FITNESS & HEALTH
Kemenkes Akui Penanganan HIV/AIDS Terkendala Covid-19
Raka Lestari
Senin 30 November 2020 / 20:17
Jakarta: Pandemi covid-19 yang melanda hampir di seluruh bagian dunia, memberikan efek terhadap permasalahan-permasalahan lain. Salah satunya adalah permasalahan di bidang kesehatan, yaitu mengenai penanganan HIV/AIDS.
“Jadi ini merupakan kerja bersama kita dan kerja semua. Tidak bisa hanya oleh sektor kesehatan saja, di berbagai lintas sektor dan lintas program ikut terlibat dari mulai upaya pencegahan sejak tentunya remaja, bagaimana mengubah perilaku berisiko seksual, ataupun bagaimana pengobatan," ujar Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung, Kementerian Kesehatan dr. Siti Nadia Tarmizi, M. Epid, saat media briefing secara virtual pada 30 November 2020.
"Sehingga seseorang yang terinfeksi HIV/AIDS tidak jatuh pada kondisi terpuruk dan tetap beraktivitas secara normal,” sambungnya.
Pada 2019 lalu, Kementerian Kesehatan bisa melakukan tes khususnya untuk HIV, Sifilis, dan Hepatitis kepada dua juta lebih ibu hamil. Tahun ini, menurut dr. Nadia kemungkinan karena terkendala covid-19 ibu hamil yang dites baru pada angka 1,7 juta, di mana dari 1,7 juta ini kurang lebih 0,3 persen nya positif HIV/AIDS.
Ketua PP Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi dr. Ari Kusuma J, Sp. OG mengatakan untuk mengakhiri HIV/AIDS terdapat 3 ukuran, yakni pertama zero infeksi baru, pemerintah akan menekan infeksi baru seminimal mungkin tidak ada kasus baru. Ditargetkan sebanyak 90 persen orang dengan HIV/AIDS mengetahui statusnya.
Kedua zero kematian akibat HIV/AIDS, hal ini diukur dari 90 persen orang dengan HIV/AIDS diobati atau menjalani pengobatan ARV. Ketiga zero diskriminasi, yakni 90 persen orang dengan HIV/AIDS tidak merasa terdiskriminasi.
“Kita melihat masih banyaknya diskriminasi terhadap anak-anak dengan HIV/AIDS baik oleh keluarganya maupun oleh masyarakatnya masih mengalami stigma dan diskriminasi,” kata dr. Ari.
Penanganan HIV/AIDS harus menjadi komitmen bersama. Untuk sampai ke sana memang tidak bisa bekerja seperti pemadam kebakaran, sudah kejadian barulah bergerak, tetapi kita mulai dari pencegahan penyakit menular pada perempuan usia produktif.
“Di sinilah pentingnya pendidikan seksual, memahami kesehatan reproduksi bagi remaja,” tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
“Jadi ini merupakan kerja bersama kita dan kerja semua. Tidak bisa hanya oleh sektor kesehatan saja, di berbagai lintas sektor dan lintas program ikut terlibat dari mulai upaya pencegahan sejak tentunya remaja, bagaimana mengubah perilaku berisiko seksual, ataupun bagaimana pengobatan," ujar Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung, Kementerian Kesehatan dr. Siti Nadia Tarmizi, M. Epid, saat media briefing secara virtual pada 30 November 2020.
"Sehingga seseorang yang terinfeksi HIV/AIDS tidak jatuh pada kondisi terpuruk dan tetap beraktivitas secara normal,” sambungnya.
Pada 2019 lalu, Kementerian Kesehatan bisa melakukan tes khususnya untuk HIV, Sifilis, dan Hepatitis kepada dua juta lebih ibu hamil. Tahun ini, menurut dr. Nadia kemungkinan karena terkendala covid-19 ibu hamil yang dites baru pada angka 1,7 juta, di mana dari 1,7 juta ini kurang lebih 0,3 persen nya positif HIV/AIDS.
Ketua PP Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi dr. Ari Kusuma J, Sp. OG mengatakan untuk mengakhiri HIV/AIDS terdapat 3 ukuran, yakni pertama zero infeksi baru, pemerintah akan menekan infeksi baru seminimal mungkin tidak ada kasus baru. Ditargetkan sebanyak 90 persen orang dengan HIV/AIDS mengetahui statusnya.
Kedua zero kematian akibat HIV/AIDS, hal ini diukur dari 90 persen orang dengan HIV/AIDS diobati atau menjalani pengobatan ARV. Ketiga zero diskriminasi, yakni 90 persen orang dengan HIV/AIDS tidak merasa terdiskriminasi.
“Kita melihat masih banyaknya diskriminasi terhadap anak-anak dengan HIV/AIDS baik oleh keluarganya maupun oleh masyarakatnya masih mengalami stigma dan diskriminasi,” kata dr. Ari.
Penanganan HIV/AIDS harus menjadi komitmen bersama. Untuk sampai ke sana memang tidak bisa bekerja seperti pemadam kebakaran, sudah kejadian barulah bergerak, tetapi kita mulai dari pencegahan penyakit menular pada perempuan usia produktif.
“Di sinilah pentingnya pendidikan seksual, memahami kesehatan reproduksi bagi remaja,” tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)