FITNESS & HEALTH

Mencegah adalah Obat Terbaik, Berikut Saran Dokter Terhindar dari Penyakit Jantung Koroner

Aulia Putriningtias
Kamis 20 Juni 2024 / 16:27
Jakarta: Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, lebih dari 17 juta orang di dunia meninggal akibat penyakit jantung dan pembuluh darah. Ini menandakan penyakit jantung tak bisa disepelekan.

Menurut dr. Yahya Berkahanto Juwana, Sp. J. P, Subsp. K. I. (K), Ph.D, FIHA selaku Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah dari Rumah Sakit Pondok Indah penyakit jantung koroner (PJK) terjadi akibat adanya plak aterosklerosis yang menumpuk dan tumbuh secara bertahap di dalam dinding arteri. Hal ini menyebabkan penyempitan pembuluh darah.

Kematian di Indonesia akibat penyakit Kardiovaskular mencapai 651.481 penduduk per tahun. Menurut data Institute for Health Matrics and Evaluation pada 2019, penyakit jantung koroner tercatat 245.343 kematian di Indonesia.

Dengan data-data tersebut, dr. Yahya menekankan masyarakat untuk menerapkan pola hidup sehat. Hal ini sangat berguna untuk kesehatan, khususnya kardiovaskular. Juga, menghindari risiko penyakit jantung koroner.

Baca juga: Pemasangan Ring Jantung, Ini Kriteria dan Manfaatnya

Seperti apa saran dr. Yahya, berikut di antaranya:
 

1. Nutrisi seimbang dan berolahraga


"Pencegahan adalah obat yang terbaik. Maka perlu lifestyle modification yang sehat untuk mencegah terjadinya penyakit jantung koroner," katanya dalam temu media di Jakarta, Rabu, 19 Juni 2024.

Pola hidup sehat menurut dr. Yahya adalah mengonsumsi makanan bernutrisi seimbang, dan rutin berolahraga setiap hari. Ini merupakan langkah awal untuk melawan risiko terjadinya penyakit jantung koroner.
 

2. Diet yang tak menyiksa


Jika melakukan diet, dr. Yahya sarankan lakukan yang sehat dan tidak menyiksa. Salah satunya adalah mengonsumsi garam kurang dari 2 gram per hari. Selain itu, sebaiknya menghindari gorengan, MSG, makanan berlemak, makanan cepat saji, soda, atau menerapkan mediteranian diet.
 

3. Medical check up


Ketika semakin bertambah usia, dr. Yahya menyarankan untuk melakukan medical check up (MCU). Selain itu, bisa juga berkonsultasi kepada dokter spesialis jantung untuk membekali diri seputar penyakit kardiovaskular ini. Sebab, seringkali penyakit ini disebut silent killer.

"MCU sangat penting sebagai skrining awal untuk mengetahui apakah seseorang memiliki penyakit jantung atau tidak. Penyakit ini sering tidak terdeteksi gejalanya lalu tiba-tiba terkena serangan jantung, maka sering disebut silent killer," jelasnya.

Atherosclerotic Cardiovascular Disease (ASCVD) umumnya dialami oleh pria berusia di atas 45 tahun dan wanita di atas 55 tahun. Namun, beberapa faktor risiko seperti diabetes, riwayat jantung, merokok, dan meminum alkohol ini juga berdampak pada terjadinya jantung koroner.

Gejala serangan jantung koroner biasanya berupa nyeri dada seperti ditusuk, terbakar, ditekan, atau diperas, serta sesak napas dan napas berat yang bisa menjalar ke perut, lengan, leher, atau rahang, baik saat beristirahat maupun beraktivitas. Tingkat gejala ini bervariasi antara pasien satu dengan lainnya.

Penanganan penyakit jantung koroner pun melalui obat-obatan. Namun, jika tidak ampuh untuk mengobati, maka pemasangan ring atau stent jantung dibutuhkan. Jadi, jika tidak ingin hal ini terjadi, sebaiknya menerapkan gaya hidup sehat dan sesegera mungkin ke dokter jika terjadi gejala.

"Jika terjadi serangan jantung koroner, segera ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan pengobatan dan prosedur kateterisasi sesegera mungkin," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)

MOST SEARCH