FITNESS & HEALTH
Gandeng WHO, TikTok Luncurkan Program Kesehatan Mental
Aulia Putriningtias
Kamis 14 November 2024 / 21:49
Jakarta: Kesehatan mental di Indonesia kian disoroti oleh berbagai pihak. Telah banyak masyarakat yang mulai mengungkapkan diri tentang pentingnya kesehatan mental mereka.
Berdasarkan Data Survei Indonesia-National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) Tahun 2022, 1 dari 3 remaja (34,9 persen) atau sekitar 15,5 juta remaja mengalami masalah kesehatan mental. Sayangnya, hanya 2,6 persen yang mengakses fasilitas kesehatan mental atau konseling.
Veronica Tan, Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia (Wamen PPPA RI) mengatakan bahwa kesehatan mental merupakan masalah serius yang perlu mendapat perhatian khusus.
Menurutnya, peran keluarga dan lingkungan yang sehat dibutuhkan pada kehidupan. Hal ini untuk menciptakan kondisi perkembangan dan kesejahteraan anak yang sehat mental.
Baca juga: KemenPPPA Dorong Pelaku Perkawinan Anak di Lumajang Dihukum Lebih Berat
"Untuk melindungi kesehatan mental anak dan remaja, KemenPPPA telah memiliki layanan Puspaga (Pusat Pembelajaran Keluarga) yang saat ini berjumlah 301 di Indonesia," jelasnya dalam acara peluncuran Program Kesehatan Mental TikTok bersama WHO di Indonesia di Jakarta, Kamis, 14 November 2024.
Keberadaan Puspaga ini diharapkan menjadi garda terdepan untuk memberikan layanan konseling awal. Tentunya hingga didorong untuk memberikan rujukan ke layanan kesehatan mental dan psikososial.
Sebagai bentuk dukungan untuk meningkatkan kesadaran akan kesehatan mental, media sosial TikTok menggandeng Badan Kesehatan Dunia (WHO) dengan meluncurkan Program Kesehatan Mental. Program ini akan diisi banyak kreator Indonesia.
Program ini akan meliputi pembuatan konten dari para kreator lokal di jaringan Fides, di mana menerjemahkan penelitian ilmiah yang kompleks menjadi konten video yang mudah dimengerti dari berbagai macam topik di bidang kesehatan.
"Jaringan Fides WHO merupakan sumber yang berharga untuk mempromosikan informasi kesehatan mental yang kredibel di platform media sosial, termasuk TikTok," tutur Dr. Momoe Takeuchi, Deputi Perwakilan WHO untuk Indonesia.
Pendekatan ini sejalan dengan data riset dari YouGov berkolaborasi dengan TikTok pada tahun 2022. Sebanyak 77 persen responden di Indonesia merasa nyaman berbicara tentang kesehatan mental.
Lebih dari sebagian memilih untuk bercerita ke sesama anggota keluarga, dan 52 persen bercerita ke tenaga profesional seperti psikolog. Sementara, 40 persen meminta bantuan dan saran tentang kesehatan mental ke teman dekat.
Sebagai bentuk upaya kolektif, kolaborasi ini juga menyediakan akses ke program dan sumber daya pelatihan untuk para kreator video singkat terpilih, Mindful Makers. Hal ini agar dapat semakin menyebarkan konten dan informasi yang kredibel tentang kesehatan mental di kanal ini.
"Kami percaya bahwa pendekatan kolaboratif antara platform digital, pemerintah, kreator, dan organisasi nirlaba menjadi sangat penting karena kompleksitas isu kesehatan mental tidak dapat diselesaikan oleh satu pihak saja," pungkas Marshiella Pandji, Public Policy & Government Relations, TikTok Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
Berdasarkan Data Survei Indonesia-National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) Tahun 2022, 1 dari 3 remaja (34,9 persen) atau sekitar 15,5 juta remaja mengalami masalah kesehatan mental. Sayangnya, hanya 2,6 persen yang mengakses fasilitas kesehatan mental atau konseling.
Veronica Tan, Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia (Wamen PPPA RI) mengatakan bahwa kesehatan mental merupakan masalah serius yang perlu mendapat perhatian khusus.
Menurutnya, peran keluarga dan lingkungan yang sehat dibutuhkan pada kehidupan. Hal ini untuk menciptakan kondisi perkembangan dan kesejahteraan anak yang sehat mental.
Baca juga: KemenPPPA Dorong Pelaku Perkawinan Anak di Lumajang Dihukum Lebih Berat
"Untuk melindungi kesehatan mental anak dan remaja, KemenPPPA telah memiliki layanan Puspaga (Pusat Pembelajaran Keluarga) yang saat ini berjumlah 301 di Indonesia," jelasnya dalam acara peluncuran Program Kesehatan Mental TikTok bersama WHO di Indonesia di Jakarta, Kamis, 14 November 2024.
Keberadaan Puspaga ini diharapkan menjadi garda terdepan untuk memberikan layanan konseling awal. Tentunya hingga didorong untuk memberikan rujukan ke layanan kesehatan mental dan psikososial.
Sebagai bentuk dukungan untuk meningkatkan kesadaran akan kesehatan mental, media sosial TikTok menggandeng Badan Kesehatan Dunia (WHO) dengan meluncurkan Program Kesehatan Mental. Program ini akan diisi banyak kreator Indonesia.
Program ini akan meliputi pembuatan konten dari para kreator lokal di jaringan Fides, di mana menerjemahkan penelitian ilmiah yang kompleks menjadi konten video yang mudah dimengerti dari berbagai macam topik di bidang kesehatan.
"Jaringan Fides WHO merupakan sumber yang berharga untuk mempromosikan informasi kesehatan mental yang kredibel di platform media sosial, termasuk TikTok," tutur Dr. Momoe Takeuchi, Deputi Perwakilan WHO untuk Indonesia.
Pendekatan ini sejalan dengan data riset dari YouGov berkolaborasi dengan TikTok pada tahun 2022. Sebanyak 77 persen responden di Indonesia merasa nyaman berbicara tentang kesehatan mental.
Lebih dari sebagian memilih untuk bercerita ke sesama anggota keluarga, dan 52 persen bercerita ke tenaga profesional seperti psikolog. Sementara, 40 persen meminta bantuan dan saran tentang kesehatan mental ke teman dekat.
Sebagai bentuk upaya kolektif, kolaborasi ini juga menyediakan akses ke program dan sumber daya pelatihan untuk para kreator video singkat terpilih, Mindful Makers. Hal ini agar dapat semakin menyebarkan konten dan informasi yang kredibel tentang kesehatan mental di kanal ini.
"Kami percaya bahwa pendekatan kolaboratif antara platform digital, pemerintah, kreator, dan organisasi nirlaba menjadi sangat penting karena kompleksitas isu kesehatan mental tidak dapat diselesaikan oleh satu pihak saja," pungkas Marshiella Pandji, Public Policy & Government Relations, TikTok Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)