Jakarta: Feromon sering disebut "bahan kimia cinta". Zat tersebut diproduksi oleh banyak hewan dan serangga untuk menarik lawan jenis.
Misalnya saja, seekor ngengat jantan dapat merasakan bahan kimia yang dikeluarkan oleh ngengat betina subur yang jauh, menghentikan aktivitasnya, dan mencarinya untuk kawin.
Para ahli tidak sepakat mengenai apakah feromon ada pada manusia dan, jika memang ada, apakah feromon benar-benar memengaruhi perilaku?
Namun, beberapa penelitian kecil yang dirangkum dari laman Harvard Health Publishing, menunjukkan bahwa bau bahan kimia tertentu dapat merangsang respons seksual baik pada pria maupun wanita.
Ada ratusan potensi feromon pada manusia. Susunan kimia yang tepat dan tindakan spesifiknya masih menjadi misteri. Para ilmuwan belum dapat mengidentifikasi satu (jika hanya ada satu) yang merangsang minat seksual. Lantas, sejauh mana pengaruh feromon pada manusia yang sedang jatuh cinta?
Manusia mungkin merasakan feromon seperti hewan lainnya. Pada manusia, celah kecil di hidung berfungsi sebagai organ vomeronasal.
Hal ini diyakini mampu merasakan feromon dari manusia lain, mengirimkan sinyal ke otak yang diteruskan ke sistem hormonal tubuh yang kompleks, dan memicu berbagai proses biologis yang terlibat dalam perilaku seksual.
Jadi, ketika kamu merasa tertarik pada seseorang, itu bisa jadi cinta namun bisa juga feromon. Para ilmuwan di bidang osmologi telah menentukan bahwa individu-individu dalam spesies yang sama sering kali tertarik satu sama lain melalui pembawa pesan kimia.
Baca juga: Red String Theory Atau Teori Benang Merah Dalam Hubungan, Apa Itu?
Bahan kimia ini, feromon, dapat merangsang gairah seksual, hasrat, kadar hormon, dan bahkan kesuburan ketika dilepaskan.
.jpg)
(Meskipun feromon dipercaya dapat memengaruhi perilaku manusia, terutama saat sedang jatuh cinta, penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk mendukung bukti dan pendapat yang ada. Foto: Ilustrasi/Dok. Pexels.com)
Androsteron, atau androstenol, secara umum didefinisikan sebagai feromon manusia yang diduga dapat membuat pria menarik secara seksual di mata wanita.
Hanya 10 persen pria yang diyakini mengeluarkan feromon dalam jumlah banyak, dan pria-pria ini mungkin dianggap diinginkan.
Androsteron dapat mengubah cara orang memandang keinginan seseorang. Secara umum, menukil laman Better Help, androsteron merupakan feromon seksual manusia yang diproduksi oleh kelenjar adrenal, testis, dan ovarium, serta dapat dikeluarkan melalui keringat, kulit, rambut, dan urine.
Wanita juga dapat memproduksi dan melepaskan feromon ini, namun dengan kecepatan empat kali lebih sedikit dibandingkan pria. Feromon ini juga dapat diproduksi oleh kelenjar seks dan dikeluarkan melalui kelenjar sebaceous organ intim pria dan wanita sebagai smegma.
Wanita biasanya juga menghasilkan feromon seks yang disebut copulin selain androsteron. Sedangkan, pria biasanya tidak memproduksi copulin, dan jumlah feromon yang dilepaskan tampaknya berkorelasi dengan siklus menstruasi wanita.
Tingkat feromon yang dihasilkan seseorang mungkin sangat memengaruhi perilaku seksual dan motivasi seksualnya.
Orang yang memroduksi feromon dalam jumlah tinggi cenderung lebih sering berhubungan intim, merasa lebih percaya diri, dan lebih mudah menjalin ikatan dengan orang lain.
Feromon tingkat tinggi juga dapat membuat seseorang tampak lebih menarik secara seksual di mata orang lain, sehingga berpotensi mendorong lebih banyak perhatian dan keterlibatan sosial.
Feromon diketahui melatari berbagai perilaku hewan dari spesies yang sama, misalnya untuk menandai wilayahnya, mencari mangsa, mengenali anggota lain dari spesies yang sama, hingga mendorong daya tarik seksual.
Sementara itu, feromon pada manusia sangat berbeda karena tergantung pada individu masing-masing dan sering kali tidak disadari keberadaannya. Hingga kini masih dilakukan berbagai penelitian mengenai feromon pada manusia dan perannya terhadap daya tarik seksual.
Para ahli yang dilansir dari Alodokter berpendapat bahwa feromon dalam aroma tubuh manusia berperan dalam menarik pasangan dan meningkatkan gairah seksual.
Dr. Gracia Fensynthia via laman tersebut memaparkan, jatuh cinta ternyata tidak sesederhana ungkapan dari mata turun ke hati. Ada peran feromon yang turut memengaruhi seseorang saat merasakan jatuh cinta. Senyawa yang dihasilkan secara alami oleh tubuh ini dapat mendorong daya tarik seksual.
Feromon adalah senyawa kimia tubuh yang dapat meningkatkan daya tarik dan memicu ingatan tertentu pada manusia. Cara mendeteksi feromon pada manusia dilakukan melalui hidung yang kemudian direspons oleh otak.
Keringat yang keluar dari tubuh diduga mengandung feromon. Sebuah penelitian mengatakan bahwa keringat memengaruhi emosi dan perilaku seseorang yang menghirup aroma keringat orang lain. Selain keringat, tubuh juga mengeluarkan feromon melalui urine, air mani, ASI, dan cairan vagina.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)
Misalnya saja, seekor ngengat jantan dapat merasakan bahan kimia yang dikeluarkan oleh ngengat betina subur yang jauh, menghentikan aktivitasnya, dan mencarinya untuk kawin.
Para ahli tidak sepakat mengenai apakah feromon ada pada manusia dan, jika memang ada, apakah feromon benar-benar memengaruhi perilaku?
Namun, beberapa penelitian kecil yang dirangkum dari laman Harvard Health Publishing, menunjukkan bahwa bau bahan kimia tertentu dapat merangsang respons seksual baik pada pria maupun wanita.
Ada ratusan potensi feromon pada manusia. Susunan kimia yang tepat dan tindakan spesifiknya masih menjadi misteri. Para ilmuwan belum dapat mengidentifikasi satu (jika hanya ada satu) yang merangsang minat seksual. Lantas, sejauh mana pengaruh feromon pada manusia yang sedang jatuh cinta?
Cinta atau feromon?
Manusia mungkin merasakan feromon seperti hewan lainnya. Pada manusia, celah kecil di hidung berfungsi sebagai organ vomeronasal.
Hal ini diyakini mampu merasakan feromon dari manusia lain, mengirimkan sinyal ke otak yang diteruskan ke sistem hormonal tubuh yang kompleks, dan memicu berbagai proses biologis yang terlibat dalam perilaku seksual.
Jadi, ketika kamu merasa tertarik pada seseorang, itu bisa jadi cinta namun bisa juga feromon. Para ilmuwan di bidang osmologi telah menentukan bahwa individu-individu dalam spesies yang sama sering kali tertarik satu sama lain melalui pembawa pesan kimia.
Baca juga: Red String Theory Atau Teori Benang Merah Dalam Hubungan, Apa Itu?
Bahan kimia ini, feromon, dapat merangsang gairah seksual, hasrat, kadar hormon, dan bahkan kesuburan ketika dilepaskan.
Kaitan antara ketertarikan seksual dan feromon
.jpg)
(Meskipun feromon dipercaya dapat memengaruhi perilaku manusia, terutama saat sedang jatuh cinta, penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk mendukung bukti dan pendapat yang ada. Foto: Ilustrasi/Dok. Pexels.com)
Androsteron, atau androstenol, secara umum didefinisikan sebagai feromon manusia yang diduga dapat membuat pria menarik secara seksual di mata wanita.
Hanya 10 persen pria yang diyakini mengeluarkan feromon dalam jumlah banyak, dan pria-pria ini mungkin dianggap diinginkan.
Androsteron dapat mengubah cara orang memandang keinginan seseorang. Secara umum, menukil laman Better Help, androsteron merupakan feromon seksual manusia yang diproduksi oleh kelenjar adrenal, testis, dan ovarium, serta dapat dikeluarkan melalui keringat, kulit, rambut, dan urine.
Wanita juga dapat memproduksi dan melepaskan feromon ini, namun dengan kecepatan empat kali lebih sedikit dibandingkan pria. Feromon ini juga dapat diproduksi oleh kelenjar seks dan dikeluarkan melalui kelenjar sebaceous organ intim pria dan wanita sebagai smegma.
Perbedaan feromon dan ketertarikan
Wanita biasanya juga menghasilkan feromon seks yang disebut copulin selain androsteron. Sedangkan, pria biasanya tidak memproduksi copulin, dan jumlah feromon yang dilepaskan tampaknya berkorelasi dengan siklus menstruasi wanita.
Tingkat feromon yang dihasilkan seseorang mungkin sangat memengaruhi perilaku seksual dan motivasi seksualnya.
Orang yang memroduksi feromon dalam jumlah tinggi cenderung lebih sering berhubungan intim, merasa lebih percaya diri, dan lebih mudah menjalin ikatan dengan orang lain.
Feromon tingkat tinggi juga dapat membuat seseorang tampak lebih menarik secara seksual di mata orang lain, sehingga berpotensi mendorong lebih banyak perhatian dan keterlibatan sosial.
Feromon pendorong daya tarik seksual
Feromon diketahui melatari berbagai perilaku hewan dari spesies yang sama, misalnya untuk menandai wilayahnya, mencari mangsa, mengenali anggota lain dari spesies yang sama, hingga mendorong daya tarik seksual.
Sementara itu, feromon pada manusia sangat berbeda karena tergantung pada individu masing-masing dan sering kali tidak disadari keberadaannya. Hingga kini masih dilakukan berbagai penelitian mengenai feromon pada manusia dan perannya terhadap daya tarik seksual.
Para ahli yang dilansir dari Alodokter berpendapat bahwa feromon dalam aroma tubuh manusia berperan dalam menarik pasangan dan meningkatkan gairah seksual.
Dr. Gracia Fensynthia via laman tersebut memaparkan, jatuh cinta ternyata tidak sesederhana ungkapan dari mata turun ke hati. Ada peran feromon yang turut memengaruhi seseorang saat merasakan jatuh cinta. Senyawa yang dihasilkan secara alami oleh tubuh ini dapat mendorong daya tarik seksual.
Feromon adalah senyawa kimia tubuh yang dapat meningkatkan daya tarik dan memicu ingatan tertentu pada manusia. Cara mendeteksi feromon pada manusia dilakukan melalui hidung yang kemudian direspons oleh otak.
Keringat yang keluar dari tubuh diduga mengandung feromon. Sebuah penelitian mengatakan bahwa keringat memengaruhi emosi dan perilaku seseorang yang menghirup aroma keringat orang lain. Selain keringat, tubuh juga mengeluarkan feromon melalui urine, air mani, ASI, dan cairan vagina.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)