FITNESS & HEALTH
Burnout Kerja: Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasinya
Riza Aslam Khaeron
Sabtu 11 Januari 2025 / 15:30
Jakarta: Burnout kerja adalah kondisi kelelahan fisik, emosional, dan mental yang disebabkan oleh tekanan pekerjaan yang berlebihan. Kondisi ini tidak hanya memengaruhi produktivitas seseorang tetapi juga kesehatan fisik dan mental mereka.
Penelitian menunjukkan bahwa hingga 50% profesional, termasuk pekerja di sektor medis dan keuangan, mengalami gejala burnout. Berikut adalah penjelasan tentang penyebab, gejala, dan cara mengatasi burnout kerja.
Misalnya, Barbara, seorang CEO PR, mengaku merasa "berlari maraton dengan kecepatan sprint" selama krisis dot-com pada 2001, yang memicu kelelahan ekstrem.
1. Kelelahan: Kelelahan fisik dan emosional yang ekstrem membuat tugas sehari-hari terasa berat. Penelitian menunjukkan bahwa budaya kerja 24/7 dapat memperburuk gejala ini.
2. Sinisme: Hilangnya keterlibatan terhadap pekerjaan, sering kali disertai sikap negatif atau rasa terpisah dari tim. Contohnya adalah Ari, seorang konsultan, yang merasa semakin depersonalisasi akibat konflik internal di perusahaannya.
3. Inefikasi: Merasa tidak kompeten atau tidak mampu menyelesaikan tugas dengan baik. Ini sering terjadi pada individu yang merasa kurang dihargai atau tidak memiliki sumber daya yang memadai.
Selain itu, perusahaan menghadapi penurunan produktivitas, absensi karyawan yang lebih tinggi, dan peningkatan pergantian staf.
Dalam sebuah survei di Amerika Utara, 62% responden melaporkan tingkat stres tinggi yang terkait dengan kehilangan kontrol dan kelelahan ekstrem.
1. Tetapkan Batasan: Belajar mengatakan tidak dan mengelola ekspektasi kolega atau klien dapat mengurangi tekanan.
2. Ubah Perspektif: Fokus pada aspek pekerjaan yang memberi makna. Cheryl, seorang pengacara, menemukan bahwa mengurangi komitmen berlebihan membantu memulihkan motivasi.
3. Bangun Dukungan Sosial: Bergabung dengan komunitas profesional atau mencari mentor dapat membantu mengatasi perasaan isolasi.
Burnout kerja adalah masalah serius yang membutuhkan perhatian segera. Dengan mengenali gejala dan memahami penyebabnya, individu dan organisasi dapat mengambil langkah untuk mencegah serta mengatasi dampaknya.
Ingat, pemulihan adalah proses yang membutuhkan perubahan perilaku dan dukungan berkelanjutan untuk keberhasilan jangka panjang.
Baca Juga:
Peran Penting Resiliensi untuk Meredam Parental Burnout pada IRT
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(WAN)
Penelitian menunjukkan bahwa hingga 50% profesional, termasuk pekerja di sektor medis dan keuangan, mengalami gejala burnout. Berikut adalah penjelasan tentang penyebab, gejala, dan cara mengatasi burnout kerja.
Penyebab Burnout Kerja
Burnout sering kali muncul akibat tekanan pekerjaan yang berkepanjangan tanpa adanya dukungan atau kesempatan untuk pemulihan. Penyebab umum meliputi beban kerja berlebihan, kurangnya kontrol atas tugas, lingkungan kerja tidak sehat, dan kurangnya dukungan sosial.Misalnya, Barbara, seorang CEO PR, mengaku merasa "berlari maraton dengan kecepatan sprint" selama krisis dot-com pada 2001, yang memicu kelelahan ekstrem.
Gejala Burnout Kerja
Burnout memiliki tiga komponen utama:1. Kelelahan: Kelelahan fisik dan emosional yang ekstrem membuat tugas sehari-hari terasa berat. Penelitian menunjukkan bahwa budaya kerja 24/7 dapat memperburuk gejala ini.
2. Sinisme: Hilangnya keterlibatan terhadap pekerjaan, sering kali disertai sikap negatif atau rasa terpisah dari tim. Contohnya adalah Ari, seorang konsultan, yang merasa semakin depersonalisasi akibat konflik internal di perusahaannya.
3. Inefikasi: Merasa tidak kompeten atau tidak mampu menyelesaikan tugas dengan baik. Ini sering terjadi pada individu yang merasa kurang dihargai atau tidak memiliki sumber daya yang memadai.
Dampak Burnout
Burnout berdampak serius pada kesehatan fisik dan mental, termasuk meningkatkan risiko hipertensi, depresi, dan gangguan tidur.Selain itu, perusahaan menghadapi penurunan produktivitas, absensi karyawan yang lebih tinggi, dan peningkatan pergantian staf.
Dalam sebuah survei di Amerika Utara, 62% responden melaporkan tingkat stres tinggi yang terkait dengan kehilangan kontrol dan kelelahan ekstrem.
Cara Mengatasi Burnout Kerja
Prioritaskan Perawatan Diri: Tidur yang cukup, olahraga teratur, dan kegiatan menyenangkan seperti meditasi membantu memulihkan energi. Barbara menyebutkan bahwa "mengurangi waktu membaca email di malam hari" membantu mengurangi stres.1. Tetapkan Batasan: Belajar mengatakan tidak dan mengelola ekspektasi kolega atau klien dapat mengurangi tekanan.
2. Ubah Perspektif: Fokus pada aspek pekerjaan yang memberi makna. Cheryl, seorang pengacara, menemukan bahwa mengurangi komitmen berlebihan membantu memulihkan motivasi.
3. Bangun Dukungan Sosial: Bergabung dengan komunitas profesional atau mencari mentor dapat membantu mengatasi perasaan isolasi.
Burnout kerja adalah masalah serius yang membutuhkan perhatian segera. Dengan mengenali gejala dan memahami penyebabnya, individu dan organisasi dapat mengambil langkah untuk mencegah serta mengatasi dampaknya.
Ingat, pemulihan adalah proses yang membutuhkan perubahan perilaku dan dukungan berkelanjutan untuk keberhasilan jangka panjang.
Baca Juga:
Peran Penting Resiliensi untuk Meredam Parental Burnout pada IRT
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WAN)