FITNESS & HEALTH
Ahli Toksikologi Bahas Pandangan Negatif terhadap Nikotin
Medcom
Sabtu 13 Agustus 2022 / 14:00
Jakarta: Merokok diketahui berisiko terhadap kesehatan. Ahli Toksikologi dan akademisi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Shoim Hidayat mengungkapkan bahwa nikotin sebetulnya memiliki beragam manfaat bagi tubuh manusia.
“Misalnya, bagi orang yang sedang depresi, nikotin bisa membantu mengurangi rasa depresi yang sedang dihadapi," kata Shoim dalam keterangan tertulisnya.
Shoim menambahkan, nikotin juga bisa membantu mengeluarkan hormon-hormon yang dapat menimbulkan rasa senang dan mencegah sejumlah penyakit yang berhubungan dengan kinerja otak manusia seperti alzeimer dan parkinson.
Sama seperti bahan kimia lainnya, nikotin tak lepas dari pandangan negatif. Namun, risikonya bisa ditekan jika konsumsinya masih dijaga dalam dosis yang wajar dan dikonsumsi dengan cara yang lebih rendah risiko.
Salah satunya dengan memanfaatkan produk tembakau alternatif seperti produk tembakau yang dipanaskan, rokok elektrik, dan kantong nikotin. Berdasarkan sejumlah hasil kajian ilmiah, baik di dalam dan luar negeri, produk tembakau alternatif memiliki risiko hingga 90 persen-95 persen lebih rendah dibandingkan rokok.
"Rokok dibakar yang suhunya bisa mencapai lebih dari 600 derajat. Proses pembakaran itu menghasilkan asap yang dapat memicu berbagai penyakit berbahaya. Sementara itu, nikotin yang dihantarkan melalui produk tembakau alternatif, seperti rokok elektrik dan produk tembakau dipanaskan, dilakukan melalui proses pemanasan dan tidak menghasilkan asap," paparnya.
"Jadi, produk tembakau alternatif itu memiliki risiko rata-rata 90 persen lebih rendah daripada rokok karena produk ini tidak melalui proses pembakaran," lanjutnya.
Menurut Shoim, efektifitas nikotin pada produk tembakau alternatif dalam mengintervensi kondisi seseorang dengan kondisi kesehatan mental telah dibuktikan dalam sebuah penelitian oleh Founder Center of Excellence for the Acceleration of Harm Reduction (CoEHAR) dari University of Catania Italy, Ricardo Polossa dan kawan-kawan terhadap 40 orang pasien skizofrenia.
Mengutip hasil studi yang dipublikasikan pada laman National Institute of Health, sebuah institusi riset medis di bawah naungan Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan Amerika Serikat, prevalensi merokok pada pasien skizofrenia jauh lebih tinggi dibanding orang dewasa pada umumnya.
Namun, ketika diperkenalkan dengan produk tembakau alternatif, pasien skizofrenia tak hanya bisa beralih sepenuhnya dari rokok, tetapi juga tidak mengalami perburukan gejala psikotik selama penelitian meskipun dokter mengurangi dosis obat antispikotik yang mereka konsumsi.
"Jadi secara keseluruhan, kita memperbaiki kualitas hidup mereka dan mengurangi dosis obat antipsikotik,” jelas Ricardo.
Kendati demikian, temuan ini merupakan hasil dari pilot project dengan melibatkan pasien dalam jumlah terbatas. Pihaknya pun saat ini tengah mereplikasi studi yang sama dengan melibatkan lebih banyak partisipan lagi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(ELG)
“Misalnya, bagi orang yang sedang depresi, nikotin bisa membantu mengurangi rasa depresi yang sedang dihadapi," kata Shoim dalam keterangan tertulisnya.
Shoim menambahkan, nikotin juga bisa membantu mengeluarkan hormon-hormon yang dapat menimbulkan rasa senang dan mencegah sejumlah penyakit yang berhubungan dengan kinerja otak manusia seperti alzeimer dan parkinson.
Sama seperti bahan kimia lainnya, nikotin tak lepas dari pandangan negatif. Namun, risikonya bisa ditekan jika konsumsinya masih dijaga dalam dosis yang wajar dan dikonsumsi dengan cara yang lebih rendah risiko.
Salah satunya dengan memanfaatkan produk tembakau alternatif seperti produk tembakau yang dipanaskan, rokok elektrik, dan kantong nikotin. Berdasarkan sejumlah hasil kajian ilmiah, baik di dalam dan luar negeri, produk tembakau alternatif memiliki risiko hingga 90 persen-95 persen lebih rendah dibandingkan rokok.
"Rokok dibakar yang suhunya bisa mencapai lebih dari 600 derajat. Proses pembakaran itu menghasilkan asap yang dapat memicu berbagai penyakit berbahaya. Sementara itu, nikotin yang dihantarkan melalui produk tembakau alternatif, seperti rokok elektrik dan produk tembakau dipanaskan, dilakukan melalui proses pemanasan dan tidak menghasilkan asap," paparnya.
"Jadi, produk tembakau alternatif itu memiliki risiko rata-rata 90 persen lebih rendah daripada rokok karena produk ini tidak melalui proses pembakaran," lanjutnya.
Menurut Shoim, efektifitas nikotin pada produk tembakau alternatif dalam mengintervensi kondisi seseorang dengan kondisi kesehatan mental telah dibuktikan dalam sebuah penelitian oleh Founder Center of Excellence for the Acceleration of Harm Reduction (CoEHAR) dari University of Catania Italy, Ricardo Polossa dan kawan-kawan terhadap 40 orang pasien skizofrenia.
Mengutip hasil studi yang dipublikasikan pada laman National Institute of Health, sebuah institusi riset medis di bawah naungan Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan Amerika Serikat, prevalensi merokok pada pasien skizofrenia jauh lebih tinggi dibanding orang dewasa pada umumnya.
Namun, ketika diperkenalkan dengan produk tembakau alternatif, pasien skizofrenia tak hanya bisa beralih sepenuhnya dari rokok, tetapi juga tidak mengalami perburukan gejala psikotik selama penelitian meskipun dokter mengurangi dosis obat antispikotik yang mereka konsumsi.
"Jadi secara keseluruhan, kita memperbaiki kualitas hidup mereka dan mengurangi dosis obat antipsikotik,” jelas Ricardo.
Kendati demikian, temuan ini merupakan hasil dari pilot project dengan melibatkan pasien dalam jumlah terbatas. Pihaknya pun saat ini tengah mereplikasi studi yang sama dengan melibatkan lebih banyak partisipan lagi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(ELG)