FITNESS & HEALTH

Strategi One Health Diperlukan untuk Atasi Resistensi Antimikroba

Mia Vale
Kamis 23 Desember 2021 / 22:35
Jakarta: Dalam perkembangan kesehatan global saat ini, kejadian resistensi antimikroba tidak lagi hanya dilihat sebagai masalah yang berdiri sendiri tetapi juga terkait dengan berbagai sektor seperti kesehatan masyarakat dan kesehatan hewan (termasuk perikanan dan akuakultur), rantai makanan, pertanian dan sektor lingkungan.

Resistensi antimikroba (AMR) jadi ancaman kesehatan masyarakat yang mendesak. Respons berbasis One Health yang berkelanjutan mencakup manusia, hewan, tanaman, dan lingkungan, sangat penting untuk mengatasi ancaman ini.

AMR menimbulkan ancaman kesehatan global yang signifikan bagi populasi di seluruh dunia. Dengan pertumbuhan perdagangan dan perjalanan global, mikroorganisme yang resisten dapat menyebar dengan sangat cepat sehingga tidak ada negara yang aman.

Direktur Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI dr. Kalsum Komaryani, MPPM mengatakan saat ini kematian akibat resistensi antimikroba mencapai 700 ribu orang per tahun dan diprediksi di tahun 2050 bisa mencapai 10 juta orang per tahun di seluruh dunia.

"Dan ternyata distribusinya diprediksi terbanyak di Asia dan Afrika sekitar 4,7 juta dan Afrika 4,1 juta, sisanya di Australia, Eropa, Amerika," katanya pada temu media Pekan Antimikroba Resisten secara virtual, beberapa waktu lalu.


apa itu resistensi antimikroba
(Resistansi antimikroba terjadi ketika mikroba berevolusi sehingga memiliki mekanisme baru yang melindunginya dari efek antimikroba. Resistansi antibiotik adalah salah satu bentuk dari AMR, khususnya menjadi kebalnya bakteri terhadap antibiotik. Infeksi yang disebabkan oleh mikroba kebal lebih sulit untuk ditangani. Foto: Ilustrasi/Pexels.com) 


Bahaya resistensi antimikroba berkaitan erat dengan perilaku pencegahan dan pengobatan, sistem keamanan produksi pangan dan lingkungan. Oleh karena itu pendekatan "One Health" diperlukan untuk mengatasi kompleksitas pengendalian kejadian resistensi antimikroba.

Sayangnya, penemuan obat untuk untuk resistensi antimikroba ini jarang ditemukan. Perwakilan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Indonesia dr. Benyamin Sihombing mengatakan dalam report tahun 2020, WHO mengidentifikasi dari 26 kandidat antibiotik yang sedang dalam pengembangan klinis untuk menghadapi 8 patogen prioritas dunia, yang ampuh untuk multidrug-resistant hanya dua.

Dr. N. Paranietharan yang juga perwakilan WHO untuk Indonesia menuturkan bahwa resistansi antimikroba adalah salah satu ancaman kesehatan masyarakat yang paling mendesak dan membutuhkan aksi yang dilaksanakan dengan segera. 

Respons berbasis One Health yang berkelanjutan dan mendorong keterlibatan semua sektor manusia, hewan, tanaman, dan lingkungan sangatlah penting untuk mengatasi ancaman ini.

WHO, FAO (Food and Agriculture Organization), OIE (World Organization for Animal Health) bersama dengan negara-negara lain sudah menyusun rencana aksi global tahun 2015 yang lalu dengan pendekatan multi sektor atau pendekatan One Health. 

Di dalamnya ada lima strategi utama bagaimana negara-negara dapat melakukan pengendalian AMR dan memitigasi dampaknya, yakni Peningkatan Kesadaran terhadap AMR, Surveilans, Pencegahan Infeksi, Penatagunaan Antimikroba, serta Riset dan Pengembangan.

"Kami berharap dapat bekerja sama dengan anda semua untuk mempromosikan penggunaan antimikroba yang bijak dan bertanggung jawab dalam sistem pertanian pangan, melalui kebijakan dan edukasi publik yang efektif," kata Rajendra Aryal, Perwakilan FAO untuk Indonesia dan Timor Leste.

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(TIN)

MOST SEARCH