Jakarta: Hipertensi adalah penyakit yang sering disebut sebagai The Silent Killer atau dalam bahasa Indonesia diam-diam 'membunuh'. Mengutip dari Kemenkes, penyakit ini sering muncul tanpa keluhan.
Hasil Riskesdas 2013 dan studi di Puskesmas menunjukkan bahwa hanya sepertiga penderita hipertensi (36,8 persen) yang terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan hanya 0,7 persen yang minum obat.
Berbahaya sekali bukan? Untuk itu, kamu baiknya menghindari penyakit ini sebisa mungkin. Banyak faktor yang berkontribusi dalam meningkatkan risiko hipertensi dan salah satu faktor yang berkitan adalah stres.
Tubuh kamu menghasilkan lonjakan hormon saat kamu berada dalam situasi stres. Hormon-hormon ini untuk sementara meningkatkan tekanan darah kamu dan menyebabkan jantung kamu berdetak lebih cepat dan pembuluh darah kamu menyempit.
Tidak ada bukti bahwa stres dengan sendirinya menyebabkan tekanan darah tinggi jangka panjang. Tetapi bereaksi terhadap stres dengan cara yang tidak sehat dapat meningkatkan risiko tekanan darah tinggi, serangan jantung, dan stroke.
Perilaku tertentu terkait dengan tekanan darah tinggi, seperti merokok, minum terlalu banyak alkohol, makan makanan yang tidak sehat.
Selain itu, penyakit jantung mungkin terkait dengan kondisi kesehatan tertentu yang terkait dengan stres seperti kecemasan, depresi, isolasi dari teman dan keluarga.
Tetapi tidak ada bukti bahwa kondisi ini terkait langsung dengan tekanan darah tinggi. Sebaliknya, hormon yang dibuat tubuh kamu saat kamu stres secara emosional dapat merusak arteri kamu yang menyebabkan penyakit jantung.
Selain itu, beberapa gejala, seperti yang disebabkan oleh depresi dapat menyebabkan kamu lupa minum obat untuk mengontrol tekanan darah tinggi atau kondisi jantung lainnya.
Peningkatan tekanan darah yang berhubungan dengan stres bisa sangat dramatis. Namun saat stres kamu hilang, tekanan darah kamu kembali normal.
Akan tetapi, kamu tidak boleh santai dulu lonjakan tekanan darah sementara yang sering terjadi tetap dapat merusak pembuluh darah, jantung, dan ginjal dengan cara yang mirip dengan tekanan darah tinggi jangka panjang. Jadi, tetaplah berhati-hati! Jaga dirimu agar bisa mengontrol stres dengan baik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(TIN)
Hasil Riskesdas 2013 dan studi di Puskesmas menunjukkan bahwa hanya sepertiga penderita hipertensi (36,8 persen) yang terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan hanya 0,7 persen yang minum obat.
Berbahaya sekali bukan? Untuk itu, kamu baiknya menghindari penyakit ini sebisa mungkin. Banyak faktor yang berkontribusi dalam meningkatkan risiko hipertensi dan salah satu faktor yang berkitan adalah stres.
Reaksi kamu terhadap stres dapat memengaruhi tekanan darah
Tubuh kamu menghasilkan lonjakan hormon saat kamu berada dalam situasi stres. Hormon-hormon ini untuk sementara meningkatkan tekanan darah kamu dan menyebabkan jantung kamu berdetak lebih cepat dan pembuluh darah kamu menyempit.
Tidak ada bukti bahwa stres dengan sendirinya menyebabkan tekanan darah tinggi jangka panjang. Tetapi bereaksi terhadap stres dengan cara yang tidak sehat dapat meningkatkan risiko tekanan darah tinggi, serangan jantung, dan stroke.
Perilaku tertentu terkait dengan tekanan darah tinggi, seperti merokok, minum terlalu banyak alkohol, makan makanan yang tidak sehat.
Selain itu, penyakit jantung mungkin terkait dengan kondisi kesehatan tertentu yang terkait dengan stres seperti kecemasan, depresi, isolasi dari teman dan keluarga.
Tetapi tidak ada bukti bahwa kondisi ini terkait langsung dengan tekanan darah tinggi. Sebaliknya, hormon yang dibuat tubuh kamu saat kamu stres secara emosional dapat merusak arteri kamu yang menyebabkan penyakit jantung.
Selain itu, beberapa gejala, seperti yang disebabkan oleh depresi dapat menyebabkan kamu lupa minum obat untuk mengontrol tekanan darah tinggi atau kondisi jantung lainnya.
Stres hilang, tekanan darah bisa kembali normal, namun tetaplah hati-hati
Peningkatan tekanan darah yang berhubungan dengan stres bisa sangat dramatis. Namun saat stres kamu hilang, tekanan darah kamu kembali normal.
Akan tetapi, kamu tidak boleh santai dulu lonjakan tekanan darah sementara yang sering terjadi tetap dapat merusak pembuluh darah, jantung, dan ginjal dengan cara yang mirip dengan tekanan darah tinggi jangka panjang. Jadi, tetaplah berhati-hati! Jaga dirimu agar bisa mengontrol stres dengan baik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(TIN)