WISATA
BMKG Soroti Banyak Hotel di Indonesia Masih Minim Melakukan Safety Briefing
Aulia Putriningtias
Rabu 28 Agustus 2024 / 10:17
Jakarta: Suci Dewi Anugerah selaku Kepala Bidang Mitigasi Tsunami Samudra Hindia dan Pacific Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyoroti masih banyak hotel di Indonesia yang minim melakukan safety briefing.
Padahal, safety briefing atau pemberitahuan keamanan evakuasi saat terjadi bencana merupakan prosedur penting. Hotel perlu menyiapkan tempat evakuasi yang aman demi keselamatan masyarakat, khususnya wisatawan.
"Hotel yang berada di wilayah rawan gempa bumi dan tsunami ini harus melakukan safety briefing sebelum pertemuan, sehingga tamu memahami apabila dalam kondisi darurat mereka tahu harus melakukan apa," jelas Suci dalam The Weekly Brief With Sandi Uno, Senin, 26 Agustus 2024.
Hal ini berhubungan dengan informasi bahwa gempa megathrust yang tak bisa dianggap enteng. Suci mengatakan bahwa megathrust itu nyata dan tidak tahu kapan terjadi.
Baca juga: Ramai Isu Gempa Megathurst, Ini Saran BMKG untuk Pariwisata Indonesia
Suci menekankan bahwa pegawai hotel juga perlu terlatih dan sering mengikuti sosialisasi dalam mendalami mitigasi evakuasi bencana alam. Hotel perlu menyiapkan Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam hal mitigasi bencana alam ini.
"Hotel-hotel harus menyiapkan SOP rencana kontingensi. Bagaimana dengan command centernya, apakah sudah juga dilengkapi? Kemudian juga harus memastikan bahwa hotel ini bisa mendapatkan akses informasi gempa bumi dan tsunami dari BMKG," jelas Suci.
Hotel-hotel di Indonesia perlu memperjelas rambu-rambu dan memberikan jalan evakuasi yang mudah diakses dan dipahami oleh masyarakat. Dengan demikian, jika terjadi bencana, prosedur dapat dilakukan sesuai SOP.
Suci memperjelas bahwa perlunya pihak hotel-hotel dan para pelaku usaha wisata di Indonesia tidak menganggap hal ini sepele. Dapat mulai dari assesmen, di mana para pemilik usaha pariwisata ini memahami pentingnya mitigasi evakuasi ketika terjadi bencana di Indonesia.
"Bagaimana menyiapkan assessment. Ini artinya adalah kawasan wisata dan para pengelola, dalam hal ini hotel, ataupun pengelola wisata lainnya itu mampu memahami potensi bahaya yang bisa saja melanda wilayahnya," pungkas Suci.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
Padahal, safety briefing atau pemberitahuan keamanan evakuasi saat terjadi bencana merupakan prosedur penting. Hotel perlu menyiapkan tempat evakuasi yang aman demi keselamatan masyarakat, khususnya wisatawan.
"Hotel yang berada di wilayah rawan gempa bumi dan tsunami ini harus melakukan safety briefing sebelum pertemuan, sehingga tamu memahami apabila dalam kondisi darurat mereka tahu harus melakukan apa," jelas Suci dalam The Weekly Brief With Sandi Uno, Senin, 26 Agustus 2024.
Hal ini berhubungan dengan informasi bahwa gempa megathrust yang tak bisa dianggap enteng. Suci mengatakan bahwa megathrust itu nyata dan tidak tahu kapan terjadi.
Baca juga: Ramai Isu Gempa Megathurst, Ini Saran BMKG untuk Pariwisata Indonesia
Suci menekankan bahwa pegawai hotel juga perlu terlatih dan sering mengikuti sosialisasi dalam mendalami mitigasi evakuasi bencana alam. Hotel perlu menyiapkan Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam hal mitigasi bencana alam ini.
"Hotel-hotel harus menyiapkan SOP rencana kontingensi. Bagaimana dengan command centernya, apakah sudah juga dilengkapi? Kemudian juga harus memastikan bahwa hotel ini bisa mendapatkan akses informasi gempa bumi dan tsunami dari BMKG," jelas Suci.
Hotel-hotel di Indonesia perlu memperjelas rambu-rambu dan memberikan jalan evakuasi yang mudah diakses dan dipahami oleh masyarakat. Dengan demikian, jika terjadi bencana, prosedur dapat dilakukan sesuai SOP.
Suci memperjelas bahwa perlunya pihak hotel-hotel dan para pelaku usaha wisata di Indonesia tidak menganggap hal ini sepele. Dapat mulai dari assesmen, di mana para pemilik usaha pariwisata ini memahami pentingnya mitigasi evakuasi ketika terjadi bencana di Indonesia.
"Bagaimana menyiapkan assessment. Ini artinya adalah kawasan wisata dan para pengelola, dalam hal ini hotel, ataupun pengelola wisata lainnya itu mampu memahami potensi bahaya yang bisa saja melanda wilayahnya," pungkas Suci.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)