FITNESS & HEALTH
Mengenal Apa Itu Telinga Kecil atau Mikrotia serta Cara Penanganannya
Raka Lestari
Kamis 11 November 2021 / 18:22
Jakarta: Mikrotia adalah kelainan bawaan anak lahir dengan telinga berukuran kecil dan tidak sempurna. Penyebabnya belum diketahui, multifaktorial dan masih diteliti.
Beberapa penelitian mengatakan kejadian mikrotia ini berhubungan dengan paparan teratogen. Seperti thalidomide, isotretinoin, serta beberapa sindrom.
“Mikrotia biasanya disertai dengan gangguan pendengaran. Sekitar 1 dari 2000-10.000 anak lahir dengan mikrotia. Sebanyak 90 persen terjadi pada 1 telinga, 10 persen terjadi pada kedua telinga. Kejadian mikrotia ini terjadi kebanyakan pada anak laki-laki dibanding perempuan," jelas dr. R. Ayu Anatriera, MPH, Sp.THT-KL yakni seorang dokter spesialis THT-KL di RSUI.
Mikrotia juga dapat disertai dengan atresia liang telinga (liang telinga sempit atau tidak ada). Derajat kelainan bentuk telinga biasanya berkaitan dengan derajat kelainan telinga tengah. Dokter Raya mengatakan bahwa ada empat derajat kelainan bentuk telinga, yaitu:
Grade 1: Di mana semua normal hanya saja ukuran telinga lebih kecil
Grade 2: Ada struktur telinga yang tidak normal
Grade 3: Telinga berbentuk seperti kacang (peanut shapes)
Grade 4: Telinga tidak ada sama sekali.
"Mikrotia adalah malformasi daun telinga di mana aurikula eksterna mengalami perkembangan abnormal. Jika liang telinga tidak menerima hantaran suara untuk menggerakan gendang telinga dan tulang pendengaran, maka suara yang masuk akan menjadi lebih kecil," jelas Dr. dr. Mirta H. Reksodiputro, Sp.THT-KL(K) yakni seorang dokter spesialis THT-KL di RSUI.
Tujuan operasi rekonstruksi selain untuk memperbaiki fungsi pendengaran juga untuk kosmetik. Pada atresia liang telinga bilateral masalah utama ialah gangguan pendengaran.
Untuk mendiagnosis hal tersebut, perlu dilakukan skrining terlebih dahulu karena belum tentu anak dengan kelainan bentuk daun telinga juga mengalami gangguan pendengaran.
Pertama dokter akan melihat posisi daun telinga pasien (apakah unilateral/bilateral), jika keadaannya unilateral, dokter akan membuat daun telinga simetris dengan telinga sebelahnya. Ketika pasien dioperasi juga dilakukan evaluasi di meja operasi untuk membuat simetris antara bagian kiri dan kanan, operasi ini sangat membutuhkan kehati-hatian dan ekstra pengukuran.
Kemudian pada tahap kedua, setelah minimal tiga bulan, telinga buatan yang ditanam akan diangkat dan ditutup atau ditanamkan skin graft atau kulit yang biasanya diambil dari bagian paha, dan dokter akan membuat jarak dengan bagian mastoid.
“Proses ini adalah perjalanan yang panjang, jarak antara operasi ke satu ke operasi kedua membutuhkan waktu sekitar 3-6 bulan, dan selama itu harus kontrol terus ke dokter. Sehingga membutuhkan kerjasama dari pasien dan keluarga agar semua dapat berjalan dengan baik” tutup dr. Mirta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
Beberapa penelitian mengatakan kejadian mikrotia ini berhubungan dengan paparan teratogen. Seperti thalidomide, isotretinoin, serta beberapa sindrom.
“Mikrotia biasanya disertai dengan gangguan pendengaran. Sekitar 1 dari 2000-10.000 anak lahir dengan mikrotia. Sebanyak 90 persen terjadi pada 1 telinga, 10 persen terjadi pada kedua telinga. Kejadian mikrotia ini terjadi kebanyakan pada anak laki-laki dibanding perempuan," jelas dr. R. Ayu Anatriera, MPH, Sp.THT-KL yakni seorang dokter spesialis THT-KL di RSUI.
Mikrotia juga dapat disertai dengan atresia liang telinga (liang telinga sempit atau tidak ada). Derajat kelainan bentuk telinga biasanya berkaitan dengan derajat kelainan telinga tengah. Dokter Raya mengatakan bahwa ada empat derajat kelainan bentuk telinga, yaitu:
Grade 1: Di mana semua normal hanya saja ukuran telinga lebih kecil
Grade 2: Ada struktur telinga yang tidak normal
Grade 3: Telinga berbentuk seperti kacang (peanut shapes)
Grade 4: Telinga tidak ada sama sekali.
Cara penanganan
"Mikrotia adalah malformasi daun telinga di mana aurikula eksterna mengalami perkembangan abnormal. Jika liang telinga tidak menerima hantaran suara untuk menggerakan gendang telinga dan tulang pendengaran, maka suara yang masuk akan menjadi lebih kecil," jelas Dr. dr. Mirta H. Reksodiputro, Sp.THT-KL(K) yakni seorang dokter spesialis THT-KL di RSUI.
Tujuan operasi rekonstruksi selain untuk memperbaiki fungsi pendengaran juga untuk kosmetik. Pada atresia liang telinga bilateral masalah utama ialah gangguan pendengaran.
Untuk mendiagnosis hal tersebut, perlu dilakukan skrining terlebih dahulu karena belum tentu anak dengan kelainan bentuk daun telinga juga mengalami gangguan pendengaran.
Apa saja yang dilakukan dokter selama proses rekonstruksi daun telinga?
Pertama dokter akan melihat posisi daun telinga pasien (apakah unilateral/bilateral), jika keadaannya unilateral, dokter akan membuat daun telinga simetris dengan telinga sebelahnya. Ketika pasien dioperasi juga dilakukan evaluasi di meja operasi untuk membuat simetris antara bagian kiri dan kanan, operasi ini sangat membutuhkan kehati-hatian dan ekstra pengukuran.
Kemudian pada tahap kedua, setelah minimal tiga bulan, telinga buatan yang ditanam akan diangkat dan ditutup atau ditanamkan skin graft atau kulit yang biasanya diambil dari bagian paha, dan dokter akan membuat jarak dengan bagian mastoid.
“Proses ini adalah perjalanan yang panjang, jarak antara operasi ke satu ke operasi kedua membutuhkan waktu sekitar 3-6 bulan, dan selama itu harus kontrol terus ke dokter. Sehingga membutuhkan kerjasama dari pasien dan keluarga agar semua dapat berjalan dengan baik” tutup dr. Mirta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)