FITNESS & HEALTH

Pakar Gizi Bongkar Berbagai Mitos tentang MSG

Medcom
Kamis 01 Februari 2024 / 16:20
Jakarta: Banyak mitos tentang MSG (MonoSodium Glutama) alias micin. Fenomena itulah yang mendorong P2MI (Perkumpulan Pabrik Mononatrium Glutamat dan Asam Glutamat Indonesia) menggelar acara diskusi yang dihadiri sejumlah komunitas.

Dalam diskusi bertajuk "MSG untuk Masakan Lezat, Sehat, Halal, Bergizi dan No Worries" itu menghadirkan pembicara seperti pakar gizi yakni, Prof. Hardinsyah MS, PhD., dan dr. Sheena M.Gz, SpGk, AIFO. Ada juga dua ahli masak yaitu Chef Muto dan Chef Ajis serta Ir Satria Gentur Pinandita selaku Ketua P2MI.

Para pakar membahas secara obyektif dan faktual tentang MSG dan manfaatnya bagi tubuh manusia. Sekaligus membeberkan kebenaran dari berbagai mitos yang berkembang di masyarakat Indonesia, tentang MSG yang biasa dikenal sebagai Micin atau Vetsin.

"MSG atau Bumbu Umami telah digunakan selama lebih dari satu abad untuk meningkatkan dan menyeimbangkan rasa gurih makanan. Meskipun penggunaannya tersebar luas dan banyak manfaatnya, kesalahpahaman konsumen tentang MSG cukup umum," kata Ir. Satria Gentur Pinandita selaku Ketua P2MI

"Melihat kondisi sosial tersebut membuat P2MI yang berdiri sejak 15 September 1971 merasa berkepentingan untuk membongkar mitos tentang micin atau MSG," lanjutnya.
 
baca juga: Ini Kata Ahli Soal Mengonsumsi MSG


Adapun mitos mengenai MSG yang banyak berkembang di Indonesia yakni menyebabkan reaksi alergi. Namun, faktanya menurut Prof. Hardinsyah MS, PhD, asam glutamat merupakan salah satu asam amino yang paling umum serta bahan yang membangun protein dalam makanan dan tubuh kita.

"Ini adalah penambah rasa alami dan banyak ditemukan pada makanan seperti jamur, keju parmesan, dan tomat. Tubuh kita memperlakukan asam glutamat dalam bumbu MSG dan glutamat alami dari banyak makanan yang kita nikmati sehari-hari dengan cara yang sama tanpa membedakan asal-usulnya. Karena alasan tersebut, maka kecil kemungkinan orang alergi terhadap MSG," jelasnya.

Selain itu ada juga anggapan bahwa MSG menyebabkan efek negatif di otak. Hardinsyah menyebutkan jika sejumlah penelitian menunjukkan bahwa MSG tidak memiliki efek negatif pada sistem saraf pusat otak.
 
“Pada kenyataannya jika sejumlah MSG yang sesuai telah ditambahkan ke makanan, hal itu sudah cukup. Faktanya, menambahkan terlalu banyak MSG justru dapat mengurangi kelezatan dari makanan tersebut," paparnya.
 
Ada juga mitos yang mengatakan bahwa MSG dapat menyebabkan sakit kepala atau migrain. Beberapa makanan memang telah dikaitkan dengan migrain, tetapi baik asam glutamat maupun MSG tidak terbukti menjadi penyebab langsung.
 
"Pada Januari 2018, International Headache Society menghapus MSG dari daftar faktor penyebab sakit kepala. Sebelumnya, MSG telah terdaftar sebagai zat yang dikaitkan dengan sakit kepala di International Classification of Headache Disorders (ICHD) Society. Sekarang, dalam ICHD edisi ke-3, berdasarkan bukti ilmiah terbaru, MSG telah dihapus dari daftar ini," terang Ahli Gizi, dr. Sheena M.Gz, SpGk, AIFO.
 
Sementara mengenai anggapan MSG mengandung sodium yang tinggi juga dibahas dalam diskusi ini. Menurutnya, MSG memiliki kandungan natrium yang lebih rendah daripada garam meja dan sering digunakan untuk membantu meningkatkan rasa pada makanan yang rendah natrium.

"Mengganti garam dengan MSG dalam resep masakan akan mengurangi kandungan natrium pada masakan tersebut. Hal ini dikarenakan MSG memiliki natrium dua pertiga lebih sedikit daripada garam meja," tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(ELG)

MOST SEARCH