FITNESS & HEALTH
Cek Saturasi Oksigen Bayi untuk Deteksi Dini Penyakit Jantung Bawaan
Raka Lestari
Rabu 15 Desember 2021 / 17:04
Jakarta: Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan RI, sekitar 80 persen dari bayi baru lahir yang meninggal 6 hari pertama setelah kelahirannya, ternyata diakibatkan oleh kelainan kongenital atau kondisi medis yang biasanya diturunkan pada saat atau sebelum kelahiran.
Kelainan kongenital menyumbang angka kematian bayi sekitar 7 persen. Di antara kelainan kongenital itu adalah Penyakit Jantung Bawaan (PJB).
Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Neonatologi IDAI, Dr dr Risma Kerina Kaban, SpA(K) memaparkan bahwa, di antara sejumlah penyebab kematian Neonatus di Indonesia, kelainan kongenital yang di antaranya merupakan PJB, mencapai 17,1 persen.
“Kebanyakan Bayi yang mengalami PJB kritis tidak ditemukan gejala saat lahir. Oleh karena itu, skrining untuk PJB Kritis dapat membantu mengidentifikasi beberapa kasus untuk menegakkan diagnosis dan pengobatan yang cepat, dan dapat mencegah kecacatan atau gangguan yang berakibat fatal,” kata dr Risma.
Karena memiliki gejala yang hampir sama, PJB seringkali didiagnosis dengan asfiksia. Yakni kegagalan bayi bernapas spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir yang ditandai dengan hipoksemia (kadar oksigen dalam darah rendah), hiperkarbia (kadar CO2 dalam darah meningkat) dan asidosis (kadar asam dalam darah meningkat).
Oleh karena itu, dr. Risma merekomendasikan dilakukan skrining Pulse Oksimetri (Saturasi Oksigen) pada bayi di NICU antara 24 - 48 Jam usia setelah kelahiran.
Ketua UKK Kardiologi IDAI, dr Rizky Adriansyah, SpA(K) menambahkan Berdasarkan data British Medical Journal Pediatrics 2021, PJB dialami oleh 6 -11 per 1000 kelahiran hidup di dunia. Dan 25 persen di antaranya merupakan PJB Kritis yang mengancam jiwa si bayi yang apabila tidak segera ditangani, bayi dapat meninggal dalam beberapa hari atau bulan kemudian.
Diperkirakan 6 dari 10 bayi mengalami keterlambatan diagnosis PJB di Indonesia, sementara 8 dari 10 bayi mengalami keterlambatan diagnosis PJB Kritis di Indonesia. Jika ada 5 juta bayi lahir, maka ada sekitar 50 ribu bayi lahir dengan PJB dan 12,500 di antaranya dengan PJB Kritis.
Dr. Risma dan dr. Rizky merekomendasikan deteksi dini yang paling memungkinkan dilakukan dalam berbagai situasi adalah dengan pemeriksaan saturasi. “Cek Saturasi untuk Selamatkan Nyawa Bayi,” tutup keduanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
Kelainan kongenital menyumbang angka kematian bayi sekitar 7 persen. Di antara kelainan kongenital itu adalah Penyakit Jantung Bawaan (PJB).
Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Neonatologi IDAI, Dr dr Risma Kerina Kaban, SpA(K) memaparkan bahwa, di antara sejumlah penyebab kematian Neonatus di Indonesia, kelainan kongenital yang di antaranya merupakan PJB, mencapai 17,1 persen.
“Kebanyakan Bayi yang mengalami PJB kritis tidak ditemukan gejala saat lahir. Oleh karena itu, skrining untuk PJB Kritis dapat membantu mengidentifikasi beberapa kasus untuk menegakkan diagnosis dan pengobatan yang cepat, dan dapat mencegah kecacatan atau gangguan yang berakibat fatal,” kata dr Risma.
Karena memiliki gejala yang hampir sama, PJB seringkali didiagnosis dengan asfiksia. Yakni kegagalan bayi bernapas spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir yang ditandai dengan hipoksemia (kadar oksigen dalam darah rendah), hiperkarbia (kadar CO2 dalam darah meningkat) dan asidosis (kadar asam dalam darah meningkat).
Oleh karena itu, dr. Risma merekomendasikan dilakukan skrining Pulse Oksimetri (Saturasi Oksigen) pada bayi di NICU antara 24 - 48 Jam usia setelah kelahiran.
Ketua UKK Kardiologi IDAI, dr Rizky Adriansyah, SpA(K) menambahkan Berdasarkan data British Medical Journal Pediatrics 2021, PJB dialami oleh 6 -11 per 1000 kelahiran hidup di dunia. Dan 25 persen di antaranya merupakan PJB Kritis yang mengancam jiwa si bayi yang apabila tidak segera ditangani, bayi dapat meninggal dalam beberapa hari atau bulan kemudian.
Diperkirakan 6 dari 10 bayi mengalami keterlambatan diagnosis PJB di Indonesia, sementara 8 dari 10 bayi mengalami keterlambatan diagnosis PJB Kritis di Indonesia. Jika ada 5 juta bayi lahir, maka ada sekitar 50 ribu bayi lahir dengan PJB dan 12,500 di antaranya dengan PJB Kritis.
Dr. Risma dan dr. Rizky merekomendasikan deteksi dini yang paling memungkinkan dilakukan dalam berbagai situasi adalah dengan pemeriksaan saturasi. “Cek Saturasi untuk Selamatkan Nyawa Bayi,” tutup keduanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)