FITNESS & HEALTH
Cermati Gejala, Dampak, Sampai Cara Mengurangi FOMO
Mia Vale
Selasa 12 Agustus 2025 / 18:26
Jakarta: FOMO adalah singkatan dari "Fear of Missing Out," yang dalam bahasa Indonesia berarti "takut ketinggalan". Di kehidupan yang serba moderen ini, rasanya, Fear of Missing Out (FOMO) merupakan fenomena psikologis yang semakin marak.
Fenomena ini semakin umum, apalagi semakin bebasnya sosial media diakses. Namun hal ini ternyata bisa menyebabkan banyak stres dalam hidup.
Baca juga: Tren Wisata Jelaskan JOMO, Pengganti FOMO, Apa Itu?
Sebenarnya, hal ini baru dipelajari selama beberapa dekade terakhir, dimulai dengan sebuah makalah penelitian tahun 1996 oleh ahli strategi pemasaran, Dr. Dan Herman, yang menciptakan istilah "takut ketinggalan".
Kondisi FOMO menurut laman Halodoc, menggambarkan ketakutan melewatkan momen, pengalaman, atau aktivitas yang sedang terjadi atau populer di lingkungannya.
Dan situasi ini umumnya bisa terjadi pada kaum muda. Tapi ada kemungkinan, orang yang lebih dewasa pun bisa mengalaminya. Untuk itu, perlu mengenali FOMO dalam hidup kamu, dan cara mengelola FOMO agar tidak memengaruhi kebahagiaanmu secara negatif.
.jpg)
(Orang yang mengalami FOMO cenderung merasa perlu terlibat dalam segala aktivitas, tren, atau percakapan agar tidak merasa tertinggal. Foto: Ilustrasi/Dok. Pexels.com)
Sama halnya dengan kondisi atau penyakit, seseorang yang mengalami FOMO juga memiliki ciribatau gejala. Berikut ciri-cirinya menurut Verywell Mind:
- Menggunakan sosial media berlebihan seakan merasa takut melewatkan momen yang sedang populer atau dianggap penting
- Takut dikucilkan dan ditolak di pergaulan atau kelompok sosial tertentu
- Terlalu berkomitmen pada berbagai aktivitas atau acara supaya tidak ketinggalan tren
- Merasa tidak puas, selalu mencari sensasi baru, pengalaman yang lebih menarik, atau momen yang lebih seru
FOMO atau ingin selalu mengetahui urusan orang lain atau terlalu mengikuti tren, busa memberikan dampak negatif bagi diri sendiri. Apa saja dampaknya?
- FOMO menciptakan tekanan psikologis yang mengarah pada tingkat stres dan kecemasan yang tinggi
- Kecemasan yang dipicu oleh FOMO dapat menyebabkan gangguan tidur yang signifikan
- Seseorang yang FOMO, meski banyak aktivitas sosial, namun hanya di permukaan tanpa kedalaman dama hubungan
- Terlalu banyak terlibat dalam suatu hal, bisa membuat orang yang FOMO sulit fokus dan tidak produktif
Bila kamu sudah bergantung pada FOMO, janhan takut! Pasalnya, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mengatasi FOMO jika kamu sering mengalaminya.
- Ubah feed kamu agar tidak terlalu banyak menampilkan hal-hal yang memicu FOMO
- Mengurangi penggunaan, atau bahkan melakukan detoks digital dengan menjauhi perangkat digital dan sosmed, fokus pada hidup tanpa terus-menerus membandingkan diri
- Ambil beberapa foto kenangan secara offline dan menyimpan jurnal pribadi berisi kenangan terbaikmu, baik secara online atau di atas kertas
- Carilah koneksi yang lebih besar saat kamu merasa tertekan atau cemas, dan ini menyehatkan
- Terlibat dalam aktivitas yang meningkatkan rasa syukur, seperti menulis jurnal rasa syukur atau memberi tahu orang lain apa yang kamu hargai dari mereka
Meskipun FOMO sangat berkorelasi dengan penggunaan media sosial, penting untuk diingat bahwa perasaan ini sangat nyata dan umum dialami oleh orang-orang dari segala usia.
Setiap orang merasakan tingkat FOMO tertentu pada waktu yang berbeda dalam hidup mereka. Jika kamu merasa tersiksa oleh perasaan kehilangan, ada baiknya menghubungi teman atau meluangkan waktu untuk merenungkan hal-hal yang kamu syukuri dalam hidup.
Baca juga: 4 Cara Menemukan Passion agar Terhindar dari FOMO
Kegiatan seperti ini dapat membantu untuk menempatkan segala sesuatu dalam perspektif yang lebih tepat, sekaligus menumbuhkan rasa memiliki yang lebih besar dan melepaskan kecemasan akan "kehilangan" sesuatu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)
Fenomena ini semakin umum, apalagi semakin bebasnya sosial media diakses. Namun hal ini ternyata bisa menyebabkan banyak stres dalam hidup.
Baca juga: Tren Wisata Jelaskan JOMO, Pengganti FOMO, Apa Itu?
Sebenarnya, hal ini baru dipelajari selama beberapa dekade terakhir, dimulai dengan sebuah makalah penelitian tahun 1996 oleh ahli strategi pemasaran, Dr. Dan Herman, yang menciptakan istilah "takut ketinggalan".
Takut ketinggalan (enggak tahu yang lagi tren)
Kondisi FOMO menurut laman Halodoc, menggambarkan ketakutan melewatkan momen, pengalaman, atau aktivitas yang sedang terjadi atau populer di lingkungannya.
Dan situasi ini umumnya bisa terjadi pada kaum muda. Tapi ada kemungkinan, orang yang lebih dewasa pun bisa mengalaminya. Untuk itu, perlu mengenali FOMO dalam hidup kamu, dan cara mengelola FOMO agar tidak memengaruhi kebahagiaanmu secara negatif.
Gejala FOMO
.jpg)
(Orang yang mengalami FOMO cenderung merasa perlu terlibat dalam segala aktivitas, tren, atau percakapan agar tidak merasa tertinggal. Foto: Ilustrasi/Dok. Pexels.com)
Sama halnya dengan kondisi atau penyakit, seseorang yang mengalami FOMO juga memiliki ciribatau gejala. Berikut ciri-cirinya menurut Verywell Mind:
- Menggunakan sosial media berlebihan seakan merasa takut melewatkan momen yang sedang populer atau dianggap penting
- Takut dikucilkan dan ditolak di pergaulan atau kelompok sosial tertentu
- Terlalu berkomitmen pada berbagai aktivitas atau acara supaya tidak ketinggalan tren
- Merasa tidak puas, selalu mencari sensasi baru, pengalaman yang lebih menarik, atau momen yang lebih seru
Dampak negatif FOMO
FOMO atau ingin selalu mengetahui urusan orang lain atau terlalu mengikuti tren, busa memberikan dampak negatif bagi diri sendiri. Apa saja dampaknya?
- FOMO menciptakan tekanan psikologis yang mengarah pada tingkat stres dan kecemasan yang tinggi
- Kecemasan yang dipicu oleh FOMO dapat menyebabkan gangguan tidur yang signifikan
- Seseorang yang FOMO, meski banyak aktivitas sosial, namun hanya di permukaan tanpa kedalaman dama hubungan
- Terlalu banyak terlibat dalam suatu hal, bisa membuat orang yang FOMO sulit fokus dan tidak produktif
Cara mengurangi FOMO
Bila kamu sudah bergantung pada FOMO, janhan takut! Pasalnya, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mengatasi FOMO jika kamu sering mengalaminya.
- Ubah feed kamu agar tidak terlalu banyak menampilkan hal-hal yang memicu FOMO
- Mengurangi penggunaan, atau bahkan melakukan detoks digital dengan menjauhi perangkat digital dan sosmed, fokus pada hidup tanpa terus-menerus membandingkan diri
- Ambil beberapa foto kenangan secara offline dan menyimpan jurnal pribadi berisi kenangan terbaikmu, baik secara online atau di atas kertas
- Carilah koneksi yang lebih besar saat kamu merasa tertekan atau cemas, dan ini menyehatkan
- Terlibat dalam aktivitas yang meningkatkan rasa syukur, seperti menulis jurnal rasa syukur atau memberi tahu orang lain apa yang kamu hargai dari mereka
Meskipun FOMO sangat berkorelasi dengan penggunaan media sosial, penting untuk diingat bahwa perasaan ini sangat nyata dan umum dialami oleh orang-orang dari segala usia.
Setiap orang merasakan tingkat FOMO tertentu pada waktu yang berbeda dalam hidup mereka. Jika kamu merasa tersiksa oleh perasaan kehilangan, ada baiknya menghubungi teman atau meluangkan waktu untuk merenungkan hal-hal yang kamu syukuri dalam hidup.
Baca juga: 4 Cara Menemukan Passion agar Terhindar dari FOMO
Kegiatan seperti ini dapat membantu untuk menempatkan segala sesuatu dalam perspektif yang lebih tepat, sekaligus menumbuhkan rasa memiliki yang lebih besar dan melepaskan kecemasan akan "kehilangan" sesuatu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)