FITNESS & HEALTH
Negara G20 dan Pemerintah Atur Penggunaan Antibiotik untuk Cegah Silent Pandemic
Mia Vale
Senin 31 Oktober 2022 / 21:29
Jakarta: Indonesia menjadi salah satu negara beriklim tropis yang memiliki angka infeksi yang cukup tinggi. Inilah mengapa diperlukan pembahasan untuk mengatur penggunaan antibiotik yang lebih rasional, sehingga kematian akibat kesalahan penggunaan antibiotik menjadi berkurang.
Apalagi, alasan dari keterangan di atas adalah bahwa jumlah korban atau angka kematian akibat Antimicrobial Resistance (AMR) yang cukup tinggi, hingga mencapai 1,2 Juta angka kematian.
"Resistensi antibiotik pada tubuh seseorang yang diakibatkan oleh mikroba atau antimicrobial resistance (AMR) bisa disebut sebagai silent pandemic. Untuk itu, perlu dilakukan pengawasan lebih ketat," ujar dr. Dante Saksono Harbuwono selaku Wakil Menteri Kesehatan RI, dalam keterangannya saat penutupan pertemuan Side Event AMR dalam rangkaian G20, beberapa waktu lalu di Bali.
Masih dilanjutkan oleh dr. Dante, yang berhasil dinukil dari laman Kemkes, menjelaskan bahwa resistensi antibiotik akibat mikroba ini terjadi karena adanya penggunaan protokol pengobatan yang sembarangan. Akibatnya infeksi pada pasien bertambah parah dan ini yang menyebabkan angka kematian tinggi.
Selain itu, sebagaimana pamaparan yang telah ditulis dalam situr resmi G20, resistensi antibiotik akibat mikroba bisa berasal dari hewan dan tumbuhan. Wamenkes pun menyoroti pendekatan One Health dalam merespons masalah tersebut.

(Resistensi terjadi apabila bakteri mengalami perubahan genetic (mutasi) sehingga menyebabkan hilangnya efektivitas antibiotik. Foto: Ilustrasi. Dok. Pexels.com)
“Ini juga penting dilakukan karena ternyata banyak sekali penggunaan antibiotik pada hewan dan tumbuhan yang tidak rasional dan menyebabkan resistensi pada manusia,” tegas Wamenkes Dante.
Untuk di tingkat nasional sendiri, Wamenkes menyatakan kalau Kementerian Kesehatan RI berkomitmen untuk bekerja sama dengan kementerian teknis lainnya dan secara bersamaan melakukan transformasi sistem kesehatan.
“Kami menawarkan penyelesaian masalah AMR, yakni dengan pembentukan inisiatif sains berbasis genom biomedis pada pengobatan yang bersifat presisi,” jelas Wamenkes Dante.
Negara-negara G20 juga memiliki peran strategis untuk mendorong pencegahan dan pengendalian AMR yang berkelanjutan di tingkat nasional dan global. Dan Wamenkes pun menambahkan, pihaknya akan mempercepat upaya penanggulangan AMR, utamanya di Indonesia.
Antibiotik dan Spektrum Antibiotik Antibiotik adalah obat yang digunakan untuk mengatasi infeksi bakteri. Menurut WHO, resistensi bakteri terjadi ketika bakteri menjadi kebal terhadap antibiotik yang pada awalnya efektif untuk pengobatan infeksi yang disebabkan oleh bakteri tersebut.
Selain itu, berdasarkan data WHO 2013, angka kematian akibat resistensi bakteri sebanyak 700 ribu orang pertahun. Jika dibiarkan, pada 2050 angka kematian tersebut bisa meningkat menjadi 10 juta pertahun.
Beberapa hal yang harus diperhatikan, yakni antibiotik hanya untuk infeksi bakteri, tidak membeli antibiotik tanpa resep dokter, tidak menyimpan antibiotik di rumah, dan tidak memberikan antibiotik sisa kepada orang lain.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(TIN)
Apalagi, alasan dari keterangan di atas adalah bahwa jumlah korban atau angka kematian akibat Antimicrobial Resistance (AMR) yang cukup tinggi, hingga mencapai 1,2 Juta angka kematian.
"Resistensi antibiotik pada tubuh seseorang yang diakibatkan oleh mikroba atau antimicrobial resistance (AMR) bisa disebut sebagai silent pandemic. Untuk itu, perlu dilakukan pengawasan lebih ketat," ujar dr. Dante Saksono Harbuwono selaku Wakil Menteri Kesehatan RI, dalam keterangannya saat penutupan pertemuan Side Event AMR dalam rangkaian G20, beberapa waktu lalu di Bali.
Masih dilanjutkan oleh dr. Dante, yang berhasil dinukil dari laman Kemkes, menjelaskan bahwa resistensi antibiotik akibat mikroba ini terjadi karena adanya penggunaan protokol pengobatan yang sembarangan. Akibatnya infeksi pada pasien bertambah parah dan ini yang menyebabkan angka kematian tinggi.
Selain itu, sebagaimana pamaparan yang telah ditulis dalam situr resmi G20, resistensi antibiotik akibat mikroba bisa berasal dari hewan dan tumbuhan. Wamenkes pun menyoroti pendekatan One Health dalam merespons masalah tersebut.

(Resistensi terjadi apabila bakteri mengalami perubahan genetic (mutasi) sehingga menyebabkan hilangnya efektivitas antibiotik. Foto: Ilustrasi. Dok. Pexels.com)
“Ini juga penting dilakukan karena ternyata banyak sekali penggunaan antibiotik pada hewan dan tumbuhan yang tidak rasional dan menyebabkan resistensi pada manusia,” tegas Wamenkes Dante.
Untuk di tingkat nasional sendiri, Wamenkes menyatakan kalau Kementerian Kesehatan RI berkomitmen untuk bekerja sama dengan kementerian teknis lainnya dan secara bersamaan melakukan transformasi sistem kesehatan.
“Kami menawarkan penyelesaian masalah AMR, yakni dengan pembentukan inisiatif sains berbasis genom biomedis pada pengobatan yang bersifat presisi,” jelas Wamenkes Dante.
Negara-negara G20 juga memiliki peran strategis untuk mendorong pencegahan dan pengendalian AMR yang berkelanjutan di tingkat nasional dan global. Dan Wamenkes pun menambahkan, pihaknya akan mempercepat upaya penanggulangan AMR, utamanya di Indonesia.
Apa itu antibiotik?
Antibiotik dan Spektrum Antibiotik Antibiotik adalah obat yang digunakan untuk mengatasi infeksi bakteri. Menurut WHO, resistensi bakteri terjadi ketika bakteri menjadi kebal terhadap antibiotik yang pada awalnya efektif untuk pengobatan infeksi yang disebabkan oleh bakteri tersebut.
Selain itu, berdasarkan data WHO 2013, angka kematian akibat resistensi bakteri sebanyak 700 ribu orang pertahun. Jika dibiarkan, pada 2050 angka kematian tersebut bisa meningkat menjadi 10 juta pertahun.
Beberapa hal yang harus diperhatikan, yakni antibiotik hanya untuk infeksi bakteri, tidak membeli antibiotik tanpa resep dokter, tidak menyimpan antibiotik di rumah, dan tidak memberikan antibiotik sisa kepada orang lain.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(TIN)