WISATA
Masuk 50 Besar ADWI 2021, Ini 10 Keistimewaan Desa Wisata Kampung Blekok
A. Firdaus
Jumat 17 September 2021 / 21:09
Situbondo: Desa Wisata Kampung Blekok, Kecamatan Kendit, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, masuk 50 besar desa wisata terbaik dalam ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021. Konsep ekowisata yang diusung oleh Kampung Blekok menjadi salah satu daya tarik yang sangat sesuai dengan konsep pariwisata ke depan, yang menekankan kualitas dan keberlanjutan lingkungan.
Berikut keistimewaan Desa Wisata Kampung Blekok melansir Kemenparekraf:

Kampung Blekok memiliki lokasi konservasi hutan mangrove dengan luas wilayah 29,6 hektare.
Ada banyak jenis tanaman mangrove yang menghuni hutan mangrove. Di antaranya jenis mangrove Rhizopora stylosa, Avicennia alba, Rizhopora mucronata, dan lainnya.
Di hutan mangrove tersebut juga menjadi habitat burung blekok dan ribuan burung lainnya. Setidaknya ada 13 jenis burung air. Di antaranya kuntul besar, kuntul kecil, kuntul kerbau, blekok sawah, cangak merah, kowak malam, trinil, gajahan penggala, kareo padi, kokokan laut, dan cerek jawa.
"Saya senang karena Desa Wisata Kampung Blekok ini memiliki konservasi hutan mangrove. Jadi, semakin banyak hutan mangrove di daerah Situbondo, jumlah oksigen juga akan semakin meningkat. Dan kawasan ini dapat menjadi rumah bagi burung-burung yang kehilangan habitatnya,” ujar Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno, saat melakukan visitasi ke Desa Wisata Kampung Blekok, Situbondo, Jumat (17/9/2021).
Untuk melestarikan burung blekok, masyarakat setempat membuat penangkaran burung berbentuk jaring. Saat ini burung blekok yang dibudidayakan berjumlah 15 burung.
Bagi wisatawan yang berkunjung dapat ikut serta dalam kegiatan penangkaran dan penangkapan burung air, merawat burung yang sedang sakit, membebaskannya kembali dari penangkaran jika sudah siap, serta mempelajari berbagai jenis mangrove dan burung dengan melakukan scan barcode yang telah disediakan di tiap-tiap papan nama.

Hal yang unik dari burung blekok adalah mereka sangat suka hidup berkelompok. Sehingga ribuan burung ini akan terbang secara koloni pada jam lima pagi untuk mencari makan di tempat lain, dan pulang ke tempat asal pada jam lima sore.
Selain konservasi hutan mangrove dan burung blekok, yang menjadi daya tarik desa ini adalah pemandangan pegunungan yang indah, disertai hamparan laut biru yang luas, dan yang paling menarik untuk dilihat adalah pada saat terbenamnya matahari.

Saat itu langit akan memperlihatkan pancaran cahaya yang berkilau oranye keemasan dengan gradasi ungu muda serta ungu tua yang sangat memikat.
Selain itu, masyarakat setempat juga membuat berbagai olahan kuliner dengan memanfaatkan mangrove sebagai bahan dasarnya. Seperti makanan khas dari daun-daun mangrove dan kue dari tepung biji mangrove.

Ada pula petis ikan yang digunakan masyarakat setempat untuk menyajikan rujak petis dengan buah-buahan segar. Dan makanan khasnya seperti sate lalak dan tajin palapa.
Kampung Blekok juga terbilang sangat kreatif lantaran memanfaatkan sampah yang masih layak pakai dan dijadikan sebagai hiasan. Ada pula yang menjadikannya sebagai alat musik.
Untuk fesyen, ada odheng khas Situbondo. Odheng (penutup kepala) biasa digunakan oleh laki-laki untuk menghadiri acara resmi. Selain itu, teman-teman difabel juga turut membuat karya berupa kain batik khas Situbondo, dengan corak kerang dan biota laut.
Selain itu, desa ini juga dikenal sebagai pusat kerajinan kayu dan kerang yang cukup besar. Produk kreatif tersebut biasanya dikirim ke Bali, Lombok, Malang, dan beberapa tempat wisata lainnya.

Pendapatan para pengrajin sebelum pandemi biasanya berkisar antara Rp100.000 - Rp150.000 perhari. Namun semenjak pandemi, pendapatan mereka berkurang menjadi Rp20.000 - Rp25.000 perhari.
Dengan adanya ajang ADWI 2021, diharapkan dapat memberikan semangat untuk Desa Wisata Kampung Blekok agar terus mengembangkan dan meningkatkan kualitas desanya, menjadi desa wisata yang unggul dan berdaya saing.
“Untuk itu, desa ini butuh 3C commitment, competence, dan champion. Dan 3G ‘gercep’ gerak cepat, ‘geber’ gerak bersama, dan ‘gaspol’ garap semua potensi. Dan tentunya, Kampung Blekok ini memerlukan dukungan dari semua pihak, karena kita ingin menciptakan lapangan kerja seluas-luasnya untuk masyarakat di Kabupaten Situbondo,” pungkas Sandiaga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
Berikut keistimewaan Desa Wisata Kampung Blekok melansir Kemenparekraf:
1. Hutan mangrove

Kampung Blekok memiliki lokasi konservasi hutan mangrove dengan luas wilayah 29,6 hektare.
2. Tanaman mangrove
Ada banyak jenis tanaman mangrove yang menghuni hutan mangrove. Di antaranya jenis mangrove Rhizopora stylosa, Avicennia alba, Rizhopora mucronata, dan lainnya.
3. Burung Blekok
Di hutan mangrove tersebut juga menjadi habitat burung blekok dan ribuan burung lainnya. Setidaknya ada 13 jenis burung air. Di antaranya kuntul besar, kuntul kecil, kuntul kerbau, blekok sawah, cangak merah, kowak malam, trinil, gajahan penggala, kareo padi, kokokan laut, dan cerek jawa.
"Saya senang karena Desa Wisata Kampung Blekok ini memiliki konservasi hutan mangrove. Jadi, semakin banyak hutan mangrove di daerah Situbondo, jumlah oksigen juga akan semakin meningkat. Dan kawasan ini dapat menjadi rumah bagi burung-burung yang kehilangan habitatnya,” ujar Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno, saat melakukan visitasi ke Desa Wisata Kampung Blekok, Situbondo, Jumat (17/9/2021).
4. Penangkaran burung blekok
Untuk melestarikan burung blekok, masyarakat setempat membuat penangkaran burung berbentuk jaring. Saat ini burung blekok yang dibudidayakan berjumlah 15 burung.
5. Wisatawan diajak terlibat
Bagi wisatawan yang berkunjung dapat ikut serta dalam kegiatan penangkaran dan penangkapan burung air, merawat burung yang sedang sakit, membebaskannya kembali dari penangkaran jika sudah siap, serta mempelajari berbagai jenis mangrove dan burung dengan melakukan scan barcode yang telah disediakan di tiap-tiap papan nama.

Hal yang unik dari burung blekok adalah mereka sangat suka hidup berkelompok. Sehingga ribuan burung ini akan terbang secara koloni pada jam lima pagi untuk mencari makan di tempat lain, dan pulang ke tempat asal pada jam lima sore.
6. Perpaduan gunung dan laut
Selain konservasi hutan mangrove dan burung blekok, yang menjadi daya tarik desa ini adalah pemandangan pegunungan yang indah, disertai hamparan laut biru yang luas, dan yang paling menarik untuk dilihat adalah pada saat terbenamnya matahari.

Saat itu langit akan memperlihatkan pancaran cahaya yang berkilau oranye keemasan dengan gradasi ungu muda serta ungu tua yang sangat memikat.
7. Ragam kuliner mangrove
Selain itu, masyarakat setempat juga membuat berbagai olahan kuliner dengan memanfaatkan mangrove sebagai bahan dasarnya. Seperti makanan khas dari daun-daun mangrove dan kue dari tepung biji mangrove.

Ada pula petis ikan yang digunakan masyarakat setempat untuk menyajikan rujak petis dengan buah-buahan segar. Dan makanan khasnya seperti sate lalak dan tajin palapa.
8. Pemanfaatan sampah
Kampung Blekok juga terbilang sangat kreatif lantaran memanfaatkan sampah yang masih layak pakai dan dijadikan sebagai hiasan. Ada pula yang menjadikannya sebagai alat musik.
9. Odhen sebagai fesyen khas
Untuk fesyen, ada odheng khas Situbondo. Odheng (penutup kepala) biasa digunakan oleh laki-laki untuk menghadiri acara resmi. Selain itu, teman-teman difabel juga turut membuat karya berupa kain batik khas Situbondo, dengan corak kerang dan biota laut.
10. Kerajinan kayu dan kerang
Selain itu, desa ini juga dikenal sebagai pusat kerajinan kayu dan kerang yang cukup besar. Produk kreatif tersebut biasanya dikirim ke Bali, Lombok, Malang, dan beberapa tempat wisata lainnya.

Pendapatan para pengrajin sebelum pandemi biasanya berkisar antara Rp100.000 - Rp150.000 perhari. Namun semenjak pandemi, pendapatan mereka berkurang menjadi Rp20.000 - Rp25.000 perhari.
Dengan adanya ajang ADWI 2021, diharapkan dapat memberikan semangat untuk Desa Wisata Kampung Blekok agar terus mengembangkan dan meningkatkan kualitas desanya, menjadi desa wisata yang unggul dan berdaya saing.
“Untuk itu, desa ini butuh 3C commitment, competence, dan champion. Dan 3G ‘gercep’ gerak cepat, ‘geber’ gerak bersama, dan ‘gaspol’ garap semua potensi. Dan tentunya, Kampung Blekok ini memerlukan dukungan dari semua pihak, karena kita ingin menciptakan lapangan kerja seluas-luasnya untuk masyarakat di Kabupaten Situbondo,” pungkas Sandiaga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)