FITNESS & HEALTH
5 Isu Kesehatan yang Paling Mendapat Perhatian Sepanjang 2022
Yatin Suleha
Rabu 14 Desember 2022 / 20:00
Jakarta: Menapaki lorong waktu kembali ke awal pandemi covid-19, kita dihadapkan pada situasi teror kesehatan yang cukup menakutkan.
Bagaimana tidak, dulu mendadak nyawa ratusan orang terenggut dalam hitungan waktu hanya dua pekan di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok, saat awal covid-19 yang dalam istilah kedokteran disebut sebagai 2019 Novel Coronavirus (2019-nCoV) hadir.
Di awal 2022 angka covid-19 sempat merangkak naik. Dilansir dari situs resmi Kementerian Kesehatan (Kemenkes), seiring dengan terus terjadinya kenaikan kasus dalam satu minggu terakhir, dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid, Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kemenkes RI menyampaikan telah terjadi kenaikan positivity rate kasus covid-19 di Indonesia dalam seminggu terakhir.
"Positivity rate mingguan kita ada kenaikan sebesar 3,65 persen. Hal ini selain seiring dengan kenaikan kasus konfirmasi, tapi juga sejalan dengan ditingkatkannya angka testing dan tracing," ujar dr. Nadia.
Dan hal ini juga masih membayangi karena covid-19 Omicron berkembang menjadi beberapa varian. Nah, isu kesehatan apa saja yang paling mendapatkan perhatian di sepanjang tahun 2022? Kami merangkumnya dari berbagai sumber untuk kamu.

(Varian Omicron di Indonesia. Foto: Ilustrasi/Dok. Unsplash.com)
Pada pertengahan tahun 2022, Subvarian baru Omicron BA.4 dan BA.5 telah terdeteksi di Indonesia. Subvarian tersebut diketahui memiliki tingkat kesakitan rendah pada pasien yang terkonfirmasi positif.
Ada 4 kasus subvarian baru BA.4 dan BA.5 pertama yang dilaporkan di Indonesia pada 6 Juni 2022. Dalam 4 kasus itu terdiri dari 1 orang positif BA.4 seorang WNI dengan kondisi klinis tidak bergejala serta vaksinasi sudah 2 kali.
Sisanya 3 orang kasus positif BA.5. Mereka merupakan pelaku perjalanan luar negeri delegasi pertemuan The Global Platform for Disaster Risk Reduction di Bali pada 23 sampai 28 Mei.
Kondisi klinis tiga orang itu antara lain dua orang tidak bergejala, dan satu orang gejala ringan dengan sakit tenggorokan dan badan pegal. Mereka rata-rata sudah vaksin Booster bahkan sampai ada yang empat kali divaksin covid-19.
Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI dr. Mohammad Syahril, Sp.P, MPH mengatakan di tingkat global secara epidemiologi subvarian BA.4 sudah dilaporkan sebanyak 6.903 sekuens melalui GISAID.
Laporan tersebut berasal dari 58 negara dan ada 5 negara dengan laporan BA.4 terbanyak, antara lain Afrika Selatan, Amerika Serikat, Britania Raya, Denmark, dan Israel.
Sedangkan BA.5 sudah dilaporkan sebanyak 8.687 sekuens dari 63 negara. Dan ada 5 negara dengan laporan sekuens terbanyak yaitu Amerika, Portugal, Jerman, Inggris, dan Afrika Selatan.
Dan pada Oktober 2022, Kemenkes umumkan adanya varian XBB di Indonesia. Kasus tersebut merupakan transmisi dari dalam negeri dan luar negeri. “Pasien semuanya bergejala ringan seperti batuk dan pilek. Tapi semua pasien sudah sembuh dan mereka hanya melakukan isolasi mandiri, tidak dirawat di rumah sakit,” ujar Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI dr. Mohammad Syahril pada akhir Oktober silam.
Kasus covid-19 subvarian Omicron BN.1 sudah terdeteksi sebanyak 20 kasus di Indonesia pada awal minggu di bulan Desember. Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) belum bisa memastikan apakah varian Omicron BN.1 akan menyebabkan peningkatan kasus atau tidak di Indonesia.
Hal itu dikatakan Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid seperti dikutip dari Antara, Kamis 8 Desember 2022.
"Kami menemukan satu varian yang berbeda dengan yang lain. Ini yang lagi kami monitor, apakah ini akan menjadi penyebab peningkatan kasus atau tidak di Indonesia," ujar dr. Nadia. Dan masih dalam pengamatan, Kemenkes sedang memelajari pola dan juga trennya di beberapa negara.

(Kasus gagal ginjal akut di Indonesia. Foto: Ilustrasi/Dok. Unsplash.com)
Dalam wawancara di laman Kontan, Menkes Budi Gunadi Sadikin menyebut awalnya kasus kematian akibat gagal ginjal akut terkonfirmasi pada pertengahan 2022. Ini ditandai dengan adanya kasus satu hingga dua kematian per bulan.
Hingga Oktober 2022, kasus gagal ginjal akut yang menyerang anak-anak usia 6 bulan - 18 tahun terjadi peningkatan. Per tanggal 18 Oktober 2022 sebanyak 189 kasus telah dilaporkan, paling banyak didominasi usia 1 - 5 tahun.
Seiring dengan peningkatan tersebut, Kemenkes meminta orang tua untuk tidak panik, tenang namun selalu waspada. Terutama apabila anak mengalami gejala yang mengarah kepada gagal ginjal akut seperti ada diare, mual, muntah, demam selama tiga sampai lima hari, batuk, pilek, sering mengantuk serta jumlah air seni/air kecil semakin sedikit bahkan tidak bisa buang air kecil sama sekali.
.jpg)
(Kasus cacar monyet atau MPOX di Indonesia. Foto: Ilustrasi/Dok. Freepik.com)
Kabar soal penyebaran penyebaran wabah monkeypox atau cacar monyet (sekarang disebut MPOX), mulai terdengar kembali di beberapa negara. Dengan melihat kondisi demikian, Organisasi Kesehatan WHO (World Health Organization) menyatakan bahwa cacar monyet sebagai darurat kesehatan internasional.
Kabar tersebut pertama kali diungkapkan oleh Tedros Adhanom Ghebreyesus selaku Sekretaris Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada hari Sabtu tanggal 23 Juli 2022.
Pemerintah kembali melakukan pembaruan dari data perkembangan cacar monyet yang ada di indonesia. Data terbaru yang didapatkan, menunjukkan bahwa per tanggal 28 September 2022, total akumulasi dugaan kasus cacar monyet sekitar 75 kasus, dimana terdiri dari 1 kasus konfirmasi, 1 suspek, dan 73 kasus diantaranya dinyatakan discarded.
Dalam keterangan pada "Konferensi Pers Perkembangan Covid-19, Monkeypox dan Hepatitis Akut" di YouTube Kemenkes RI pada 30 September 2022, Juru Bicara Covid-19 dr.Mohammad Syahril, Sp.P, MPH selaku menyatakan bahwa secara keseluruhan, kasus monkeypox di Indonesia masih dalam kategori terkendali dan data suspek yang didapatkan telah melandai, bahkan menurun.
Ia juga menjelaskan lebih lanjut bahwa tren kasus MPOX di seluruh dunia juga cenderung melandai. Hal ini ditunjukkan dengan data per 28 September 2022 yang menunjukkan estimasi kasus konfirmasi MPOX mencapai 67.539 kasus dengan total kematian 27 orang tersebar di 105 negara.
Meski begitu, pemerintah mengajak masyarakat Indonesia untuk tetap berkomitmen dalam menerapkan protokol kesehatan saat berada di dalam rumah maupun di ruang publik.

(Kasus polio di Kabupaten Pidie, Aceh. Foto: Ilustrasi/Dok. Unsplash.com)
Sebuah pencapaian Indonesia di tahun 2014 yang dinyatakan negara bebas polio, di mana Indonesia mendapatkan sertifikat eradikasi polio (Indonesia bebas Polio). Namun kita tersentak dengan adanya kasus polio kembali ada di Indonesia.
Pada awal November 2022 ditemukan 1 kasus polio di Kabupaten Pidie, Aceh, sehingga kemudian Kabupaten Pidie menetapkan Kejadian Luar Biasa Polio.
Kemenkes kemudian melakukan penelusuran epidemiologi di sekitar lokasi kasus polio melalui pemeriksaan tinja terhadap 19 anak sehat dan bukan kontak dari kasus yang berusia di bawah 5 tahun. Hal ini dilakukan untuk menilai apakah sudah terjadi transmisi di komunitas.
“Dari hasil pemeriksaan terhadap 19 anak, didapati 3 anak positif virus polio,” beber Jubir Kemenkes, dr. Muhammad Syahril di Jakarta pada akhir November lalu.
Tim Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie bersama dengan Dinas Kesehatan Provinsi Aceh, Kementerian Kesehatan, WHO, dan Unicef sudah melakukan sejumlah tindakan penting termasuk melakukan pelacakan untuk mencari kasus lumpuh layuh lain di sekitar tempat tinggal kasus. Sekaligus juga melakukan pemeriksaan komprehensif.
Selanjutnya segera melakukan tindakan pencegahan penularan lebih luas dengan meningkatkan notifikasi nakes dan faskes untuk mendeteksi adanya kasus lumpuh layuh lain, untuk segera ditindaklanjuti secara medis maupun epidemiologis.
Tindakan penting yang juga dilakukan adalah pemberian imunisasi polio tambahan bagi semua anak usia 0-13 tahun di seluruh wilayah Provinsi Aceh sebanyak 2 putaran yang direncanakan dimulai pada tanggal 28 November 2022.
Ditambah dengan melakukan edukasi dan penggerakkan masyarakat untuk mencegah penularan virus polio mengenai pentingnya imunisasi rutin bagi anak serta menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.

(Health Working Group (HWG). Foto: Dok. Birkom Kemenkes)
Kelompok Kerja Bidang Kesehatan G20 atau G20 Health Working Group (HWG) menjadi highlight terkahir di isu kesehatan besar yang ada di Indonesia. Perhelatan global yang membahas isu kesehatan ini digelar awal di Yogyakarta pada Maret 2022.
Sebagai bagian dari rangkaian Sherpa Track Presidensi G20, pertemuan pertama ini digelar secara luring dan daring dengan dihadiri sekitar 70 delegasi mancanegara dan 50 delegasi lokal.
Secara khusus membahas satu dari tiga isu prioritas bidang kesehatan dalam Presidensi G20 yakni harmonisasi standar protokol kesehatan global untuk perjalanan antar negara.
Membahas membangun ketahanan kesehatan global
Membahas mengenai Pembangunan pusat studi serta maknufaktur untuk pencegahan, perdiapan, dan respons terhadap krisis kesehatan yang akan datang.
Kemenkes telah merancang ketahanan sistem kesehatan secara global yang berfokus pada tiga hal utama, yakni mobilisasi sumber daya keuangan untuk pencegahan, kesiapsiagaan, dan respons pandemi.
Kemenkes juga ingin memformalkan pembentukan dana persiapan pandemi sehingga jika ada pandemi lagi ke depannya harus ada cadangan dana yang bagaimana caranya dana tersebut bisa digunakan untuk mengakses obat-obatan, vaksin, dan alat tes pandemi.
Dan pada Agustus 2022, HWG 3 menjadi forum strategis untuk memperkuat sistem kesehatan global guna menghadapi pandemi berikutnya.
Setiap negara, terlepas dari status ekonomi dan geografisnya, harus memiliki akses dan kapasitas yang sama untuk mengembangkan vaksin, terapi, dan alat diagnostik (VTD),” kata Juru Bicara G20 Kementerian Kesehatan, dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid dalam keterangan pers pada Kamis, 18 Agustus lalu.
“Dalam tiga sesi ini, kami mendorong agar pertukaran antarnegara G20 terkait VTD bisa diperluas, hub dan manufaktur lebih banyak, sehingga transfer teknologi bisa berjalan dengan baik. Sebagai focal point HWG, inilah yang akan kita sampaikan, demi kepentingan kesehatan global,” kata Jubir Nadia.
Jubir Nadia melanjutkan, dengan adanya pertemuan ketiga HWG ini, diharapkan dapat menghasilkan beberapa keluaran konkret yang dapat meningkatkan komitmen global dalam memperkuat sistem kesehatan global, di antaranya:
1. Membangun pusat manufaktur VTD dan pusat penelitian kolaboratif guna mendukung pengembangan dan penguatan kapasitas manufaktur VTD yang digerakkan oleh penelitian di Low Middle Income Countries (LMICs) untuk mengembangkan, meningkatkan, dan memperkuat kapasitas penelitian dan manufaktur.
2. untuk berbagi mekanisme dan harmonisasi regulasi untuk memudahkan proses peningkatan kapasitas global guna memastikan percepatan ketersediaan VTD selama keadaan darurat kesehatan masyarakat.
3. Untuk mendapatkan prinsip yang dapat disepakati tentang pembentukan kolaborasi Uji Klinis Multisenter VTD untuk mendukung Pusat Manufaktur dan Pusat Penelitian Kolaboratif di antara negara-negara G20 guna upaya pencegahan, kesiapsiagaan, dan respons atas pandemi.
Jubir Nadia juga mengharapkan bahwa dalam pertemuan tersebut bisa menghasilkan deliverables yang telah dicapai secara konkret, untuk selanjutnya bisa dibawa pada Health Ministers Meeting kedua dan KTT G20 di Bali.
Rangkaian pertemuan ketiga HWG ditutup dengan membahas Antimicrobial Resistance (AMR/disebut silent pandemic) terkait upaya pencegahan dan implementasi pengendaliannya dari resistensi obat. Dalam keterangannya saat penutupan pertemuan Side Event AMR dalam rangkaian G20, pada Rabu, 24 Agsutus 2022 lalu di Bali, dr. Dante Saksono Harbuwono selaku Wakil Menteri Kesehatan RI menyatakan bahwa silent pandemic ini perlu dilakukan pengawasan lebih ketat.
Indonesia berusaha untuk menginisiasi pembahasan aturan penggunaan antibiotika dalam side event AMR tersebut. Hal ini juga dilakukan karena Indonesia menjadi salah satu negara beriklim tropis yang memiliki angka infeksi yang cukup tinggi.
Dr. Dante memberikan inisiatif untuk meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana akibat AMR ini dengan pembentukan inisiatif sains berbasis genom biomedis pada pengobatan yang bersifat presisi.
Sehingga dengan demikian, untuk ke depannya pemerintah diharapkan dapat mempercepat upaya penanggulangan AMR terutama di Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(TIN)
Bagaimana tidak, dulu mendadak nyawa ratusan orang terenggut dalam hitungan waktu hanya dua pekan di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok, saat awal covid-19 yang dalam istilah kedokteran disebut sebagai 2019 Novel Coronavirus (2019-nCoV) hadir.
Di awal 2022 angka covid-19 sempat merangkak naik. Dilansir dari situs resmi Kementerian Kesehatan (Kemenkes), seiring dengan terus terjadinya kenaikan kasus dalam satu minggu terakhir, dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid, Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kemenkes RI menyampaikan telah terjadi kenaikan positivity rate kasus covid-19 di Indonesia dalam seminggu terakhir.
"Positivity rate mingguan kita ada kenaikan sebesar 3,65 persen. Hal ini selain seiring dengan kenaikan kasus konfirmasi, tapi juga sejalan dengan ditingkatkannya angka testing dan tracing," ujar dr. Nadia.
Dan hal ini juga masih membayangi karena covid-19 Omicron berkembang menjadi beberapa varian. Nah, isu kesehatan apa saja yang paling mendapatkan perhatian di sepanjang tahun 2022? Kami merangkumnya dari berbagai sumber untuk kamu.
1. Varian Omicron

(Varian Omicron di Indonesia. Foto: Ilustrasi/Dok. Unsplash.com)
Pada pertengahan tahun 2022, Subvarian baru Omicron BA.4 dan BA.5 telah terdeteksi di Indonesia. Subvarian tersebut diketahui memiliki tingkat kesakitan rendah pada pasien yang terkonfirmasi positif.
Ada 4 kasus subvarian baru BA.4 dan BA.5 pertama yang dilaporkan di Indonesia pada 6 Juni 2022. Dalam 4 kasus itu terdiri dari 1 orang positif BA.4 seorang WNI dengan kondisi klinis tidak bergejala serta vaksinasi sudah 2 kali.
Sisanya 3 orang kasus positif BA.5. Mereka merupakan pelaku perjalanan luar negeri delegasi pertemuan The Global Platform for Disaster Risk Reduction di Bali pada 23 sampai 28 Mei.
Kondisi klinis tiga orang itu antara lain dua orang tidak bergejala, dan satu orang gejala ringan dengan sakit tenggorokan dan badan pegal. Mereka rata-rata sudah vaksin Booster bahkan sampai ada yang empat kali divaksin covid-19.
Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI dr. Mohammad Syahril, Sp.P, MPH mengatakan di tingkat global secara epidemiologi subvarian BA.4 sudah dilaporkan sebanyak 6.903 sekuens melalui GISAID.
Laporan tersebut berasal dari 58 negara dan ada 5 negara dengan laporan BA.4 terbanyak, antara lain Afrika Selatan, Amerika Serikat, Britania Raya, Denmark, dan Israel.
Sedangkan BA.5 sudah dilaporkan sebanyak 8.687 sekuens dari 63 negara. Dan ada 5 negara dengan laporan sekuens terbanyak yaitu Amerika, Portugal, Jerman, Inggris, dan Afrika Selatan.
Varian Omicron XBB
Dan pada Oktober 2022, Kemenkes umumkan adanya varian XBB di Indonesia. Kasus tersebut merupakan transmisi dari dalam negeri dan luar negeri. “Pasien semuanya bergejala ringan seperti batuk dan pilek. Tapi semua pasien sudah sembuh dan mereka hanya melakukan isolasi mandiri, tidak dirawat di rumah sakit,” ujar Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI dr. Mohammad Syahril pada akhir Oktober silam.
Omicron BN.1
Kasus covid-19 subvarian Omicron BN.1 sudah terdeteksi sebanyak 20 kasus di Indonesia pada awal minggu di bulan Desember. Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) belum bisa memastikan apakah varian Omicron BN.1 akan menyebabkan peningkatan kasus atau tidak di Indonesia.
Hal itu dikatakan Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid seperti dikutip dari Antara, Kamis 8 Desember 2022.
"Kami menemukan satu varian yang berbeda dengan yang lain. Ini yang lagi kami monitor, apakah ini akan menjadi penyebab peningkatan kasus atau tidak di Indonesia," ujar dr. Nadia. Dan masih dalam pengamatan, Kemenkes sedang memelajari pola dan juga trennya di beberapa negara.
2. Gagal ginjal akut

(Kasus gagal ginjal akut di Indonesia. Foto: Ilustrasi/Dok. Unsplash.com)
Dalam wawancara di laman Kontan, Menkes Budi Gunadi Sadikin menyebut awalnya kasus kematian akibat gagal ginjal akut terkonfirmasi pada pertengahan 2022. Ini ditandai dengan adanya kasus satu hingga dua kematian per bulan.
Hingga Oktober 2022, kasus gagal ginjal akut yang menyerang anak-anak usia 6 bulan - 18 tahun terjadi peningkatan. Per tanggal 18 Oktober 2022 sebanyak 189 kasus telah dilaporkan, paling banyak didominasi usia 1 - 5 tahun.
Seiring dengan peningkatan tersebut, Kemenkes meminta orang tua untuk tidak panik, tenang namun selalu waspada. Terutama apabila anak mengalami gejala yang mengarah kepada gagal ginjal akut seperti ada diare, mual, muntah, demam selama tiga sampai lima hari, batuk, pilek, sering mengantuk serta jumlah air seni/air kecil semakin sedikit bahkan tidak bisa buang air kecil sama sekali.
3. Cacar monyet
.jpg)
(Kasus cacar monyet atau MPOX di Indonesia. Foto: Ilustrasi/Dok. Freepik.com)
Kabar soal penyebaran penyebaran wabah monkeypox atau cacar monyet (sekarang disebut MPOX), mulai terdengar kembali di beberapa negara. Dengan melihat kondisi demikian, Organisasi Kesehatan WHO (World Health Organization) menyatakan bahwa cacar monyet sebagai darurat kesehatan internasional.
Kabar tersebut pertama kali diungkapkan oleh Tedros Adhanom Ghebreyesus selaku Sekretaris Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada hari Sabtu tanggal 23 Juli 2022.
Pemerintah kembali melakukan pembaruan dari data perkembangan cacar monyet yang ada di indonesia. Data terbaru yang didapatkan, menunjukkan bahwa per tanggal 28 September 2022, total akumulasi dugaan kasus cacar monyet sekitar 75 kasus, dimana terdiri dari 1 kasus konfirmasi, 1 suspek, dan 73 kasus diantaranya dinyatakan discarded.
Dalam keterangan pada "Konferensi Pers Perkembangan Covid-19, Monkeypox dan Hepatitis Akut" di YouTube Kemenkes RI pada 30 September 2022, Juru Bicara Covid-19 dr.Mohammad Syahril, Sp.P, MPH selaku menyatakan bahwa secara keseluruhan, kasus monkeypox di Indonesia masih dalam kategori terkendali dan data suspek yang didapatkan telah melandai, bahkan menurun.
Ia juga menjelaskan lebih lanjut bahwa tren kasus MPOX di seluruh dunia juga cenderung melandai. Hal ini ditunjukkan dengan data per 28 September 2022 yang menunjukkan estimasi kasus konfirmasi MPOX mencapai 67.539 kasus dengan total kematian 27 orang tersebar di 105 negara.
Meski begitu, pemerintah mengajak masyarakat Indonesia untuk tetap berkomitmen dalam menerapkan protokol kesehatan saat berada di dalam rumah maupun di ruang publik.
4. Polio di Indonesia

(Kasus polio di Kabupaten Pidie, Aceh. Foto: Ilustrasi/Dok. Unsplash.com)
Sebuah pencapaian Indonesia di tahun 2014 yang dinyatakan negara bebas polio, di mana Indonesia mendapatkan sertifikat eradikasi polio (Indonesia bebas Polio). Namun kita tersentak dengan adanya kasus polio kembali ada di Indonesia.
Pada awal November 2022 ditemukan 1 kasus polio di Kabupaten Pidie, Aceh, sehingga kemudian Kabupaten Pidie menetapkan Kejadian Luar Biasa Polio.
Kemenkes kemudian melakukan penelusuran epidemiologi di sekitar lokasi kasus polio melalui pemeriksaan tinja terhadap 19 anak sehat dan bukan kontak dari kasus yang berusia di bawah 5 tahun. Hal ini dilakukan untuk menilai apakah sudah terjadi transmisi di komunitas.
“Dari hasil pemeriksaan terhadap 19 anak, didapati 3 anak positif virus polio,” beber Jubir Kemenkes, dr. Muhammad Syahril di Jakarta pada akhir November lalu.
Tim Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie bersama dengan Dinas Kesehatan Provinsi Aceh, Kementerian Kesehatan, WHO, dan Unicef sudah melakukan sejumlah tindakan penting termasuk melakukan pelacakan untuk mencari kasus lumpuh layuh lain di sekitar tempat tinggal kasus. Sekaligus juga melakukan pemeriksaan komprehensif.
Selanjutnya segera melakukan tindakan pencegahan penularan lebih luas dengan meningkatkan notifikasi nakes dan faskes untuk mendeteksi adanya kasus lumpuh layuh lain, untuk segera ditindaklanjuti secara medis maupun epidemiologis.
Tindakan penting yang juga dilakukan adalah pemberian imunisasi polio tambahan bagi semua anak usia 0-13 tahun di seluruh wilayah Provinsi Aceh sebanyak 2 putaran yang direncanakan dimulai pada tanggal 28 November 2022.
Ditambah dengan melakukan edukasi dan penggerakkan masyarakat untuk mencegah penularan virus polio mengenai pentingnya imunisasi rutin bagi anak serta menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.
5. Perancangan cadangan dana pandemi di pertemuan HWG G20

(Health Working Group (HWG). Foto: Dok. Birkom Kemenkes)
Kelompok Kerja Bidang Kesehatan G20 atau G20 Health Working Group (HWG) menjadi highlight terkahir di isu kesehatan besar yang ada di Indonesia. Perhelatan global yang membahas isu kesehatan ini digelar awal di Yogyakarta pada Maret 2022.
Sebagai bagian dari rangkaian Sherpa Track Presidensi G20, pertemuan pertama ini digelar secara luring dan daring dengan dihadiri sekitar 70 delegasi mancanegara dan 50 delegasi lokal.
Agenda HWG 1
Secara khusus membahas satu dari tiga isu prioritas bidang kesehatan dalam Presidensi G20 yakni harmonisasi standar protokol kesehatan global untuk perjalanan antar negara.
Agenda HWG 2
Membahas membangun ketahanan kesehatan global
Agenda HWG 3
Membahas mengenai Pembangunan pusat studi serta maknufaktur untuk pencegahan, perdiapan, dan respons terhadap krisis kesehatan yang akan datang.
Kemenkes telah merancang ketahanan sistem kesehatan secara global yang berfokus pada tiga hal utama, yakni mobilisasi sumber daya keuangan untuk pencegahan, kesiapsiagaan, dan respons pandemi.
Kemenkes juga ingin memformalkan pembentukan dana persiapan pandemi sehingga jika ada pandemi lagi ke depannya harus ada cadangan dana yang bagaimana caranya dana tersebut bisa digunakan untuk mengakses obat-obatan, vaksin, dan alat tes pandemi.
Dan pada Agustus 2022, HWG 3 menjadi forum strategis untuk memperkuat sistem kesehatan global guna menghadapi pandemi berikutnya.
Setiap negara, terlepas dari status ekonomi dan geografisnya, harus memiliki akses dan kapasitas yang sama untuk mengembangkan vaksin, terapi, dan alat diagnostik (VTD),” kata Juru Bicara G20 Kementerian Kesehatan, dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid dalam keterangan pers pada Kamis, 18 Agustus lalu.
“Dalam tiga sesi ini, kami mendorong agar pertukaran antarnegara G20 terkait VTD bisa diperluas, hub dan manufaktur lebih banyak, sehingga transfer teknologi bisa berjalan dengan baik. Sebagai focal point HWG, inilah yang akan kita sampaikan, demi kepentingan kesehatan global,” kata Jubir Nadia.
Jubir Nadia melanjutkan, dengan adanya pertemuan ketiga HWG ini, diharapkan dapat menghasilkan beberapa keluaran konkret yang dapat meningkatkan komitmen global dalam memperkuat sistem kesehatan global, di antaranya:
1. Membangun pusat manufaktur VTD dan pusat penelitian kolaboratif guna mendukung pengembangan dan penguatan kapasitas manufaktur VTD yang digerakkan oleh penelitian di Low Middle Income Countries (LMICs) untuk mengembangkan, meningkatkan, dan memperkuat kapasitas penelitian dan manufaktur.
2. untuk berbagi mekanisme dan harmonisasi regulasi untuk memudahkan proses peningkatan kapasitas global guna memastikan percepatan ketersediaan VTD selama keadaan darurat kesehatan masyarakat.
3. Untuk mendapatkan prinsip yang dapat disepakati tentang pembentukan kolaborasi Uji Klinis Multisenter VTD untuk mendukung Pusat Manufaktur dan Pusat Penelitian Kolaboratif di antara negara-negara G20 guna upaya pencegahan, kesiapsiagaan, dan respons atas pandemi.
Jubir Nadia juga mengharapkan bahwa dalam pertemuan tersebut bisa menghasilkan deliverables yang telah dicapai secara konkret, untuk selanjutnya bisa dibawa pada Health Ministers Meeting kedua dan KTT G20 di Bali.
Rangkaian pertemuan ketiga HWG ditutup dengan membahas Antimicrobial Resistance (AMR/disebut silent pandemic) terkait upaya pencegahan dan implementasi pengendaliannya dari resistensi obat. Dalam keterangannya saat penutupan pertemuan Side Event AMR dalam rangkaian G20, pada Rabu, 24 Agsutus 2022 lalu di Bali, dr. Dante Saksono Harbuwono selaku Wakil Menteri Kesehatan RI menyatakan bahwa silent pandemic ini perlu dilakukan pengawasan lebih ketat.
Indonesia berusaha untuk menginisiasi pembahasan aturan penggunaan antibiotika dalam side event AMR tersebut. Hal ini juga dilakukan karena Indonesia menjadi salah satu negara beriklim tropis yang memiliki angka infeksi yang cukup tinggi.
Dr. Dante memberikan inisiatif untuk meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana akibat AMR ini dengan pembentukan inisiatif sains berbasis genom biomedis pada pengobatan yang bersifat presisi.
Sehingga dengan demikian, untuk ke depannya pemerintah diharapkan dapat mempercepat upaya penanggulangan AMR terutama di Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(TIN)