FITNESS & HEALTH
Usai Sembuh dari Covid-19, Indera Penciuman Tidak Pulih? Ini Jawaban Ilmuwan
Mia Vale
Kamis 05 Januari 2023 / 07:00
Jakarta: Penelitian baru menunjukkan bahwa adanya peradangan berkelanjutan yang merusak dan menghancurkan sel-sel di hidung mungkin menjadi alasan beberapa orang gagal memulihkan indera penciuman mereka setelah Covid-19.
Studi dari sebuah kolaborasi antara para peneliti di Duke, Harvard, dan University of California di San Diego ini menambahkan wawasan penting tentang masalah yang telah memengaruhi jutaan orang yang belum sepenuhnya pulih indera penciumannya setelah covid-19.
Temuan ini dipublikasikan secara online pada 21 Desember 2022 dalam jurnal Science Translational Medicine. Salah satu gejala yang lama dikaitkan dengan infeksi covid-19 adalah hilangnya penciuman, kata penulis senior studi tersebut, Bradley Goldstein, MD, PhD, profesor asosiasi dalam bedah kepala dan leher serta ilmu komunikasi dan neurobiologi di Fakultas Kedokteran Universitas Duke di Durham, Carolina utara.
"Kebanyakan orang yang memiliki indera penciuman yang berubah selama fase akut infeksi virus akan memulihkan penciuman dalam satu hingga dua minggu ke depan, tetapi beberapa tidak," ujar Dr. Goldstein, seperti dinukil dari laman Everyday Health.

(Para ilmuwan menemukan bukti luas sel-T (sejenis sel darah putih yang merupakan bagian penting dari sistem kekebalan tubuh) serta peradangan. Foto: Ilustrasi. Dok. Freepik.com)
Penyelidik menganalisis epitel penciuman (lapisan jaringan di hidung tempat sel saraf penciuman berada) dari 24 biopsi, termasuk dari sembilan pasien yang mengalami kehilangan penciuman jangka panjang setelah Covid-19. Para ilmuwan menemukan bukti luas sel-T (sejenis sel darah putih yang merupakan bagian penting dari sistem kekebalan tubuh) serta peradangan.
Orang-orang yang tidak kehilangan bau dalam jangka panjang karena Covid-19 tidak memiliki bukti peradangan yang unik. Selain itu, para peneliti menemukan lebih sedikit neuron sensorik penciuman pada orang-orang yang kehilangan indera penciuman, menunjukkan bahwa respons imun yang abnormal telah menghancurkan sel-sel sensorik vital di hidung.
"Temuan ini memberikan wawasan kunci tentang apa yang mungkin menyebabkan hilangnya penciuman jangka panjang pada beberapa orang yang menderita Covid lama," tegas Akiko Iwasaki, PhD, direktur Pusat Infeksi dan Kekebalan di Yale School of Medicine di New Haven, Connecticut.
Mempelajari bagian mana di hidung yang rusak dan jenis sel apa yang terlibat adalah langkah pertama yang penting untuk mulai merancang perawatan tentang cara memulihkan bau, kata Goldstein. Salah satu pilihan pengobatan bisa menggunakan krim atau semprotan untuk memblokir sel kekebalan penghasil peradangan di lapisan hidung, tulis mereka.
Penemuan ini mungkin berguna bagi para peneliti yang melihat gejala Covid panjang lainnya seperti kelelahan, sesak napas, dan kabut otak, gejala yang tidak dapat dipelajari dengan cara yang sama seperti hilangnya penciuman.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(yyy)
Studi dari sebuah kolaborasi antara para peneliti di Duke, Harvard, dan University of California di San Diego ini menambahkan wawasan penting tentang masalah yang telah memengaruhi jutaan orang yang belum sepenuhnya pulih indera penciumannya setelah covid-19.
Temuan ini dipublikasikan secara online pada 21 Desember 2022 dalam jurnal Science Translational Medicine. Salah satu gejala yang lama dikaitkan dengan infeksi covid-19 adalah hilangnya penciuman, kata penulis senior studi tersebut, Bradley Goldstein, MD, PhD, profesor asosiasi dalam bedah kepala dan leher serta ilmu komunikasi dan neurobiologi di Fakultas Kedokteran Universitas Duke di Durham, Carolina utara.
"Kebanyakan orang yang memiliki indera penciuman yang berubah selama fase akut infeksi virus akan memulihkan penciuman dalam satu hingga dua minggu ke depan, tetapi beberapa tidak," ujar Dr. Goldstein, seperti dinukil dari laman Everyday Health.

(Para ilmuwan menemukan bukti luas sel-T (sejenis sel darah putih yang merupakan bagian penting dari sistem kekebalan tubuh) serta peradangan. Foto: Ilustrasi. Dok. Freepik.com)
Peradangan di hidung akibat covid
Dengan menggunakan pendekatan berbasis biopsi (mengambil sampel kecil jaringan) di area penciuman hidung, para peneliti dapat memeriksa dengan cermat sel-sel orang yang kehilangan penciuman akibat Covid yang lama dibandingkan orang yang memiliki indera penciuman normal.Penyelidik menganalisis epitel penciuman (lapisan jaringan di hidung tempat sel saraf penciuman berada) dari 24 biopsi, termasuk dari sembilan pasien yang mengalami kehilangan penciuman jangka panjang setelah Covid-19. Para ilmuwan menemukan bukti luas sel-T (sejenis sel darah putih yang merupakan bagian penting dari sistem kekebalan tubuh) serta peradangan.
Orang-orang yang tidak kehilangan bau dalam jangka panjang karena Covid-19 tidak memiliki bukti peradangan yang unik. Selain itu, para peneliti menemukan lebih sedikit neuron sensorik penciuman pada orang-orang yang kehilangan indera penciuman, menunjukkan bahwa respons imun yang abnormal telah menghancurkan sel-sel sensorik vital di hidung.
"Temuan ini memberikan wawasan kunci tentang apa yang mungkin menyebabkan hilangnya penciuman jangka panjang pada beberapa orang yang menderita Covid lama," tegas Akiko Iwasaki, PhD, direktur Pusat Infeksi dan Kekebalan di Yale School of Medicine di New Haven, Connecticut.
Mempelajari bagian mana di hidung yang rusak dan jenis sel apa yang terlibat adalah langkah pertama yang penting untuk mulai merancang perawatan tentang cara memulihkan bau, kata Goldstein. Salah satu pilihan pengobatan bisa menggunakan krim atau semprotan untuk memblokir sel kekebalan penghasil peradangan di lapisan hidung, tulis mereka.
Penemuan ini mungkin berguna bagi para peneliti yang melihat gejala Covid panjang lainnya seperti kelelahan, sesak napas, dan kabut otak, gejala yang tidak dapat dipelajari dengan cara yang sama seperti hilangnya penciuman.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(yyy)