas Awan ini.
Cerita legenda ini diawali dari seorang kakek tua bernama Ki Ageng Parta. Dia sempat mengabdi sebagai pembantu dan penasihat di Kadipaten, di bawah kepimpinan Munding Sura, yaitu Adipati di Kerajaan Cimanganten (kalau saat ini Kecamatan Tarogong Kaler). Selain terkenal soleh dan jujur, Ki Ageng juga dikenal mempunyai seorang putri yang sangat cantik, bernama Sri Mayamuni (Putri yang Murni).
Sampai suatu ketika, Ki Ageng yang sudah merasa sangat tua dan merasa sudah cukup mengabdi pada keluarga Adipati, meminta izin pensiun untuk mencoba menjauhkan diri dari masalah keduniawan demi menjadi seorang petapa.
Mendengar itu, Adipati keberatan atas permintaan Ki Ageng lantaran masih membutuhkannya. Namun, Ki Ageng bersikeras karena merasa sudah lelah dengan hal keduniawaian.
Ki Ageng ingin hidup tenang sebagai seorang petapa untuk mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa sambil menunggu datangnya ajal, sekaligus menyusul istrinya tercinta yang sudah lama meninggalkannya.
Keputusan Ki Ageng yang tetap ingin pensiun akhirnya disetujui Adipati, dengan satu syarat, Ki Ageng harus mau menikahkan sang putri dengan anak Adipati, Raden Bhadrika Bahuwirya (laki-laki gagah berani dan diberikan kekuasaan).
Ki Ageng Parta enggan menyetujuinya, karena dia tahu betul bahwa puterinya Sri Mayamuni sudah mempunyai kekasih seorang Ksatria bernama Arya Sapala. Tentu saja Adipati murka dan mengancam si kakek.
Singkat cerita, Ki Ageng Parta juga menyampaikan maksud dari Adipati Munding Sura kepada Mayamuni, dan menyerahkan segala keputusannya kepada putrinya. Sesuai prediksi Ki Ageng, sang putri dengan tegas menolak keputusan Adipati.
Usai membicarakan hal tersebut, Ki Ageng berangkat menuju Gunung Sadahurip untuk bertapa. Tapi malang nian nasibnya, baru beberapa saat menjadi petapa, ia jatuh sakit karena masih memikirkan nasib puterinya, hingga akhirnya Ki Ageng meninggal dunia di sana.
Sedih mendengar kabar sang ayah meninggal, Sri Mayamuni memutuskan berziarah bersama kekasihnya, Arya Sipala pergi ke Gunung Sadahurip. Di tengah perjalanan, sampailah mereka di sebuah tebing yang indah karena ada bunga liar berwarna merah yang tumbuh di sisi-sisinya. Sambil beristirahat di tebing, saat itulah mereka mengikat janji sehidup semati, sehingga sampai sekarang tebih itu dinamai Tebing Cinta.
Setelah kejadian romantis tersebut, Adipati yang mengetahuinya, mengejar Sri Mayamuni. Bersama anak dan beberapa prajuritnya yang sakti, Adipati mencegat sepasang kekasih tersebut, dan terjadilah perkelahian yang sengit. Sehingga Arya Sapala yang sendirian, tewas lantaran tak kuasa menerima perlawanan para prajurit dari Adipati.
Jasad Arya Sapala pun dilemparkan ke sebuah kawah. Ajaibnya setelah tubuhnya dilemparkan, kawah tesebut berubah menjadi putih. Sehingga sampai sekarang penduduk di sana menamainya Kawah Talaga Bodas.
Setelah sukses menewaskan Arya Sapala, Adipati Munding Sura memerintahkan untuk membawa Sri Mayamuni pulang ke Kadipaten. Di tengah perjalanan, mereka beristirahat di sebuah bukit yang berpemandangan indah dan berhadapan langsung dengan Gunung Sadahurip.
Mereka terpanah dengan pemandangan di atas bukit itu. Sebab, tampak jelas pemandangan indah di mana tampak kabut yang perlahan turun dari Gunung Sadahurip. Tak ayal, gunung tersebut seolah-olah seperti berada di atas awan.
Sementara Sri Mayamuni memiliki pandangan berbeda. Ia seakan-akan melihat ayah dan kekasihnya sedang tersenyum dan melambaikan tangan ke arahnya. Tanpa pikir panjang, Sri Mayamuni pun berlari dan melompat ke arah jurang di depannya, tanpa ada yang mencegahnya.
Melihat hal itu, Adipati Munding Sura pun segera memerintahkan Raden Bhadrika dan para prajuritnya untuk turun ke bawah mencari Sri Mayamurni, namun nihil tak menemukan jasadnya.
Dengan penuh penyesalan Adipati Mundingsura dan Raden Bhadrika Bahuwirya terus berusaha mencari. Bahkan sambil mencari, Adipati bergumam meminta maaf kepada Sri Mayamuni atas perbuatannya. Hingga pada saat mereka tiba di suatu tempat, mereka mendengar suara berbisik bahwa Sri Mayamuni sudah memafkan mereka dan tak usah lagi mencarinya.
Seakan tak percaya dengan bisikan tersebut, mereka pun memutuskan kembali ke atas bukit, tempat mereka beristirahat tadi. Tak lama muncul lagi suara perempuan yang berbisik dan mengatakan bahwa suatu saat tempat ini akan ramai dikunjungi orang-orang dan para pembesar negeri.
Akhir cerita Adipati dan rombongan pun pulang ke Kadipaten dengan membawa rasa bersalah dan penyesalan yang teramat besar. Dan, bukit tempat mereka beristirahat oleh penduduk sekitar dinamai Piramida di Atas Awan, karena dari bukit tersebut mereka bisa melihat Gunung Sadahurip yang seolah olah berada di atas awan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)
Terlepas dari isu yang beredar, Gaya.id mengutip situs visitgarut.garutkab.go.id untuk mencoba mengangkat legenda Gunung Sadahurip, yang juga kerap disebut Bukit Piramid di Atas Awan ini.
Cerita legenda ini diawali dari seorang kakek tua bernama Ki Ageng Parta. Dia sempat mengabdi sebagai pembantu dan penasihat di Kadipaten, di bawah kepimpinan Munding Sura, yaitu Adipati di Kerajaan Cimanganten (kalau saat ini Kecamatan Tarogong Kaler). Selain terkenal soleh dan jujur, Ki Ageng juga dikenal mempunyai seorang putri yang sangat cantik, bernama Sri Mayamuni (Putri yang Murni).
Sampai suatu ketika, Ki Ageng yang sudah merasa sangat tua dan merasa sudah cukup mengabdi pada keluarga Adipati, meminta izin pensiun untuk mencoba menjauhkan diri dari masalah keduniawan demi menjadi seorang petapa.
Mendengar itu, Adipati keberatan atas permintaan Ki Ageng lantaran masih membutuhkannya. Namun, Ki Ageng bersikeras karena merasa sudah lelah dengan hal keduniawaian.
Ki Ageng ingin hidup tenang sebagai seorang petapa untuk mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa sambil menunggu datangnya ajal, sekaligus menyusul istrinya tercinta yang sudah lama meninggalkannya.
Keputusan Ki Ageng yang tetap ingin pensiun akhirnya disetujui Adipati, dengan satu syarat, Ki Ageng harus mau menikahkan sang putri dengan anak Adipati, Raden Bhadrika Bahuwirya (laki-laki gagah berani dan diberikan kekuasaan).
Ki Ageng Parta enggan menyetujuinya, karena dia tahu betul bahwa puterinya Sri Mayamuni sudah mempunyai kekasih seorang Ksatria bernama Arya Sapala. Tentu saja Adipati murka dan mengancam si kakek.
Singkat cerita, Ki Ageng Parta juga menyampaikan maksud dari Adipati Munding Sura kepada Mayamuni, dan menyerahkan segala keputusannya kepada putrinya. Sesuai prediksi Ki Ageng, sang putri dengan tegas menolak keputusan Adipati.
Betapa di Gunung Sadahurip
Usai membicarakan hal tersebut, Ki Ageng berangkat menuju Gunung Sadahurip untuk bertapa. Tapi malang nian nasibnya, baru beberapa saat menjadi petapa, ia jatuh sakit karena masih memikirkan nasib puterinya, hingga akhirnya Ki Ageng meninggal dunia di sana.
Sedih mendengar kabar sang ayah meninggal, Sri Mayamuni memutuskan berziarah bersama kekasihnya, Arya Sipala pergi ke Gunung Sadahurip. Di tengah perjalanan, sampailah mereka di sebuah tebing yang indah karena ada bunga liar berwarna merah yang tumbuh di sisi-sisinya. Sambil beristirahat di tebing, saat itulah mereka mengikat janji sehidup semati, sehingga sampai sekarang tebih itu dinamai Tebing Cinta.
Setelah kejadian romantis tersebut, Adipati yang mengetahuinya, mengejar Sri Mayamuni. Bersama anak dan beberapa prajuritnya yang sakti, Adipati mencegat sepasang kekasih tersebut, dan terjadilah perkelahian yang sengit. Sehingga Arya Sapala yang sendirian, tewas lantaran tak kuasa menerima perlawanan para prajurit dari Adipati.
Talaga Bodas
Jasad Arya Sapala pun dilemparkan ke sebuah kawah. Ajaibnya setelah tubuhnya dilemparkan, kawah tesebut berubah menjadi putih. Sehingga sampai sekarang penduduk di sana menamainya Kawah Talaga Bodas.
Setelah sukses menewaskan Arya Sapala, Adipati Munding Sura memerintahkan untuk membawa Sri Mayamuni pulang ke Kadipaten. Di tengah perjalanan, mereka beristirahat di sebuah bukit yang berpemandangan indah dan berhadapan langsung dengan Gunung Sadahurip.
Mereka terpanah dengan pemandangan di atas bukit itu. Sebab, tampak jelas pemandangan indah di mana tampak kabut yang perlahan turun dari Gunung Sadahurip. Tak ayal, gunung tersebut seolah-olah seperti berada di atas awan.
Sementara Sri Mayamuni memiliki pandangan berbeda. Ia seakan-akan melihat ayah dan kekasihnya sedang tersenyum dan melambaikan tangan ke arahnya. Tanpa pikir panjang, Sri Mayamuni pun berlari dan melompat ke arah jurang di depannya, tanpa ada yang mencegahnya.
Melihat hal itu, Adipati Munding Sura pun segera memerintahkan Raden Bhadrika dan para prajuritnya untuk turun ke bawah mencari Sri Mayamurni, namun nihil tak menemukan jasadnya.
Dengan penuh penyesalan Adipati Mundingsura dan Raden Bhadrika Bahuwirya terus berusaha mencari. Bahkan sambil mencari, Adipati bergumam meminta maaf kepada Sri Mayamuni atas perbuatannya. Hingga pada saat mereka tiba di suatu tempat, mereka mendengar suara berbisik bahwa Sri Mayamuni sudah memafkan mereka dan tak usah lagi mencarinya.
Seakan tak percaya dengan bisikan tersebut, mereka pun memutuskan kembali ke atas bukit, tempat mereka beristirahat tadi. Tak lama muncul lagi suara perempuan yang berbisik dan mengatakan bahwa suatu saat tempat ini akan ramai dikunjungi orang-orang dan para pembesar negeri.
Akhir cerita Adipati dan rombongan pun pulang ke Kadipaten dengan membawa rasa bersalah dan penyesalan yang teramat besar. Dan, bukit tempat mereka beristirahat oleh penduduk sekitar dinamai Piramida di Atas Awan, karena dari bukit tersebut mereka bisa melihat Gunung Sadahurip yang seolah olah berada di atas awan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)